Jeremy, Jeno, Randi, Echan, dan Yandra memulai hari kedua sekolah mereka di kelas sebelas dengan kelas baru menurut daftar nama yang diberikan oleh Bu Ratri kemarin.
"Yan, akhirnya keinginan lo keluar dari kelas bilingual kesampaian juga" Jeremy merangkul Yandra seraya mereka memasuki gedung sekolah. Padahal Yandra juga baru masuk satu hari dikelas itu.
"Itu anak-anaknya siapa aja sih Je? Ada cewenya kan tiga orang. Mereka kenapa ya" Siapa lagi yang bertanya kalo bukan Jeno. Si pemilik mata segaris yang kalau tertawa bak hilang ditelan bumi.
Jeremy, Jeno, Yandra lebih dulu memasuki kelas. Dilihatnya sudah ada Maya yang merupakan teman sekelas mereka saat kelas 10.
"Gak kaget lagi gue kalo hari ini lo bakal gabung kesini" Ucap Maya tanpa basa basi sambil memakai roll rambut untuk poninya.
"Assalamualaikum— Eh Ayam! Lo disini juga?" Echan yang baru saja datang bersama Randi langsung menyadari keberadaan Maya. Ya, kadang Echan memang membalik-balikan nama Maya menjadi Ayam.
"Nama gue Maya, Faisal. Bukan Ayam!" Katanya yang masih santai namun penuh penekanan.
"Nama gue juga Faichan. Bukan Faisal. Siape tuh Faisal? Bapak lo?" Echan harus selalu lebih unggul dibanding siapapun.
Obrolan mereka berhenti begitu melihat sosok laki-laki yang tinggi menjulang bersama salah satu temannya yang memiliki rambut bisa dibilang gondrong. Laki-laki itu menaruh tasnya tepat ditempat yang Jeno duduki sekarang.
"Minggir lo. Ini tempat duduk gue" Jeno mendongak dengan ekspresi datar. Namun anak lelaki itu lebih memiliki wajah yang lebih datar.
"Eh, iya bang maaf saya gatau" Kata Jeno polos
"Bang?" Anak laki-laki berambut gondrong itu menanggapi Jeno sambil mengerutkan dahinya.
"Apa-apa? Gak salah denger kan gue lo manggil gue bang? Brother gitu?" Jeno justru kelihatan ketakutan seperti ingin di palak uang oleh kumpulan preman. Mimik wajah anak ini memang cukup menjengkelkan, namun tidak semenyeramkan seperti yang dibayangkan Jeno.
"Iya kata papa kalo manggil yang lebih tu—"
"Woi udah pada dateng lo semua?" Omongan Jeno terpotong begitu Markli memasuki ruang kelas mereka dengan tiba-tiba.
"Mark, ini temen lo? Bocah banget" Kata laki-laki yang tinggi itu. Menunjuk Jeno dengan gaya yang tengilnya yang bukan main.
"Iya Cas, kenapa?" Mark justru terheran-heran, menggaruk rambutnya yang tidak gatal itu.
"Masa manggil gue abang. Emang gue abang lo!" Laki-laki yang bernama Lucas itu mengakhiri omongannya dengan tertawa terbahak-bahak ke arah Jeno. Mark yang tidak sebenarnya tidak mengerti apa hal apapun malah ikut ketawa bersama Lucas. Jeno juga ikut tertawa sampai matanya hilang.
"Gue Lucas. Lo Jeno kan?" Mereka saling berjabat tangan. Jeno juga memperhatikan teman-temannya. Kenapa hanya dia yang melakukan perkenalan dengan Lucas.
Kalau orang yang belum mengenal Lucas juga menyangka kalau Ia adalah seorang kakak kelas. Itu dinilai dari tinggi Lucas yang terlalu berbeda jauh dengan teman-teman sepantarannya.
"Kok kalian gak kenalan?"
"Kita udah kenal Jen. Sengaja pengen diemin lo aja, seru soalnya liat muka lo panik gitu pasti" Jeremy sambil memegang perutnya yang tidak bisa menahan tawa.
"Gue Hendri, pasti kalian juga tau gue, dan gue juga tau kalian. Cuma kita emang gapernah interaksi aja mungkin" Ujar Hendri yang ditujukan untuk semua.
"Pasti kalian belom tau, gue ke sekolah itu selalu bawa Hutong" Hendri memperlihatkan isi tasnya kepada semua orang dan mengelus-ngelus peliharaannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PENTAS KEAKRABAN
FanfictionTentang sekumpulan anak sekolah menengah atas yang membuat satu malam di masa sekolahnya sangat indah untuk dikenang. "Apa bedanya sama malam keakraban?" "Kalo malam keakraban mah paling cuma ngobrol sama makan-makan! Ini kita bikin semua orang kasi...