"Ma, apaan sih masa sekolah baru lagi?" seru gadis cantik bernama lengkap Rose Park tidak terima dengan keputusan sepihak dari sang Bunda.
"Gak ada penolakkan kali ini Rose Park! Kelakuan kamu di sekolah lama itu bener-bener buat Bunda pusing! Kali ini Bunda pindahin kamu ke sekolah yang lebih ketat!" balas Irene sambil menatap Rose tajam.
Rose berdecak kesal lalu membaca lembaran peraturan sekolah barunya yang baru saja diberikan oleh Irene.
"Ck, apaan sih masa pake kaos kaki pendek aja gak boleh? Terus ini, kaos kaki berwarna juga gak boleh? Serius deh apaan ini alay banget," omel Rose yang sama sekali tidak di gubris oleh Irene.
"Maaa, ini kok gak boleh pake rok span sih????? Ah gak seruuuuu!!" teriak Rose.
"Aduh!" gaduh Rose tiba-tiba sambil mengusap wajahnya yang baru saja kena lemparan bantal sofa.
Irene melotot, "Bagus lah kayak gitu. Kamu pake rok span agar apa? Mau pamer bokong tepos hah?!"
"Enak aja tepos! Bohay begini."
"Cepet tanda tangan di atas materai sekarang!"
"Ma cari sekolah lain aja lah jangan disituuuu...." rengek Rose.
"Enak aja kamu kalo ngomong! Mama udah ngeluarin uang banyak buat daftar disana ya! Enggak, gak ada disitu sekolah yang pas buat kamu," omel Irene.
Rose mencebik, "lagian mama ngapain sih daftar sekolah disitu tanpa persetujuan aku? Salah sendiri dong artinya."
"Tanda tangan sekarang atau mobil kamu mama sita?!" ancam Irene galak.
"Iya iya aduh pasti deh ngancam nya kayak gitu," kata Rose takut dan langsung tanda tangan di atas materai. Menanda tangani peraturan tersebut.
"Kertas peraturan ini emang harus di tanda tanganin ya? Bukannya cuma buat di baca-baca aja?" tanya Rose heran.
Irene mengangguk santai. "Ya emang. Itu sebagai tanda perjanjian kamu sama mama Kalau kamu ngelanggar, siap-siap aja barang kesayangan kamu mama sita."
"HADUH JAHAT BANGET INI MAMA KANDUNG APA TIRI SIH?!" teriak Rose frustasi.
Teriakan itu sama sekali tidak di dengar Irene. Wanita cantik itu bangun dari duduknya.
"Buruan siap-siap."
"Mau kemana lagi?"
"Salon. Ganti cat rambut kamu itu. Di sekolah baru gak boleh rambut di warna atau ombre."
Ah sialan!
—
Hari ini adalah hari pertama Rose sebagai anak baru di sekolah ternama. SMA Cendrawasih. Sedari tadi perjalan dari rumah menuju sekolah Rose hanya cemberut, dan ketika sudah sampai pun gadis itu masih cemberut.
"Sudah sampai di sekolah baruuu!" seru Irene dengan senyum cerah. Puas melihat ekspresi sang putrinya.
"Culun banget.... udah berangkat di anter, segaram kayak gini ya ampun," keluh Rose sambil memperhatikan penampilannya saat ini.
"Lagian kalo kamu bawa mobil sendiri emang udah hapal jalan apa?" tanya Irene memasang wajah sombong yang membuat Rose meringis.
Gadia itu nyengir, "Iya juga ya? Aku kan belum tau jalannya."
Irene memutar bola mata malas, "Yaudah turun nanti keburu bel masuk."
"Lho mama gak anter aku sampe masuk ke kelas gitu? Malu kali ma anak baru masa jalan sendirian? Aku gak tau apa-apa."
"Ada gitu istilah cewek nakal malu?" sindir Irene.
"Ih! Mama jahat banget kenapa sih masa anak sendiri di katain cewek nakal." kata Rose tidak terima.
"Kalo kamu gak nakal gak mungkin di DO dari sekolah kamu tau gak!" sewot Irene.
"Iye iye buset galak amat lu mak. Yaudah aku turun," pamit Rose sambil mencium tangan Irene dengan sopan.
"Gak cium kening ini?" tanya Irene sambil menunjuk dahinya.
Rose bergidik geli, "Idih ogah," tolaknya lalu turun dari mobil.
Irene yang melihat itu hanya tertawa kecil. Dari dulu sampai sekarang Rose memang tidak pernah mau jika disuruh mencium. Kecuali kalau dirinya yang dicium.
Irene tidak pernah menyangka bahwa Rose tumbuh menjadi gadis cantik seperti ini. Namun yang sangat di sayangkan Rose sedikit nakal. Nakal dalam arti suka bolos, berpakaian yang tidak sesuai dengan peraturan dan tampilan rambut yang suka bergonta-ganti warna. Irene sabar karena putrinya masih berada di batas nakal yang wajar. Irene justru merasa bangga dengan Rose. Walaupun nakal gadis itu tetap berprestasi.
Senakal-nakalnya Rose juga, gadis itu tetap taat sholat lima waktu dan sama sekali tidak pernah datang ke klub malam.
Irene tersenyum tipis.
Putrinya ini hanya melampiaskan sesuatu yang mengganjal di hati dan batinya.
Apalagi kalau bukan perpisahan Irene dan mantan suaminya itu.
•••••
Bae Irene