11

1.8K 176 4
                                    

"Kenapa mau bertemu disini? Kita bisa berjalan bersama dari sekolah kan?"tanya Jungkook setelah menemukan Jimin duduk manis di halte bis pagi ini, mereka akan jalan-jalan seperti yang kemarin mereka janjikan.

Jimin tersenyum.

"Malu, pasti banyak yang melihat"jawab Jimin.

Bohong. Sebenarnya bukan karna itu, Jimin takut jika mereka pergi bersama maka salah satu teman Jungkook akan tau lalu akan bertanya saat efek serbuk itu hilang, Jungkook pasti sudah tidak akan ingat apapun. Yang di takutkan jika lelaki itu mendatangi Jimin lalu meminta penjelasan. Jawab apa? Jika jujur maka yang terjadi setelah nya adalah ucapkan selamat tinggal pada Jungkook dan jangan pernah berharap untuk di maafkan. Begitu kan seharusnya? Ah, membayangkan nya saja sudah berhasil membuat Jimin takut.

"Hei, kenapa melamun?"Jungkook menyentil kening Jimin pelan.
"Jungkook, kau lapar tidak?"tanya Jimin mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Kau belum sarapan?"
"Belum. Memang kau sudah?"
"Haissh, kau ini. Tunggu disini sebentar"

Jungkook berlari setelah menitipkan tas nya pada gadis Min itu. Jimin menatap punggung itu heran namun kembali duduk sambil bernyanyi kecil.

"Hahhh inihhh"
"Kenapa lari-lari?"tanya Jimin setelah melihat Jungkook berkeringat.
"Kau bilang belum sarapan, cepat makan roti ini. Nanti kita makan setelah sampai di taman kota"

Roti dan susu coklat pemberian dari Jungkook. Ah, rasanya sayang untuk di makan - PJM.

"Di makan, Ji. Sekarang"
"Ah, iya. Terima kasih, Kookie"
"Kookie?"
"Eh? Iya. Tidak suka ya?"tanya Jimin takut.
"Tidak. Aku suka"
"Aku juga suka"gumam Jimin lirih.
"Suka aku?"tanya Jungkook yang sudah menatap Jimin lekat.
"Huh?"
"Bis nya sudah datang, ayo"

Dan hari itu keduanya benar-benar bermain tanpa lelah. Jimin bahkan mendapat sebuah gelang dari Jungkook setelah keduanya makan siang tadi. Gelang yang sama seperti yang Jungkook pakai.

"Jungkook"panggil Jimin, keduanya masih duduk bersebelahan di dalam bis.
"Hm?"
"Terima kasih ya"
"Untuk?"
"Jalan-jalan nya"
"Aku juga senang, jadi kita sama-sama bahagia kan?"

Jimin tersenyum lalu mengangguk.

"Aku harap kau tidak pernah lupa dengan hari ini"ucap Jimin, mata nya masih menatap manik Jungkook.
"Aku tidak akan lupa"
"Ku harap"
"Kau baik-baik saja? Kenapa mata mu berkaca-kaca?"tanya Jungkook.
"Aku, eum mengantuk"
"Kalau begitu tidur lah, aku akan membangunkan mu nanti"ujar Jungkook sembari membawa kepala Jimin untuk bersandar pada pundak nya.

Jimin diam saja, dada nya berdebar karna senang sekaligus merasa sedih jika mengingat Jungkook akan melupakan hari menyenangkan ini.

Harusnya aku tidak boleh serakah, tapi aku benar-benar ingin seperti ini untuk waktu yang lama, bersama Jungkook - PJM.
.
.
.
"Kau bisa ke asrama dulu Jungkook"
"Kenapa? Kita jalan bersama saja, ini sudah sore tidak ada banyak orang"

Jimin menggeleng, ia tau jika beberapa menit lagi efek serbuk itu akan hilang dan Jungkook juga akan lupa dengan kejadian seharian ini.

"Jung-"
"Huh? Kenapa aku disini?"

Ah, sudah hilang - PJM.

"Jimin?"

Jimin mendongak namun kembali menunduk kala merasa pipi nya basah, ah ia menangis.

"Kau menangis? Ada apa?"tanya Jungkook.
"Tidak apa, aku hanya hiks hiks"
"Hei, kau kenapa? Kita bisa jadi tontonan. Bangun, jangan berjongkok di pinggir jalan"

Jimin tak mendengar, ia lebih memilih terus berjongkok dan terus menangis hingga rasa lega sedikit terasa.

"Kau membuat ku bingung"kata Jungkook.
"Jungkook, pulang lah. Kau tadi kemari karna mau ke supermarket"jawab Jimin dengan suara bergetar nya.
"Huh? Supermarket? Kenapa tidak yang si samping sekolah?"gumam Jungkook.
"Aku juga tidak tau"
"Lalu kau? Apa yang kau lakukan disini?"tanya Jungkook.
"Aku dari jalan-jalan"
"Sendirian?"

Jimin mengangguk lalu berdiri setelah menghapus air mata nya, menyisakan wajah merah dan mata yang terlihat sembab.

"Aku pulang dulu"pamit Jimin lalu masuk ke dalam bis.
"Hei! Kau ma-"

Jungkook terdiam, ia lihat gadis mungil itu duduk di bangku paling belakang dengan kedua tangan yang menutup wajah kecil nya. Sepertinya menangis lagi.

"Dia mau pulang ke rumah?"

Lama Jungkook berdiri di dekat halte sampai pundak nya di tepuk dari arah belakang.

"Hei, Jeon. Kemana saja kau seharian ini?"
"Tae"
"Apa?"
"Apa aku pergi seharian ini?"
"Iya, kenapa? Kau anemia mendadak?"
"Maksud mu?"tanya Jungkook tak mengerti.
"Lupa ingatan"
"Amnesia, bodoh!"
"Ah terserah, aku tanya kau kenapa berdiri disini?"

Jungkook menatap baju dan juga tas yang ia bawa, manik nya menangkap gelang di tangan kiri nya. Aneh. Itu bukan gelang nya.

"Kemana saja aku seharian ini?"
"Kau tidak ingat?!"seru Taehyung heboh.
"Aku merasa aneh"
"Iya, kau memang aneh. Bagaimana bisa kau terkena anemia"
"Amnesia, bodoh. Amnesia"
"Hei! Mau kemana! Jeon!"seru Taehyung kala teman nya itu sudah lebih dulu berjalan mendahului nya.

Aku tidak mungkin memakai baju serapi ini jika hanya ingin ke supermarket, ah aku juga tidak akan membawa tas ini - JJK.

"Aku dari jalan-jalan"

Langkah kaki Jungkook terhenti kala tiba-tiba jawaban Jimin tadi terlintas dalam pikiran nya.

"Tidak mungkin. Aku tidak ingat apapun"gumam Jungkook.
"Kau ini kenapa? Apa karna anemia itu kau jadi linglung?"
"Amnesia, Tae. Kau ini bodoh sekali"omel Jungkook kesal.
.
.
.
"Jimin? Kenapa pulang?"tanya asisten rumah tangga Jimin.
"Iya, bi. Besok libur"jawab Jimin.
"Tidak sedang ada masalah kan?"
"Tidak, bi. Jimin baik-baik saja"jawab Jimin lalu memberi senyum terbaik nya.

Sang bibi asisten mendekat lalu mengusap wajah Jimin, tepat nya di bawah mata.

"Jika tak apa kenapa mata mu sembab? Ada masalah dengan roomate mu?"
"Tidak, bi. Jinnie eonnie itu orang baik, dia sayang sekali pada Jimin"jawab Jimin terburu.
"Lalu?"
"Hanya masalah kecil, nanti akan hilang sendiri. Jimin masuk kamar ya, bi? Mengantuk"

Usapan lembut di pucuk kepala Jimin dapat, ah jadi rindu ibu nya.

"Tapi bibi akan membangunkan mu jika sudah memasuki makan malam ya? Tidak boleh menolak"
"Siap, kapten"

Jimin memasuki kamar nya, duduk di kursi belajarnya, membuka laci meja nya lalu meraih buku usang di tumpukan paling bawah.

"Masih ada"bisik Jimin.

Disana. Di dalam buku dengan sampul yang sudah usang, Jimin meraih sebuah foto. Senyum manis tercetak jelas di wajah Jimin.

"Tampan sejak dulu. Jeon Jungkook tak pernah berubah"gumam Jimin sembari mengusap foto di tangan nya.

Foto itu di ambil Jimin diam-diam saat menyaksikan pertandingan Jungkook. Senyum lebar karna kemenangan telak yang di dapatkan berhasil Jimin abadikan tepat waktu, foto terbaik yang masih Jimin simpan hingga kini.

Meoww~

"Neko!!"

Kucing berbulu putih itu mendekat pada Jimin tanpa ragu lalu duduk di atas meja belajar Jimin setelah Jimin angkat dengan susah payah.

"Kau tambah berat saja"ujar Jimin.

Meow~

"Neko, kau ingat lelaki yang menjaga mu sebelum ku bawa pulang kemari tidak?"

Meow

"Iya yang tampan itu, yang jago main basket. Hari ini aku jalan-jalan dengan nya, seru sekali. Aku juga dapat gelang, lihat ini"

Meow

"Tapi dia pergi bukan karna maunya, aku yang membuat nya seperti itu. Harusnya aku tidak boleh begitu kan? Aku nakal"keluh Jimin lalu menundukkan kepala nya, kembali menangis.











TBC

Cupid - Kookmin 💜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang