Karya : Malik
Aku menatapnya tanpa berkedip. Tidak percaya dengan sosok perempuan yang sedang berdiri di depanku. Tubuhnya yang tinggi dan ramping dibalut gaun berwarna merah.
Mulutku tak bisa mengatup. Fokus mengamati wanita ini. Rambutnya yang panjang dan sedikit ikal di ujung. Hidung mancung dan bibir mungil. Dia tampak sangat cantik. Dan yang membuat nafasku tidak karuan, wanita ini adalah aku. Dengan mata kiri yang tertutup poni. Ada darah dibalik rambut itu.
Aku menatapnya lama. Dengan perasaan takut yang bercampur dengan penasaran. Tapi wanita ini, tetap diam memandang lurus ke depan. Seolah tidak melihatku yang sejak tadi mengamatinya. Dadaku bergumuruh, ketakutan.
CTARR!!
Suara petir diluar membuatku kaget. Beralih melihat jendela kecil yang ternyata sejak tadi terbuka padahal hari sudah malam. Ada suara klakson mobil menderu-deru. Wanita di hadapanku dengan tetap diam berjalan perlahan, mendekati jendela. Gaun merahnya yang panjang menyentuh kakiku ketika dia berbalik. Anehnya, kain itu seolah melewatiku begitu saja. Gaun itu menembus tubuhku. Aku semakin menggigil ketakutan.
Wanita itu tiba-tiba berjongkok. Wajahnya tepat berada di depanku. Mungkin hanya jarak 5 senti. Aku bisa mencium bau anyir darah dari matanya. Dan yang lebih menakutkan, dia tersenyum. Memamerkan giginya. Ia usap darah tadi sambil berjalan ke luar ruangan. Meninggalkanku dengan tangis yang tidak bisa ditahan.Siapa dia? Siapa dia? Apakah itu Nam? Apakah itu aku?
Aku menggigit jari.
Kenapa itu aku? Aku tidak punya gaun merah. Aku juga tidak tinggal di rumah kayu yang gelap dan sepi seperti ini. Terlebih, mataku tidak pernah terluka. Siapa dia?"Kamu kenapa manis?" Suara lelaki menerobos indera pendengaranku. Membuatku berhenti menangis. Wanita itu berjalan sambil mengaitkan tangannya di lengan seorang lelaki. Dia, Noa. Aku mengenalnya. Dia Noa, pacarku.
Mereka terus saja berjalan meski aku menghadangnya.Itu Noa, milikku. Jangan sentuh dia! Dan Noa, berhentilah memanggilnya Manis aku dengar! tapi tubuh mereka menembus tubuhku. Membuatku merasa aneh dengan situasi ini. Mata wanita itu, sudah tidak mengeluarkan darah lagi. Nafasku tidak beraturan. Sekali lagi, dia tersenyum dengan cara yang mengerikan.
Wanita itu bukan aku. Dan lelaki itu bukanlah Noa. Senyumanku tidak seperti itu. Dan Noa tidak pernah memanggil gadis lain dengan sebutan Manis. Lalu mereka ini siapa? Kepalaku berdenyut. Perasaan takut menjalar ke seluruh tubuh. Kenapa aku bisa melihat mereka tapi mereka tidak? Kenapa wanita itu terlihat sangat mirip denganku?
Sebelum pertanyaanku menemukan jawabannya, darah sudah mengucur mengotori lantai. Lelaki itu tergeletak dengan pisau menancap di perut.
"Noaa!!!!"
Aku berteriak kaget mencoba memeluk tubuh lelaki itu padahal tadi aku baru saja bilang dia bukan Noa. Tanganku gemetar dan air mata mengucur dengan deras seiring darah yang terus melebar ke segala arah. Tidak peduli siapa lelaki itu, aku benar-benar ketakutan.
Aku tidak pernah melihat adegan pembunuhan secara langsung. Wanita itu, membunuh lelaki yang tadi menanyakan keadaannya. Dia bahkan di panggil Manis. Wanita itu, membunuh lelaki berwajah Noa. Wanita itu, yang menyerupaiku.Ku panggil nama Noa berkali-kali. Entah Noa mana yang ku panggil. Apakah aku berteriak menyuruh hidup lagi Noa di depanku. Atau menyuruh datang Noa yang tidak ada disini. Aku takut.
"Nam, aku juga bisa melihatmu."
Degg
Aku terkejut. Tanganku mencoba menggapai apapun. Wanita itu terus saja mendekat.
"Aku adalah kamu di masa depan. Dia adalah Noa, kekasihmu." Wanita itu menyeringai, darah kembali mengucur dari matanya. Dan semua berakhir. Gelap.
Aku masih bisa mengingat mimpi 3 tahun lalu itu. Mimpi yang terus menghantuiku. Dan kini, ku dapati diriku tengah memegang sebilah pisau. Ada tubuh Noa di lantai. Sebuah gaun melekat indah di tubuhku. Warnanya senada dengan darah Noa yang mengotori lantai.
"Noa, kenapa berselingkuh?" Kurasakan ada aliran cair yang mengalir turun ke pipi. Ternyata itu darah dari mataku.
Wanita itu ternyata memang aku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kerikil Kata || CERPEN
Cerita PendekAku tidak pandai merangkum. Kau coba baca saja sendiri. Aku menyimpan kenangan tentang seseorang dalam setiap bab di buku ini. Ku perbolehkan kau menyukainya💓 @Kuningan @Bandung