"Jungkook atau Taehyung?"
"Junmyeon."
Tangan Rose sudah terangkat dan hampir aja melayangkan tabokan pedas seperti biasa, namun sadar bahwa ini adalah Nyai jadi Rose menggantung tangannya begitu saja di udara, malah menggaruk-garuk kepala ketika Irene sudah mendelik tajam.
Rose nyengir sesaat. "Junmyeon siapa lagi btw? Punya pacar berapa sih Ma? Please lah jangan ikutin jejak Junedi," keluh Rose.
Irene mendengus dan memutar bola matanya. "Nama aslinya Kim Junmyeon. Suho mah panggilan doang."
"Setttt dah gaul amat tuwir-tuwir juga, " seru Rose kemudan manggut-manggut, "pantes aja ketemu ye Mak? Gaulnya aja satu dua. Klop parah."
Irene menoyor kening Rose dengan telunjuk lentiknya.
"Kenapa jadi ngomongin laki gue? Laki lu gimane?" tanya Irene mengalihkan pembicaraan.
"Cameron Dallas lagi sibuk Mak ja-"
"HOOOOOAMMMM ngantuk bat," potong Irene pura-pura menguap dengan mulut terbuka lebar.
Kalau di luar wanita cantik itu terlihat sangat anggun dan elegan, tapi ketika sedang duduk bersampingan dengan putri semata wayangya, hilang semua image anggun dan elegannya. Wajah tetap cantik, as always.
Rose jadi mencibir melihat tingkah menyebalkan Irene.
"Tapi kok Mama kangen liat kamu duaan sama June di depan TV ya? Sambil senderan manjah penuh ka-"
"Ma udahan please," keluh Rose, "dikata move on segampang ngupas kulit pisang apa ya? Susah Mak. Berat. Kayak ngupas kulit kerang," sambung cewek dengan kaos oblong hitam ini mendramasir.
Irene menghela napas lelah.
Heran sendiri kenapa anaknya jadi lebay seperti ini. Ya dari dulu memang udah lebay, makin gede makin akut.
"Baikan mana Jungkook sama Taehyung?" tanya Irene sambil mengganti-ganti chanel televisi.
Rose langsung noleh ke Irene dengan ekspresi berlebihan. Membulatkan kedua mata dan bibir yang sedikit terbuka. Irene yang sedang sibuk dengan remot televisi tentu saja tidak melihat ekspresi putri semata wayangnya.
"Mah," panggil Rose.
Irene hanya menggumam panjang sebagai jawaban.
"Masih deket banget ya sama June?" tanya Rose membuat Irene menolehkan kepalanya.
"Apa?"
"Masih sering chatingan sama June?" tanya Rose.
Irene mengangguk. "Kenapa sih?"
Rose menggeleng-gelengkan kepalanya memasang ekspresi kaku yang dapat Irene tangkap dengan jelas.
"Yaaa aneh aja rasanya ngeliat Mama sama June yang masih kompak sampe sekarang. Kalian kompak nanyain pertanyaan itu, " ujar Rose dengan nada suara kian memelan.
Irene menarik napas sesaat. Lebih mendekatkan tubuhnya ke dekat putri cantiknya itu, kemudian menepuk-nepuk pundak Rose.
"Mau gimanapun juga Mama sama June itu bukan sebulan dua bulan saling kenal. Hampir 4 tahun. Dari kalian masih pada piyik. Ibarat kata June masih ileran kamunya masih ingusan."
Rose yang awalnya terharu dengan penuturan Mamanya itu jadi mendengus kesal saat mendengar kalimat terakhirnya.
June masih ileran kamunya masih ingusan, bangke! Misuh-misuh Rose dalam hati.