Akhir-akhir ini Jungkook menjadi lebih pendiam. Memang bila sedang berdua bersama kembarannya, Jungkook akan menjadi Jungkook yang hiperaktif dan ceria seperti biasanya. Namun bila dia sedang seorang diri, Jungkook akan lebih banyak diam dan melamun layaknya orang dewasa yang sedang memikirkan masalah pekerjaan yang menumpuk.
Namun kenyataannya hanya ada satu hal yang dipikirkan oleh balita gembil tersebut. Yaitu kedua orang tuanya. Miris memang bila melihat seorang anak yang bahkan masih balita, harus melihat dan mendengar orang tuanya saling berteriak dan memaki satu sama lain. Perasaan dan batin bocah lucu itu tertekan. Ditambah dengan kondisi saudara kembarnya yang selalu sakit-sakitan membuat pikiran anak itu semakin berantakan.
Ingin bercerita, tapi pada siapa? Jungkook tidak mungkin membagi beban ini kepada Taehyung. Mungkin bisa, bila Jungkook tega membiarkan kakak kembarnya itu ikut menanggung pikiran dan berakhir Taehyung harus mendekam selama sebulan di rumah sakit bersama alat-alat mengerikan itu. Tidak. Jungkook tidak mau itu terjadi kembali. Maka biarlah hanya dia saja yang menanggung beban pikirannya sendiri.
Yang tanpa Jungkook ketahui bahwa apa yang dia lakukan akan semakin menyakiti batinya dan menghancurkan dirinya sendiri secara perlahan.
"Jangan melamun. Nanti tikusmu itu mati."
Si kecil terperanjat saat mendengar suara berat tersebut. Sang ayah mengusap lembut kepala si bungsu, kemudian mendudukan dirinya disamping sang putra.
"Itu hamster ayah. Bukan tikus!" Jungkook mencibik dengan pipi gembil yang semakin menggembung lucu. "Lagi pula Choco sudah makan banyak seperti Koko, tidak mungkin dia mati. Choco akan tumbuh sebesar Koko nanti."
Sang ayah terkikik geli mendengar celotehan putranya yang sangat pintar."Badan Choco hanya akan sebesar itu saja. Tidak mungkin bisa sebesar Koko."
"Benarkah? Aku pikir Choco masih bayi lalu akan semakin besar, semakin besar, dan semakin besar." Jungkook mengangkat dua tangannya sambil memperagakan sebesar apa yang dia bayangkan.
"Jungkook." Sang ayah yang tadi duduk disampingnya kemudian berpindah posisi menjadi berlutut dihadapan Jungkook dan menggenggam jemari kecil si bungsu.
"Maafkan ayah nak. Ayah jarang meluangkan waktu untuk bermain bersama kalian. Ayah lebih sering menghabiskan waktu ayah untuk bekerja dan melupakan jagoan-jagoan ayah."
Si kecil tersenyum lebar, menampilkan dua gigi atasnya yang menyembul begitu menggemaskan ditambah satu buah gigi bawahnya yang baru saja tanggal pagi tadi. Terlihat sangat lucu. "Ayah terima kasih sudah bekerja keras untuk kami." Jungkook menubruk memeluk leher sang ayah, membuat ayahnya hampir terjengkang kalau saja tidak kuat menahan tubuh gembil sang putra.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother ✔
FanfictionMereka kembar namun tidak identik. perceraian kedua orang tuanya memisahkan mereka sejak kecil. Namun karena sebuah ikatan batin, takdir menuntun mereka bertemu kembali saat dewasa. dengan kisah baru, kehidupan baru, dan tanpa mengenal satu sama lai...