Benar-benar sudah terhitung tiga hari plester pink bergambar kelinci masih saja menempel di sikunya. Entah karena faktor Rose lupa untuk membukanya, atau malas menggantinya dengan plester yang baru pun Jennie tidak mengerti.
Gadis cantik itu ingin menegur Rose tentang plester ini namun selalu saja lupa, tidak baik juga kan memakai plester terlalu lama di luka karena tidak higienis lagi.
Sampai saat ini sudah cukup geram dan bosan sendiri Jennie melihat plester pink kelinci yang bahkan warnanya pun sudah memudar dan sedikit buluk masih saja menempel di siku temannya.
"Ros.."
"Paan."
"Copot napa sih tuh plester lo," suruh Jennie, "kalo masih luka ganti sama plester yang baru, kalo udah sembuh yaudah di buka aja."
Ucapan Jennie membuat Rose melihat bagian sikunya. Warna pink yang semula terlihat sangat cerah kini sudah sedikit bercampur dengan warna abu-abu. Mendadak Rose mengingat bagaimana saat Jungkook memberikan plester ini. Rasanya sangat...... ah, bahkan menurut Rose terasa sulit untuk di deskripsikan.
"Anjrit kenapa jadi senyam senyum sendiri sih udah sinting apa ya otak lo?" Sembur Jennie dengan kata pedas.
Rose mendelik sambil berdesis, "Anjing lo."
Baiklah bahasa mereka semakin liar.
"Buka coba ih gemes banget anjir gue liat tuh plester buluk!" kata gadis itu lagi yang tangannya ingin meraih siku Rose.
Melihat itu Rose langsung menghindari sikunya cepat dan menutupi plester tersebut dengan telapak tangannya yang lain.
"Biar aja kenapa sih koo jadi lo yang repot," sinis Rose.
"Di perhatiin sama gue malah gak mau lo Rosebah! Itu gak liat apa plester udah buluk dekil kayak gitu? Bukannya malah sembuh yang ada nambah bonyok luka lo tau rasa."
"Jen asli mulut lo kok kayak babi sih? Rosebah siapa sih sinting dasar."
Jennie mencibir.
Sedetiknya Rose tersenyum kecil mengulum bibirnya, "Plester ini mau gue laminating ah terus jadiin gantungan biar kayak Nathan Salma di Dear Nathan," katanya sambil memandangi plester tersebut.
Jennie menggelengkan kepalanya tidak tahu lagi dengan jalan pikir gadis itu.
"Emang dari siapa sih spesial amat kayaknya," kata Jennie.
"Dari bapak Ketos heheheheheh."
"Jeon Jungkook?"
Rose mendengus, "Iyalah masa Min Yoongi!"
Jennie mencibir lagi, "Btw, kok bisa di kasih itu sama dia?"
"Apalagi gue kan cantik mungkin aja dia kepincut sama gue?" katanya sambil menaik turunkan kedua alisnya menatap Jennie dengan senyum menyebalkan.
"Asli rasanya gue pengen nendang burung lo tapi sayangnya gak punya."
"Jen?????? ISTIGFAR ASTAGFIRULLAH FILTER MULUT LO!!"
☕☕☕
Rose mendadak langsung pening ketika mendengar ucapan guru olahraganya beberapa menit yang lalu. Oke, Rose sama sekali tidak frustasi karena mendapatkan nilai C di buku nilai ketika tes basket tadi, gadis itu sama sekali tidak peduli sebenarnya dengan pelajaran Olahraga karena menurutnya itu tidak terlalu mengaruh untuk raport.
Tapi sial, gurunya itu malah menuntut nilai sebagai remedial ke Rose. Memang sih nilai C itu kecil sekitar 55-60 tetapi kata guru olahraganya menaikan sedikit nilai setidaknya sampai pada titik C+ atau kalau lebih bagus lagi B dan A. Rose menyerah dan pasrah. Memang pelajaran olahraga sama sekali bukan bidangnya.