3

2.7K 252 4
                                    

"Neko-ya~"

Jimin menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri, mencari kucing baru nya yang tadi bermain di halaman belakang rumah nya.

"Neko-ya~"panggil Jimin lagi.

"Tidak! Jangan makan aku! Tolong!"

Gadis Park itu mendekati sumber suara yang terdengar kecil namun lantang.

"Neko? Auh, ternyata disini"seru Jimin riang.

Di angkat nya si kucing putih itu masuk ke dalam pelukannya, namun mulut nya melebar kala melihat makhluk kecil yang bergelantung di sekitar bibir kucing nya. Terlihat putus asa.

"Ka... Kau ini apa?"tanya Jimin terbata.
"Hei! Tolong aku dulu, aku hampir jatuh!"seru makhluk mini itu.
"Ah ya, maaf"

Makhluk itu berpindah tempat, kini berada di atas telapak tangan Jimin yang bergetar. Jimin takut, jelas saja. Seumur hidupnya dia belum pernah melihat makhluk sekecil itu lengkap dengan sayap yang sepertinya terluka.

"Aku cupid. Ah, bagaimana bisa kau mendengar ku? Kau kan manusia"
"Hah? Mana ku tau. Tapi suara mu kecil sekali"
"Sebentar, biar ku buat suara ku lebih besar"ucap si cupid lalu meniupkan serbuk dari kantong nya ke arah telinga Jimin.
"Sudah keras?"tanya cupid.
"Sudah!"seru Jimin.
"Eum, aku senang tapi bisakah kau turunkan monster itu? Aku takut dia akan memakan ku lagi"pinta si cupid.
"Oh, Neko? Baiklah"

Jimin berjongkok lalu melepas Neko yang segera berlari kesana kemari sebelum memasuki rumah.

"Apa yang kau lakukan disini?"tanya Jimin.
"Aku terjatuh saat hendak menembakkan panah ku"
"Bagaimana bisa?"
"Seekor burung menabrak ku, aku terjatuh, sayap ku terluka dan kucing mu hampir memakan ku"omel si cupid dengan wajah kesal nya.

Jimin tertawa, sedikit lebih tenang karna ternyata makhluk di tangan nya itu tak menakutkan seperti yang ia pikirkan.

"Kau lucu sekali"ucap Jimin.
"Ya, aku tau. Tapi sekarang aku kesakitan"keluh sang cupid kecil itu.

Wajah Jimin berubah panik, khawatir jika makhluk kecil itu kenapa-napa. Karna jika kita berbicara tentang menolong sesama maka Jimin lah lambang dari menolong tanpa pamrih yang sebenarnya. Gadis itu akan menolong siapapun yang memerlukan bantuan tanpa berpikir dua kali.

"Lalu aku harus bagaimana? Kau harus di obati kan? Apa yang bisa ku lakukan?"tanya Jimin panik.
"Aku juga tidak tau, serbuk ku tidak bisa menyembuhkan nya"jawab sang cupid.
"Apa bisa dengan obat merah? Seperti aku mengobati burung"
"Coba saja, asal tidak membuat sayap ku hilang"

Jimin segera membawa makhluk mungil itu ke dalam kamar nya, meletakkan tubuh kecil itu di atas kain yang ia tata di atas meja belajar nya agar si makhluk merasa nyaman.

"Kalau sakit bilang ya?"pesan Jimin.
"Tentu saja, aku tidak pintar berpura-pura"jawab si cupid.

Jimin terkekeh, makhluk kecil di depan nya ini mirip sekali dengan kakak tertuanya yang terkadang sangat dingin dengan kata-kata menyebalkan.

"Ya! Pelan! Sakit!"seru cupid kesal.
"Ah, maaf ya. Sebentar lagi, dan hei jangan keras-keras. Bagaimana jika oppa-oppa dengar?"bisik Jimin.
"Hanya kau yang bisa dengar, aku juga heran bagaimana bisa kau dengar suara ku tanpa bantuan serbuk"
"Bagaimana bisa ya?"gumam Jimin.
"Aku juga tidak tau"
"Nah, selesai. Akan ku rawat sampai kau sembuh"
"Eumm"

Jimin menata p3k nya lalu mengusap sayap si cupid yang sehat, makhluk ini benar-benar mirip kakak tertuanya. Gengsi nya tinggi sekali bahkan untuk sekedar berterima kasih padanya. Menggemaskan sekali.

"Sama-sama, makhluk kecil"ucap Jimin sebelum beranjak.
.
.
.
"Hei, cantik"

Seokjin hampir saja menjatuhkan ponsel nya jika sebuah tangan tak menangkap benda pipih itu.

"Kim Taehyung?"
"Selamat siang, sunbae"
"Oo... Oh, selamat siang"
"Menunggu jemputan?"tanya Taehyung.
"Tidak, aku pulang sendiri"
"Mana bisa begitu"
"Apa nya?"tanya Seokjin heran, lelaki di samping nya ini sedikit aneh.
"Sunbae tidak pulang sendiri karna sekarang ada aku. Pulang bersama?"

Ah, dasar tukang modus - KSJ.

"Kau kan tidak tau dimana rumah ku"balas Seokjin.
"Kalau begitu katakan dimana rumah mu"
"Tidak mau"
"Kenapa?"rengek Taehyung.
"Aku tidak suka pulang dengan orang asing"jawab Seokjin gugup.
"Orang asing? Woaaah, kita sudah 2 tahun sekolah di tempat yang sama, bagaimana bisa kita jadi orang asing?"seru Taehyung.
"Kau tau aku ada saja baru beberapa hari yang lalu, bocah"

Hening.

Taehyung merasa tertampar dengan kenyataan yang Seokjin katakan.

"Kenapa? Baru menyadari sesuatu?"goda Seokjin.
"Ya"
"Apa?"
"Aku akan memanggil mu Seokjin saja"
"He?!"
"Kau bilang kita orang asing, jadi aku akan mengakrabkan diri padamu agar kau tak asing padaku"ucap Taehyung dengan bahasa santai nya.
"Kau ini ya"
"Ayo pulang, Seokjin-ah"

Taehyung sudah menarik tangan Seokjin agar berjalan bersama dengan nya.

Oh sial! Baru saja aku berdebar! - KSJ.

"Bukan kesana"ujar Seokjin lalu menarik Taehyung berbelok ke sebelah kiri.
"Oh? Arah rumah kita sama"
"Benarkah?"
"Ya! Tapi karna aku tinggal di asrama jadi aku jarang pulang. Orang tua ku sibuk bekerja dan aku anak tunggal"terang Taehyung.
"Memang dimana rumah mu?"
"Tau toko buku di ujung jalan sana? Perumahan di belakang sana rumah ku"

Seokjin diam. Rumahnya juga disana. Lalu kenapa dia tidak tau jika Taehyung tetangga nya?

"Ada apa, Seokjin-ah?"
"Ya! Panggil aku sunbae!"seru Seokjin tak terima.
"Tidak mau"
"Setidaknya panggil aku noona, aku lebih tua darimu"
"Tidak akan, jangan berharap"
"Kurang ajar sekali anak ini, ya ampun"keluh Seokjin.
"Kalau aku memanggil mu noona, maka hubungan kita tidak akan pernah jauh dari ini"

Seokjin kembali diam. Lelaki di samping nya ini, yang menggenggam jemari nya ini, sangat hebat dalam membuat nya berdebar.

Haruskah aku bilang sial lagi karna dia kembali membuat ku berdebar? - KSJ.
.
.
.
"Hei, gadis kecil. Ayo berangkat"

Jimin mengangguk, meminum susu coklat nya lalu berlari kecil mengikuti kakak tertua nya memasuki mobil masih dengan roti di mulut nya.

"Habiskan roti mu dulu, Ji"
"Mwaswih bweyum habisss"jawab Jimin.
"Ishh, jorok"

Perjalanan ke sekolah Jimin hari ini terasa lebih cepat karna jalanan yang memang tidak terlalu padat.

"Oppa jemput ya nanti? Jangan kembali ke asrama! Masih ada oppa di rumah"
"Iya, berisik"gerutu Jimin kesal.
"Min Jimin, oppa bisa mendengar mu dengan jelas"

Jimin memasang senyum cantik nya hingga akhirnya Yoongi mendengus, menyerah jika adik bungsu nya sudah berlaku semanis itu.

"Jimin masuk ya, oppa. Hati-hati di jalan"

Jimin sudah keluar dari mobil saat panggilan Yoongi kembali membawa nya kembali mendekat.

"Apa lagi?~"rengek Jimin setengah kesal.
"Kau melupakan sesuatu, gadis kecil"
"Ah, tidak mau cium lagi"tolak Jimin.
"Sudah sebesar ini dan mau mencampakkan oppa? Begitu? Ya Tuhan, adik ku jahat sekali"

Jimin menghentakkan kaki nya kesal, mendekat pada pintu mobil dimana Yoongi berada karna kakak nya itu memang tidak keluar mobil sejak tadi.

"Jimin benci oppa"gerutu Jimin sebelum mendaratkan kecupan di kedua pipi Yoongi.

Yoongi tersenyum lalu mengecup kening Jimin beberapa saat.

"Oppa juga menyayangi mu. Selamat belajar, gadis kecil oppa"balas Yoongi dengan senyum yang luar biasa tampan nya, bisa di pastikan yang mendapat senyum itu hanya ibu nya dan Jimin. Ayah mereka dan Namjoon belum tentu bisa melihat nya sesering dua perempuan tercinta nya itu.

Jimin hanya menjulurkan lidah nya dengan wajah lucu nya sebelum berlari memasuki sekolah nya.

"Ah, manis sekali. Sejak kapan dia tumbuh sebesar itu? Di cium saja sudah menolak"gumam Yoongi.

TBC

Cupid - Kookmin 💜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang