Prolog

9.2K 738 56
                                    

Kelas 11 Sekolah Menengah Atas. Kelas 11 ini adalah waktu dimana sebagian siswa merasakan indahnya masa-masa SMA.

Terkecuali pada anak-anak yang namanya masuk ke dalam daftar siswa-siswa yang sudah mendapat "kartu kuning".

Mereka bukan pemalas. Bahkan mereka tidak nakal. Namun mereka adalah pemberontak. Setiap guru selalu dibuat kualahan oleh mereka. Sering kali mereka terang-terangan menyuarakan ketidakadilan yang ada di sekolah. Seperti salah satunya pada guru yang mempermasalahkan masalah kecil seperti kaos kaki.

"Masalah kaos kaki apa sih? Mau pendek mau panjang sama aja pak! Masih bagus pake kaos kaki biar kaki gak bau keringet" Ujar Jeremy kepada salah satu guru matematika ditempat duduknya yang terletak di sudut ruang kelas.

"Sinting ck," Decih Echan.

"Diam kamu!" Bentak guru yang dibilang cukup tinggi. Tipikal guru matematika yang memiliki kumis.

"Tuh pak! Jeno kaos kakinya panjang. Tapi kanan kiri beda warnanya HAHAHA" Semua mata tertuju pada kaki Jeno yang duduk di barisan ketiga.

Ucapan Jeremy barusan membuat guru tersebut kehabisan kata-katanya. Ditambah satu kelas tertawa puas dengan apa yang diucapkan Jeremy.

"Kalian semua tidak bisa sedikitpun menaati peraturan sekolah?!" Guru tersebut sudah melontarkan bentakan yang membalikan keadaan dimana seluruh murid menjadi diam terkecuali satu orang.

"Ada peraturan kan buat dilanggar pak." Randi mengucapkan hal itu dengan santainya.

"Kaos kaki aja engga bakal mempengaruhi nilai kita semua" Lanjut Randi. Semua anak terdiam, namun melihatkan wajah bahwa mereka setuju dengan apa yang Randi katakan.

Ucapan Randi benar-benar membuat guru itu geram. Guru tersebut tidak bisa melampiaskan emosinya sehingga melempar sebuah penghapus dari kayu ke arah Randi.

Naas. Randi berhasil menghindari lemparan barang itu, dan mengenai salah satu teman perempuannya hingga keningnya berdarah.

"WOI ASU!" Teriak Jeremy dari pojok tempat duduknya kemudian menghampiri guru tersebut yang kelihatan panik setengah mati.

Jeremy menarik kerah guru itu, sedangkan teman-temannya berusaha membantu teman sekelasnya yang terkena lemparan penghapus.

"Pak bukan begitu caranya mainnya!" Kata Jeremy dengan seluruh kekuatan yang iya punya.

"Aman Je! Udah gue foto" Kata salah satu temannya, Yandra yang sekalipun tidak bisa melepaskan telepon genggamnya.

"Liat ye! Kalo sampe terjadi apa-apa sama temen kita, saya gak bakal pandang buluh buat nuntut bapak!" Sekali lagi ancam Jeremy sebelum meninggalkan guru tersebut dan turut membantu teman-temannya.

💥💥💥

"Jeremy, Randi, Jeno, Echan, sama Yandra dipanggil keruangan kepala sekolah" Siska, yang lari tergesah-gesah saat mereka sedang membuka kotak makannya demi menyampaikan informasi tersebut. Maklum, Siska dikenal sebagai anak yang mudah lupa.

"Hadeh makin ngembang ini mie aing" Keluh Echan.

"Kalian tuh ngomong apa lagi sampe dipanggil kepala sekolah?" Tanya Markli yang termasuk dalam salah satu anggota geng mereka. Namun Markli berbeda dengan teman-temannya Karena dia adalah ketua OSIS.

PENTAS KEAKRABANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang