Tidak ada lain kali seperti yang Jimin katakan siang itu. Nyata nya Jungkook tidak pernah bisa menjangkau nya. Keberadaan Jimin tak semudah dulu Jungkook temukan. Sekarang, butuh waktu seharian mencari dan menemukan kala si gadis masuk ke dalam mobil jemputan. Meminta tolong pada Taehyung juga rasanya tidak mungkin. Tidak mau merepotkan.
"Harus dengan cara apa aku mengajak mu bicara?"gumam Jungkook.
Pukk
"Ada apa, Jeon?"tanya Taehyung setelah menepuk pundak teman baik nya itu.
"Tidak ada. Hanya"
"Hanya apa?"
"Hanya ingin pulang"jawab Jungkook lirih.Taehyung mendengus. Rumah bagi keduanya memiliki arti yang berbeda. Jika Jungkook mendapat hangat dan melepas rindu maka Taehyung merasakan sebalik nya.
"Lusa setelah kita sudah libur. Kau bisa pulang"ujar Taehyung.
"Memang rencanaku begitu"
"Bawakan aku oleh-oleh ya?"
"Mau apa kau?"
"Apa saja, kalau bisa bawakan kabar baik sebelum kau pulang ke Busan"Jungkook mengernyit.
"Apa?"tanya Jungkook tak mengerti.
"Kau dan Jimin"Hening.
"Sulit, Tae. Dia tak terjangkau"kata Jungkook.
"Sadar tidak kalau sekarang posisi kalian terbalik meskipun perasaan kalian tidak?"
"Maksud mu?"
"Dulu Jimin yang selalu melihat mu dari jauh, tak bisa mendekat karna terlalu takut"
"Aku tidak tau"
"Mungkin Jimin juga tak tau jika sekarang kau sering menatap nya dari jauh juga"
"Apa dia semenderita ini dulu?"tanya Jungkook.
"Kau menderita?"tanya Taehyung tak percaya.
"Tidak bisa meraih tangan nya saat dia hanya beberapa langkah dari mu itu menyakitkan, Tae. Terlebih aku ingat semua yang telah kami lakukan bersama-sama"jelas Jungkook dengan wajah yang terlihat frustasi.
"Kau menyukai nya?"selidik Taehyung.
"Aku tidak tau. Tapi tidak bisa mendekat padanya membuat ku marah pada diriku sendiri"Taehyung menghembuskan nafas nya malas.
"Perjelas dulu perasaan mu sebelum berani meraih tangan nya. Memang apa yang akan kau katakan padanya nanti?"pesan Taehyung.
"Aku ingin meminta maaf"
"Minta maaf, pantat mu. Kalau hanya itu saja kenapa kau frustasi begini? Aku yakin kau tidak sebodoh itu"
"Aku rindu mengantar nya pulang"gumam Jungkook.
"Kau menyedihkan"olok Taehyung.
"Ya. Belum pernah semenyedihkan ini"balas Jungkook.
"Ingin ku bantu menemui Jimin?"tawar Taehyung akhirnya.Jungkook hendak mengiyakan dengan senang hati namun menggeleng.
"Kenapa?"
"Dia mendekati ku tidak dengan bantuan siapapun"
"Tapi ada cu-"
"Maksudku bantuan manusia. Selama ini dia memendam semuanya sendirian. Tidak adil jika aku hanya meminta bantuan mu dengan mudah. Aku terlihat tidak berjuang"ucap Jungkook panjang lebar.
"Kalau kau bisa mengatakan hal seperti ini tapi tidak tau kau mencintai nya atau tidak, aku bisa menyimpulkan kalau kau bodoh"
"Ya!"protes Jungkook.
"Ya kau pikir saja! Alasan kau berpikir begitu karna apa kalau tidak suka? Jangan bodoh"
.
.
.
"Sudah selesai semuanya, Ji?"tanya Hoseok saat mendampingi Jimin mengurus surat pindah nya.
"Sudah, kakak ipar"
"Isssh, malu"keluh Hoseok dengan pipi yang memerah.
"Tapi itu kan memang fakta. Yoongi oppa itu jika sudah suka tidak akan di lepaskan. Coba saja eonnie pergi, pasti langsung di nikahi biar tidak lari"
"Ada-ada saja"
"Jimin serius"
"Iya, eonnie percaya"Hoseok merapikan rambut gadis yang lebih kecil darinya itu dengan sayang. Mengusap pipi gembil yang entah sejak kapan mulai menirus sedikit demi sedikit. Lalu terakhir mencubit kecil hidung mungil Jimin.
"Sudah tidak pisah dengan kakak ya sekarang"goda Hoseok.
"Iya. Apalagi mama juga ikut meskipun masih harus mendampingi papa juga. Tidak apa, ini lebih dari cukup"jawab Jimin.
"Serius ingin pindah ya, Ji? Tidak merasa sayang? Banyak yang Jimin tinggalkan disini"tanya Hoseok.
"Jimin ingin bersama oppa saja, lebih merasa aman. Mungkin ada beberapa yang memang harus di tinggalkan. Kalau memang untuk Jimin nanti akan datang pada Jimin"
"Ya sudah, terserah Jimin saja. Yang penting Jimin bahagia, eonnie juga ikut bahagia"balas Hoseok tulus.
"Terima kasih ya, eonnie. Sudah mau jadi kakak, teman, pendengar dan penyemangat terbaik Jimin. Eonnie dan Jinnie eonnie adalah list teratas yang akan Jimin rindukan nanti"Hoseok menangis, terharu lebih tepat nya. Adik kecil yang ia sayangi ini sudah sangat dewasa, bahkan bisa berterima kasih dengan kata-kata mengharukan seperti ini. Jadi tidak mau berpisah saja.
Jimin terkekeh, jemari mungil nya mengusap air mata di wajah manis Hoseok lalu menggelendot manja di lengan si calon kakak ipar sebelum kembali berjalan beriringan.
"Jangan menangis, kemarin Jinnie eonnie juga menangis"ucap Jimin lalu terkekeh.
"Kau ini, bikin gemas saja"gerutu Hoseok.
"Kan eonnie bisa mengunjungi ku"
"Kakak harus kuliah, Jimin"
"Beberapa hari saja saat Yoongi oppa kesini, eonnie ikut ke Jepang lalu kita main"seru Jimin penuh semangat.
"Bisa-bisa nya tertawa lebar saat masalah hati masih belum menemukan jalan keluar"olok Hoseok.
"Ihhh, eonnie~"
"Sudah ayo ke tempat parkir. Oppa mu sudah menjemput"
"Pacar kakak ya?"goda Jimin.
"Iya, pacar ku yang paling tampan tidak ada tandingan nya"jawab Hoseok lalu kedua nya tertawa renyah.
.
.
.
Taehyung lari menyusuri koridor asrama nya dengan tergesa. Nafas nya sudah tersengal karna berlari sejak tadi, sejak dirinya menerima kabar dari sang kekasih.Tok tok tok
"Jungkook!!!"
Hening.
Tok tok tok
"Jeon Jungkook, buka pintu nya!!"
Tak ada sahutan.
"Ada apa, Tae?"tanya salah satu teman mereka yang tak sengaja mendengar teriakan heboh Taehyung.
"Jungkook dimana? Lihat tidak?"
"Tidak tau, tapi tadi aku lihat dia memakai baju basket. Mungkin sedang latihan"
"Tapi tidak ada jadwal latihan"gumam Taehyung lirih.
"Yasudah, terima kasih ya"lanjut Taehyung sebelum berlari menuju lapangan basket indoor karna saat ia melewati lapangan outdoor tadi, tak ada siapapun disana.Setelah berhasil mengatur nafas, Taehyung masuk ke dalam lapangan. Benar. Jungkook disana. Sedang bermain sendiri dengan peluh yang sudah membasahi baju basket nya.
"Jungkook"panggil Taehyung.
Si pemilik nama menoleh lalu tersenyum sesaat sebelum menghampiri Taehyung yang sudah duduk di pinggir lapangan.
"Ada apa, Tae?"tanya Jungkook.
"Kenapa latihan sendiri? Kita tidak ada jadwal kan?"Taehyung bertanya balik.
"Hanya ingin main saja, suntuk"jawab Jungkook masih sibuk mendribble bola nya.Taehyung kembali mengatur nafas sebelum menatap Jungkook dengan tatapan serius nya.
"Jimin benar-benar pindah, tadi dia pamit padaku. Dia berangkat ke Jepang siang ini. Ternyata Jimin tidak menunggu kenaikan kelas, dia langsung pindah setelah ujian kita selesai. Dia menitipkan salam pada mu. Jimin meminta maaf karna belum bisa menepati janji nya, dia bilang kalian janji berbicara tapi dia sudah harus pindah. Katanya, jika memang waktu berpihak, kalian akan menemukan lain kali yang ia janjikan itu"jelas Taehyung panjang lebar.
Siang tadi, Jimin menghampiri nya setelah selesai dengan kegiatan absen hari ini. Berpamitan sekaligus menitip pesan. Gadis itu enggan bertemu Jungkook, takut berubah pikiran katanya. Jadi ia memilih berpesan pada Taehyung dan Seokjin saja.
Duk duk duk
Bola basket yang Jungkook peluk erat sejak tadi akhirnya luput dari tangan nya. Lemah. Semuanya seperti sedang menertawakan keadaan Jungkook sekarang. Pikiran nya kosong.
"Dia tidak ingin bertemu dengan ku, Tae. Aku terlalu banyak memberi nya luka. Mungkin ini hukuman ku. Ya kan?"
Taehyung diam tak menjawab, ia hanya bisa menghampiri sahabat karib nya itu lalu menepuk pundak nya beberapa kali sebelum Jungkook berjongkok dengan kepala yang menunduk dalam. Ia pikir kisah nya dengan Jimin sudah berakhir sebelum mereka benar-benar memulai nya.
TBC
Siapa yang kangen ai?~
Semangat puasa nya ya ami 💜💜💜💜💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupid - Kookmin 💜
FanficJimin si gadis mungil yang diam-diam memuja salah seorang teman sekolah nya yang terkenal sangat dingin, Jeon Jungkook. Pemuda Jeon itu jarang berbicara dan Jimin yang pemalu pun membuat semua terasa semakin sulit. Hingga pada suatu hari Jimin menda...