6

2K 189 7
                                    

Jimin melangkahkan kaki nya menyusuri koridor asrama nya, niat nya mau menuju perpustakaan, tugas nya ada yang belum selesai.

"Sst"

Jimin masih sibuk menggumamkan lagu kesukaan nya tanpa peduli sekitar.

"Park Jimin"panggil seseorang dengan suara lirih.

Kali ini Jimin menoleh, mencari sumber suara lalu terdiam saat tau dari mana suara itu berasal.

"Mau kemana?"
"Perpustakaan"
"Tugas?"
"Iya"
"Kapan kembali ke asrama?"
"Pagi tadi"
"Lalu kenapa kau terlihat sangat tegang? Ini hanya aku, bukan guru"
"Aku, aku gugup, Jungkook"

Jungkook terkekeh lalu menepuk pundak Jimin pelan.

"Biasakan, tidak lucu jika kau selalu gugup saat bersama ku"bisik Jungkook lalu pergi.

Jimin baru sadar jika Jungkook memakai baju basket nya saat pemuda itu melangkah menjauh. Mungkin baru selesai latihan.

"Park Jimin~"sebuah suara mendayu layak nya tengah memanggil anak kecil terdengar.
"Seokie eonnie~"balas Jimin sumringah.
"Nanti kita makan malam bersama ya"

Jimin mengangguk penuh semangat. Lucu sekali.

"Seokjin belum kembali"ucap Hoseok.
"Ada masalah kah?"
"Sepertinya iya, tadi dia bilang jika ibu nya meminta nya pulang sebentar"
"Semoga tidak terjadi hal buruk. Lindungi Jinnie eonnie kami, Tuhan"gumam Jimin lirih.

Hoseok mengusap kepala adik kelas kesayangan nya itu lalu menggumamkan kata terima kasih beberapa kali.

"Karna kau, Jin bisa bertahan. Karna kau juga aku tidak jadi kembali tinggal di Gwangju saat ayah ku sakit dulu. Terima kasih ya, Jimin"

Jimin memberi senyum terbaik nya pada Hoseok lalu menganggukkan kepala nya dengan perlahan, manis sekali.

"Seokie, Jiminie"

Keduanya menoleh lalu segera berlari mendekat pada Seokjin yang datang dengan wajah sedih dan air mata yang mati-matian gadis itu tahan.

"Ada apa, eonnie?"tanya Jimin khawatir.

Seokjin tak menjawab, hanya mengusap air mata yang akhirnya lolos juga.

"Cerita, Jin. Kami khawatir"

Air mata Seokjin semakin deras, di tambah isakan kecil yang kini keluar dari bibir tebal itu membuat Hoseok dan Jimin semakin panik.

"Anu, eum kita, itu kamar. Iya! Kita harus ke kamar"seru Jimin lalu menyeret kedua kakak kelas nya itu menuju kamar Jimin dan Jin.
"Sudah, menangis saja. Luapkan semuanya, kami akan di sini menunggu mu"ucap Hoseok lembut sembari memeluk sahabat baik nya itu.

Seolah mendapat lampu hijau, tangis dan isakan yang sempat Seokjin tahan akhirnya pecah juga. Menyakitkan bagi Jimin dan Hoseok melihat sahabat dekat mereka seperti ini.

"Eonnie~"

Hoseok merentangkan satu tangan nya lagi agar si kecil Min itu bisa masuk ke dalam pelukan nya juga. Jimin masuk ke dalam pelukan Hoseok, tangan mungil nya mengusap lengan atas Seokjin dengan lembut.

"Kenapa menangis, Jimin?"tanya Seokjin saat melihat wajah Jimin juga basah.
"Hiks kasihan eonnie hiks"

Seokjin yang awal nya sedih kini bisa sedikit terhibur karna kelucuan si Min kecil itu. Tawa kecil keluar dari bibir Seokjin. Di peluk nya Jimin dengan gemas lalu membenarkan duduk nya dengan tegap.

"Sudah siap untuk bercerita?"tanya Hoseok.
"Ya"
"Katakan"
"Tunggu. Biarkan si mungil ini menghapus air mata nya dulu"canda Seokjin sembari mengusap sisa air mata di wajah Jimin.
"Ih, jangan bercanda"protes Jimin.

Cupid - Kookmin 💜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang