"Tidak ada. Tidak akan kembali lagi"
Jawaban Seokjin sontak membuat Jungkook yang tengah menunduk segera mendongak seketika. Mencoba mencari kebohongan di wajah kekasih Taehyung itu namun nihil. Gadis itu terlihat jujur dan eum marah.
"Maksud nya apa, sayang?"tanya Taehyung.
Malu. Pipi nya memerah. Seokjin tau ini bukan saat nya ia tersipu, tapi panggilan Taehyung benar-benar masih belum akrab bagi nya. Ah, Seokjin tau masalah Jungkook dan Jimin setelah kekasih nya itu bercerita. Kesal. Marah. Tapi kasihan juga.
"Ya karna dia sudah pindah. Aku sekarang satu kamar dengan Hoseok"terang Seokjin, seharusnya ia tak ketus pada Taehyung tapi melihat Jungkook memancing emosi nya lagi.
"Tapi masih sekolah disini kan?"tanya Taehyung lagi.
"Masih. Tapi mungkin hanya sampai semester ini. Kelas tiga nanti dia akan ikut kakak nya"
"Kemana?"suara Jungkook akhirnya terdengar.
"Apa peduli mu? Kau mengatai nya mengerikan, bukan?"balas Seokjin.Jungkook menunduk. Merasa semakin bersalah. Apa karna nya Jimin meninggalkan asrama?
"Sayang, sudah"pinta Taehyung.
"Kau tidak lihat mata sembab dan wajah lelah nya, Tae. Kasihan"ujar Seokjin lemah.
"Iya, aku tau. Tapi bocah bodoh ini juga menyesal. Dia di hantui rasa bersalah"kata Taehyung sambil menunjuk Jungkook menggunakan dagu nya.Yang di tunjuk diam saja. Melamun. Mencoba memutar kembali mimpi nya yang berhasil membuat nya tak tidur hingga pagi ini. Wajah tampan nya terlihat kuyu dengan mata panda yang terlihat jelas.
"Kau tidak punya kesempatan menemui nya sekarang. Kelas tiga akan ujian 2 hari lagi dan kalian akan ulangan semester 2 minggu kemudian. Jadi kesempatan mu hanya saat kalian ulangan"kata Seokjin.
Jungkook masih diam.
"Jimin selalu di rumah?"pertanyaan Taehyung mewakili pertanyaan yang Jungkook simpan.
"Iya. Mama dan papa nya sudah pulang. Jadi bisa di pastikan Jimin akan di rumah"jelas Seokjin.Suasana hening setelahnya.
"Memang nya, Jimin dan orang tua nya hidup terpisah?"tanya Jungkook setelah lama diam.
"Akhirnya dia bersuara, ku pikir kau kehilangan suara mu"sindir Taehyung.Seokjin mengusap lengan kekasih nya lembut, kasihan juga pada Jungkook yang hanya bisa diam sejak tadi. Seperti orang depresi.
"Iya, mengurus perusahaan di lain negara dan baru pulang sekarang. Jimin hanya tinggal dengan kedua kakak nya yang punya usaha di Jepang. Itu sebab nya Jimin tinggal di asrama"cerita Seokjin.
"Sunbae"panggil Jungkook.
"Noona saja, kau kan teman Taehyung"ralat Seokjin.
"Noona"
"Hm?"
"Tolong ceritakan semua tentang Jimin"Seokjin sempat mengernyitkan dahi namun si cantik itu akhirnya tersenyum sembari memberi anggukan pada Jungkook yang kini membuang nafas lega.
.
.
.
"Main ponsel terus, video call terus, senyam-senyum terus!"seru Jimin dan Namjoon bersamaan.Yoongi yang terkejut pun segera menyimpan ponsel nya ke dalam saku celana santai nya lalu pura-pura menyibukkan diri dengan televisi di hadapan nya.
Jimin tertawa, melihat sang kakak pertama gugup adalah hal langka. Lucu sekali. Padahal Jimin dan Namjoon tidak mempermasalahkan nya. Yoongi saja yang berlebihan.
"Dasar pedofil"olok Namjoon.
"Ya!"seru Yoongi kesal.
"Kenapa? Benar kan? Memacari anak SMA, dasar orang tua"
"Min Namjoon! Ku habisi kau!"
"Pedofil"
"Ya!!"Tawa Jimin bergema, kedua kakak nya ini hiburan kesukaan Jimin. Dengan adu mulut saja sudah bisa membuat Jimin tertawa sampai wajah manis nya memerah, bagaimana jika sampai saling pukul seperti biasanya? Jimin pasti menangis.
"Sudah. Perut Jimin sakit, astaga"ujar Jimin dengan suara lemah nya.
Namjoon terkekeh melihat adik nya memegang perut.
"Oppa ingin makan ceker pedas, Jimin mau tidak?"tawar Namjoon.
"Mau! Mau! Mau!"
"Pesan atau beli sendiri?"tanya Namjoon.
"Pesan saja ya, Jimin lemas, banyak tertawa"
"Alasan saja itu, dasar pemalas"olok Yoongi.
"Iya, iya, pak tua. Siapa yang lebih pemalas? Dasar pedofil"balas Jimin sebelum berlari menuju kamar nya.
"Ah! Salah Namjoon!! Jangan ajari hal jelek pada Jimin!!"seru Yoongi.
"Hyung, Hoseok menelpon"kata Namjoon.Yoongi merogoh ponsel nya yang ada di saku, tapi tak ada panggilan masuk. Sial. Dia di bodohi. Harusnya ia sadar karna ponsel nya tidak berbunyi kan? Efek Hoseok, Yoongi jadi tidak bisa konsentrasi.
"Kena kau!"seru Namjoon sebelum menyusul Jimin masuk ke dalam kamar si manis itu.
"Sialan. Astaga, aku bodoh sekali"gumam Yoongi sembari memejamkan mata nya kesal.
.
.
.
Jimin bersiap memasuki gerbang sekolah. Hari ini ia akan ujian. Jari mungil itu mengeratkan pegangannya pada tali tas nya. Gugup. Takut. Bagaimana jika bertemu Jungkook? Apa lelaki itu masih marah?"Jimin"
"Astaga!! Taehyung!"seru Jimin saat pundak nya di tepuk secara tiba-tiba.
"Hehehe, salah mu melamun. Ada apa? Wajah mu tegang sekali"Jimin menoleh ke segala arah lalu kembali menatap Taehyung yang ada di depan nya.
"Aku takut bertemu Jungkook"bisik Jimin.
"Dia kan tidak makan manusia, Ji"canda Taehyung.
"Tapi dia bisa saja memakan ku"lirih Jimin.
"Memang kau bukan manusia?"
"Bukan. Aku peri cantik anak ayah dan ibu"jawab Jimin lalu terkekeh.
"Astaga, percaya diri nya sudah setara seperti kekasih ku"
"Hei! Kau mau ku adukan pada Jinnie eonnie?"ancam Jimin.
"Susu strawberry 2 kotak?"tawar Taehyung, berusaha membujuk si mungil.
"Ya jika di tambah coklat?"
"Mau nya. Baiklah"
"Ah, Taehyung resmi jadi kakak ku sekarang! Terima kasih, kakak ipar"Taehyung terkekeh. Senang sekali kala mendapati persetujuan dari Jimin sekaligus panggilan baru dari si manis itu. Jimin memang bukan keluarga Seokjin tapi dia itu berharga bagi kekasih nya, jadi sudah semesti nya Taehyung juga sayang pada teman yang sudah akrab dengan nya itu kan?
"Hehehe, perlu ku panggil Taehyung oppa tidak?"
"Heh! Mana ada! Jangan buat aku khilaf, Ji"
"Khilaf bagaimana?"
"Lupakan, ayo masuk kelas. Dimana ruangan mu?"
"Lantai 2"
"Sama. Ayo naik bersama saja"Keduanya jalan beriringan setelah mampir membeli susu yang Taehyung janjikan tadi. Tidak sadar jika Jungkook mengamati keduanya dari kejauhan tanpa bisa mendengar pembicaraan yang terlihat sangat seru itu. Sisi hati nya masih ragu menghampiri Jimin tapi sisi yang lain merasa iri saat melihat Taehyung dan Jimin asik dengan pembicaraan keduanya.
"Ada apa dengan mu, Jungkook? Kenapa disini rasa nya tidak nyaman sekali?"gumam Jungkook dengan tangan yang masih mengusap dada nya.
.
.
.
"Sudah sampai di depan?"
"Iya. Oppa sendiri, jadi kita bisa main dulu"
"Tidak mau, nanti mama marah. Jimin masih ujian, oppa"
"Yasudah, main nya setelah ujian saja ya?"
"Iya, iya, iya. Jimin keluar sekarang, tunggu yaaaaa~~"
"Saranghae?"
"Tidak mau jawab, mau peluk saja habis ini"Kekehan Namjoon terdengar. Langkah kaki pendek itu semakin mendekat pada gerbang utama sekolah nya. Jimin melambai pada sang kakak, tersenyum lebar hingga sebuah suara memanggil nya.
"Jimin"
Si cantik menoleh, mendapati Jungkook yang tengah menatap nya dengan tatapan yang sama sekali tidak bisa Jimin baca.
"Jungkook?"
"Ya. Eum, bisa bicara? Sebentar?"pinta Jungkook.
"A-"
"Jimin! Ayo!"Keduanya menoleh pada Namjoon yang kini memberi tatapan mematikan pada Jungkook. Menciut sudah nyali yang Jungkook pupuk sejak beberapa hari lalu.
"Maaf, Jungkook. Aku harus pulang. Mungkin lain kali. Maaf ya"
"Ya, tak apa"Dan dengan lambaian singkat, Jimin menjauh, melangkah pergi tanpa sekalipun menoleh seperti yang sering ia lakukan dulu.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupid - Kookmin 💜
FanfictieJimin si gadis mungil yang diam-diam memuja salah seorang teman sekolah nya yang terkenal sangat dingin, Jeon Jungkook. Pemuda Jeon itu jarang berbicara dan Jimin yang pemalu pun membuat semua terasa semakin sulit. Hingga pada suatu hari Jimin menda...