Karya : MalikKotaku memasuki musim penghujan. Anginnya selalu bertiup dingin. Aku memarkirkan si Hitam di depan sebuah warung kopi. Sudah tujuh tahun tempat ini jadi tempat yang spesial bagiku. Sudah tujuh tahun sejak kamu pertama kali membawaku kesini.
"Mau kopi Neng?" Ceu Ijah, wanita paruh baya itu menyapaku. Ia langsung menyeduhkan segelas kopi begitu melihat aku mengangguk.
"Nuhun Ceu..." Dia tersenyum sebentar sambil menyodorkan gorengan buatannya. Lalu pergi melayani pembeli lain.Sementara itu, aku menatap asap kopi yang mengepul. Dulu, kamu sering membawaku kesini. Tidak peduli sudah seberapa larutnya malam. Selepas membawaku berkeliling kota dengan motor gede yang kamu namai si Hitam. Kamu akan berlari seperti anak kecil, duduk dibangku panjang, mencomot gorengan, memesan secangkir kopi hitam, lalu tertawa bersama si bapak di sebelahmu. Kamu pasti tidak kenal mereka bukan? Kamu hanya sok akrab saja. Kamu bahkan melupakanku yang berjalan dengan gamis panjang terinjak-injak.
"Itu atuh A, istrinya dibantu. Kasihan susah jalan.." bahkan meski Ceu Ijah mengingatkanmu bahwa kamu kesini tidak seorang diri, kamu tetap tidak peduli. Kamu takut cangkir kopi itu akan diambil Ceu Ijah karena dikira sisa pembeli sebelumnya jika kamu meninggalkan bangku.
"Lelet ah lelet.." Ish, kamu tau? aku benci sekali gaya bicaramu. Kamu tetap berbincang ria dengan si bapak bahkan sesekali sama Ceu Ijah. Tapi kamu selalu bersegera menghabiskan pisang goreng yang tinggal setengah jika aku sudah berdiri di depanmu. Juga membersihkan sisa minyak di mulut, meski sebenarnya itu hanya membuat wajahmu belepotan minyak.
Lalu seperti biasa, kamu akan tersenyum. "Silakan duduk Bu Hajah hhe..." Bangku itu kamu tepuk keras-keras agar debunya hilang.
Aku duduk tanpa bilang terimakasih. Protes kenapa juga harus mampir ke sini dulu. "Ini udah malem Dev! Aku ngantuk!" Bukannya pulang, kamu malah mencium lenganku. Lalu memesankan secangkir kopi. Membuatku merasa susah untuk marah.
Tidak perlu waktu lama, Ceu Ijah cekatan menyuguhkan pesanan. Kita lalu menyeruput kopi yang tadi kamu pesan. Bercerita tentang banyak hal. Meski sebenarnya, hanya kamu yang sibuk bercerita. Ceritanya juga selalu sama. Tentang kopi yang berwarna hitam.
Kini aku sendiri. Menyesap aroma kopi yang nikmat. Seminggu yang lalu waktu untuk pertama kalinya aku melihatmu memakai infusan kamu bilang begini "Sya, aku bosen sama kopi Ceu Ijah. Pengen ngerasain kopi dari syurga. Pasti enak, iyakan?".
Dua hari setelahnya kamu pergi meninggalkanku. Penyakit karena keseringan minum kopi itu telah mengantarmu ke syurga. Mari aku tebak, sekarang kamu pasti sedang duduk di singgasana, memesan secangkir kopi terbaik. Dan pelayannya pasti bidadari yang lebih cantik dari Ceu Ijah. Tapi tetap aku yang paling cantik bukan? Dev, kamu jahat!!
Aku terdiam. Berusaha menahan sesak dan air mata. Menatap kepul kopi yang membentuk siluet tubuhmu. Aku tersenyum, kopi ini memang nikmat Dev. Kopi ini manis. Terimakasih telah menyukaiku juga menyukai kopi di warung ini. Setidaknya cangkir-cangkir di warung ini menemaniku setelah kepergianmu. Di tengah malam yang dingin, aku menemukanmu dalam secangkir kopi yang panas.
![](https://img.wattpad.com/cover/202675778-288-k724826.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kerikil Kata || CERPEN
KurzgeschichtenAku tidak pandai merangkum. Kau coba baca saja sendiri. Aku menyimpan kenangan tentang seseorang dalam setiap bab di buku ini. Ku perbolehkan kau menyukainya💓 @Kuningan @Bandung