Cuaca di luar temaram berkabut. Hembusan angin begitu basah dan menusuk kulit, sepertinya memang akan turun hujan tengah malam nanti.
Tidak mengherankan karena Seattle memang terkenal dengan julukan "kota hujan". Julukan itu dibesar-besarkan, mengingat banyak kota lain di Amerika juga punya curah hujan lebih banyak bila dibandingkan dengan Seattle. Tetapi di kota lain, sering turun hujan lebat dan langsung terang. Hujan di Seattle lebih lama, sering gerimis akibat hempasan dari Samudra Pasifik, dan kadang-kadang langit mendung berkabut selama berhari-hari sebelum dan sesudah hujan.
Sudah pukul sebelas malam ketika Namjoon menuntun Taehyung menyusuri gang pertokoan sampai akhirnya mereka menemukan sebuah kedai minuman dua puluh empat jam. Hal itu dikarenakan Taehyung terlihat gelisah sepanjang malam, maka Namjoon berinisiatif untuk menemaninya menghabiskan malam di luar apartemen.
"Maaf Hyung, kau jadi tidak bisa istirahat karenaku."
Namjoon tersenyum mahfum, menanggapinya dengan usapan lembut yang mengisyaratkan bahwa bukan masalah baginya untuk menemani Taehyung. Sambil menunggu pesanan mereka datang, beberapa kali Namjoon memastikan kondisi Taehyung agar bisa yakin bahwa pemuda itu sungguh sudah jauh lebih baik.
"Aku tidak tahu kau punya semacamーum, indera ke enam?" suara Namjoon membuat Taehyung memainkan jemarinya, cemas. "Itu keren, aku jujur tentang perkataanku. Walaupun rasanya sedih juga jika harus melihatmu kesakitan seperti tadi. Apa memang harus seperti itu prosesnya? Karena dari beberapa yang Hyung lihat di youtube ataupun film, mereka yang punya kemampuan seperti itu tampak biasa saja sepertinya."
Gelengan Taehyung menjawab pertanyaan Namjoon. Ia terdiam sejenak untuk menyambut segelas susu karamel yang datang, menangkup sisi gelas dengan kedua tangan, lalu bergumam kecil, "Tidak selalu, Hyung. Masing-masing orang berbeda kondisinya. Seringnya yang bikin kepalaku sakit itu penglihatan yang sebenarnya tidak ingin kulihat," jawab Taehyung lirih. "Aku sudah coba mengontrol kemampuanku ini, tapi ternyata seringkali ada hal-hal yang terjadi di luar kendaliku."
"Apa.... hanya sebatas tentang masa lalu saja yang bisa kau lihat?"
"Tidak," pandangan Taehyung menerawang pada gerimis dibalik jendela kaca. "Masa lalu, kejadian sekarang, ataupun masa depan, semua acak bisa kulihat. Dulu ini sangat menganggu memang, tapi belakangan aku menemukan cara untuk mengontrolnya. Makanya aku kaget saat tidak sengaja melihat kotak milik Daeho, dan tiba-tiba ada yang menyelinap masuk dalam pikiranku begitu saja. Itu yang membuat kepalaku sakit sekali."
Mata Namjoon menyipit, ia seperti kelihatan berpikir, "Apa mungkin itu karena Daeho ingin menunjukkan sesuatu padamu?"
Dan Taehyung kembali dibuat bungkam oleh pendapat Namjoon.
Tidak mudah bagi Taehyung untuk menjawab, Namjoon tahu itu. Lebih ke arah tidak nyaman dalam kasus Taehyung.
Namjoon ingat, beberapa kali Daeho pernah bercerita tentang bagaimana sahabatnya dianggap aneh oleh beberapa orang di sekitar. Kebanyakan tidak ingin dekat karena tidak mau privasi mereka 'terbaca' oleh Taehyung, sebagian kecil menjauh karena pribadi Taehyung yang tertutup membuat mereka segan untuk mendekat.
Maka, walaupun saat ini muncul ratusan pertanyaan dalam benak Namjoon, ia memilih menahan diri untuk tidak bertanya lagi, terlebih mengenai siapa Park Jimin yang dimaksud oleh Taehyung tadi. Karena bagi Namjoon lebih penting menjaga perasaan Taehyung. Dibiarkannya si pemuda menghabiskan susu karamelnya dalam diam. Namjoon mencoba mengalihkan topik dengan pembahasan yang tidak jauh-jauh dari tempat hiburan di Seattle.
Di kedai, mereka bertahan hingga pukul lima pagi. Memutuskan untuk menyudahi perbincangan, Namjoon membayar dan meninggalkan sejumlah tip, lalu pergi menyusul Taehyung yang sudah lebih dahulu berjalan ke arah pintu.
![](https://img.wattpad.com/cover/202711234-288-k154314.jpg)