3. Salah

2.3K 348 63
                                    

"Saya yang melakukan balap liar dan meminta mereka untuk menonton saya"


Jeremy adalah orang pertama yang menyadari itu, semua murid membalikan badannya melihat ke arah Lucas yang berdiri dimeja barisan belakang.

"Bu tapi..."

"Kalo mau hukum, hukum saya aja. Echan sama Maya gatau apa-apa" Kata Lucas yang memotong omongan Jeremy.

Jeremy tidak mau Lucas menanggung ini sendirian. Bagaimanapun juga apa yang diucapkan Lucas itu tidak benar. Apalagi memang itu kemauan mereka yang ingin menonton Lucas.

Lucas berjalan menghampiri Bu Ratri dan Bu Naura seperti menyerahkan dirinya untuk dibawa sebagai saksi.

"Bu saya juga ikut bersama Lucas" Akhirnya Jeremy memberanikan berdiri saat Lucas sudah sampai di ambang pintu ingin keluar dari kelas. Bukan hanya Jeremy, namun semua teman-temannya. Terkecuali Yera yang masih melihat satu-satu anak dengan bergantian.

"Ran, ngapain diri? Kan lo gaikut" Kata Jeno yang menendang sedikit kursi Randi. Tapi Randi hanya menunduk tak bergeming.

Yera yang melihat keadaan tersebut, dengan malas juga ikut berdiri. Hendri yang berada di sudut kiri kelas hanya bisa menganga melihat kejadian itu.

Bu Ratri dan Bu Naura dibuat pusing kepalang hanya oleh kelakuan delapan orang dikelas. Bikin malu nama sekolah ternama, kalau ada 10 orang yang ikut ditahan polisi. Mereka berdua pun meninggalkan ruang kelas tiba-tiba dengan meninggalkan semacam rasa benci yang mendalam. Terutama Bu Naura.

Sebelum Bu Ratri meninggalkan kelas, Bu Ratri tersenyum ke seluruh anak dikelas yang membuat mereka mau tidak mau memberikan salam dengan menundukkan badannya. Sebenernya bu Ratri ini kenapa sih?

"Gajelas tuh si Naura emang" Kata Yera sambil memainkan pemantik api yang ada dikolong mejanya itu. Yera terkadang memang merokok, makanya dia selalu membawa pemantik yang disimpan di tas atau di kolong mejanya.

"Eh eh Mami Hani telpon eh" Yandra yang selalu memegang handphone itu sudah seperti humas yang menangani keluhan-keluhan masyarakat dibuat panik dengan masuknya panggilan suara dari Maminya Echan.

"Jawab apa eh malah pada liatin gue. Emang gue pisang?" Semua temannya hanya melihat pada Yandra. Mereka sama-sama bingung.

"Jujur aja kalo sama beliau"

"Paling kaget doang orang tuanya Echan tuh, besoknya juga udah biasa aja" Lanjut Randi. Randi tahu betul bagaimana orang tua Echan, bagaimana engga kalo tiap hari Randi pulang dan berangkat sekolah selalu bersama Echan.

"Halo Mami, apa kabar?" Sapa Yandra lebih dulu dengan intonasi cerianya. Yandra memejamkan matanya ngeri. Mengerikan jika keluarga bermulut pedas itu marah-marah tepat ditelinganya.

"Yan, Echan di sekolah? Mami baru sadar Echan dari semalem engga ada dirumah. Randi juga tadi pagi gak kesini jemput Echan" Yandra langsung menyalakan loudspeakernya agar semua teman-temannya dengar. Meskipun Randi yang lebih dikenal oleh orang tua Echan, tapi mereka tau bahwa jam belajar seperti ini Randi tidak memegang handphone. Makanya alternatifnya adalah Yandra.

"Tuhkan, punya anak aja lupa" Sahut Randi

Hendri tidak bisa menahan tawanya memperhatikan Yandra yang sedang menelpon dengan Maminya Echan.

PENTAS KEAKRABANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang