Tidak ada yang berubah dengan kehidupan Jimin. Ah salah, ada tapi tidak banyak. Pindah ke Jepang membuat gadis Min itu tidak pernah merasa kesepian karna kedua kakak nya yang selalu pulang ke rumah. Ibu nya masih harus pergi mengurusi sang ayah namun tak sampai membutuhkan waktu berbulan-bulan.
"Anak mama sudah pulang. Bagaimana sekolah hari ini, sayang?"tanya nyonya Min menyambut kepulangan si bungsu.
"Menyenangkan, ma. Sebentar lagi ujian jadi akan banyak pelajaran tambahan"jawab Jimin.
"Kalau harus pulang malam tinggal minta jemput oppa ya?"ingat sang ibu.
"Iya, mama. Jimin akan memanfaatkan keberadaan oppadeul dengan sangat baik. Mau manja"Jimin terkekeh.
"Cepat mandi, mau makan?"
"Tidak. Tadi sudah di sekolah"
"Yasudah, buah saja ya? Mama harus menyiapkan makan malam"Jimin mengangguk lalu memasuki kamar nya yang berada di antara kamar kedua kakak nya. Sengaja katanya.
Tok tok tok
"Masuk saja, ma"
Nyonya Min masuk ke dalam kamar sang putri. Jimin sudah mandi dan kini sudah mengenakan piyama nya, duduk di depan laptop yang menampilkan wajah Seokjin dan Hoseok disana.
"Selamat sore, mama Jimin"sapa keduanya lalu terkekeh.
"Selamat sore, anak-anak cantik. Bagaimana kuliah kalian?"tanya nyonya Min.
"Menyenangkan, bi"balas Seokjin.
"Hoseokie tidak mau main kemari?"Hoseok yang di tanya tersenyum malu lalu terkekeh kaku.
"Mau, bi. Tapi belum bisa"jawab Hoseok.
"Kan sudah di bilang, panggil mama. Kan calon menantu"Jimin dan Jin tertawa sembari menggoda Hoseok yang malu karna perkataan nyonya Min baru saja.
"Hoseok sudah di pastikan menjadi menantu~"goda Seokjin.
"Menikah sebelum wisuda tidak apa kan, kakak ipar?"goda Jimin jahil.
"Tidak apa. Itu memang rencana mama, supaya cepat-cepat dapat cucu"cletuk nyonya Min dengan wajah sumringah.Lagi, Seokjin dan Jimin tertawa karna wajah Hoseok yang sudah memerah padam. Lucu sekali.
"Sudah ah, mama keluar saja. Kasian calon menantu mama, malu"ujar nyonya Min lalu keluar dari kamar Jimin setelah melambai pada dua gadis cantik di seberang sana.
.
.
.
"Mau kemana, Jeon?"Jungkook menatap Taehyung sebentar lalu tersenyum.
"Perpustakaan. Mengembalikan buku"jawab Jungkook.
"Nanti ada pertemuan club basket, hanya untuk penyampaian pada adik kelas saja. Kau datang kan?"
"Sepertinya tidak, aku masih harus menyerahkan tugas ku"
"Tahun ini kau rajin sekali, Kook"ujar Taehyung heran.
"Karna sudah tingkat akhir, banyak yang ku kejar. Ada universitas yang ingin ku masuki. Ayah dan ibuku sudah setuju"Taehyung menatap sahabat karib nya itu penuh selidik.
"Dimana universitas pilihan mu?"tanya Taehyung.
"Ada"
"Jangan bilang Jepang"Gerakan Jungkook yang hendak berbalik pun terhenti.
"Serius, Jeon?!"seru Taehyung tak percaya.
"Dia masih memiliki hutang padaku, Tae. Dan aku sendiri yang akan menagih padanya"jelas Jungkook.
"Kenapa? Selama ini kau tidak pernah menghubungi nya, lalu kenapa ingin bertemu dengan nya?"
"Aku tidak mau membuat nya tak nyaman"lirih Jungkook.
"Apa kedatangan mu kesana takkan mengusik nya? Mungkin dia sudah baik-baik saja. Mungkin kau sudah terlupakan"ujar Taehyung panjang lebar, berniat menyadarkan Jungkook dengan kemungkinan terburuk.
"Tak apa. Aku hanya ingin bertemu dengan nya. Selebihnya itu urusan nanti. Aku pergi dulu"Punggung lebar itu perlahan menjauh, meninggalkan Taehyung dan dengusan terlambat nya.
"Dasar bodoh"
.
.
.
Ponsel Jimin bergetar saat gadis itu masih sibuk dengan soal di buku nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupid - Kookmin 💜
FanfictionJimin si gadis mungil yang diam-diam memuja salah seorang teman sekolah nya yang terkenal sangat dingin, Jeon Jungkook. Pemuda Jeon itu jarang berbicara dan Jimin yang pemalu pun membuat semua terasa semakin sulit. Hingga pada suatu hari Jimin menda...