Part - 05

929 126 12
                                    

"Apa sebaiknya kita pulang saja, Tae? Wajahmu pucat, Hyung khawatir kau sakit nantinya."

Taehyung menggeleng. Belum ingin pulang, katanya pada Namjoon.

Setelah tiga lagu yang dinyanyikan Park Jimin, kini Taehyung benar-benar terjaga dan merasa cemburu berat pada Jimin yang sekarang dia tahu, dikenal sebagai teman dekat Kim Daeho selama di Seattle. Entah apa saja yang telah diceritakan Daeho pada Jimin, tapi yang jelas, Jimin lebih banyak mengetahui segalanya tentang Daeho dan seringnya menjadi sasaran luapan isi hati pemuda itu bila dibandingkan Taehyung.

Padahal aku yang lebih lama mengenal Daehonie...

"Hyung, bisa tunggu di sini sebentar?" Taehyung berkata kepada Namjoon, kemudian tanpa menunggu respon Namjoon, dia berdiri dari kursi dan melenggang ke bar dekat panggung di mana Jimin berdiri sambil menyapa beberapa gadis di sana.

Taehyung melangkah mendekat, tapi ketika sudah berdiri di belakangnyaーbegitu dekat sampai-sampai Taehyung bisa melihat bulir keringat turun melalui tengkuk jenjang lelaki ituーTaehyung mendadak bingung dengan apa yang harus dikatakannya.

"P-Park Jimin,"

Taehyung melihat bagaimana bahu Jimin berubah kaku mendengar suara rendah Taehyung. Setelah beberapa detik barulah dia berbalik dan menatap si penyapa, "Oh, kau. Aku sempat melihatmu tadi."

Dari dekat, Park Jimin lebih rupawan dari bayang-bayang penglihatan samar yang sering Taehyung dapatkan selama berada di kamar Daeho. Kulit bersih, rahang tegas, bibir merah alami yang penuh,

....dan matanya. Taehyung seperti melihat bagian tengah Laut Jepang. Memancarkan sorot tenang, namun sesungguhnya begitu dalam. Seakan sanggup menenggelamkan apapun yang mencoba melintasinya. Termasuk Kim Taehyung.

Taehyung meneguk ludah dan memasang wajah serius, "Kau melihatku di mana memang?"

"Di sana." Jimin menunjuk ke meja di mana Namjoon dan Jeongguk duduk memperhatikan mereka dari jauh. "Aku sedang mencari temanku, katanya dia mau datang, tapi mustahil menemukan seseorang dengan cahaya lampu menyorot," Jimin meniru gerakan menudungi mata dengan tangan, lalu melanjutkan, "ーkemudian aku melihatmu. Memandangku seperti ingin mengajakku berkelahi. Apa kau punya dendam pribadi padaku?"

Taehyung mendengus. Jadi lelaki tengil ini yang jadi sahabat Daeho selama di Seattle? Memang apa menariknya Park Jimin sampai-sampai Daeho yang biasa selalu menumpahkan isi hati padanya tiba-tiba berbalik pada Park Jimin?

"Kau menyebalkan. Makanya aku memandangmu seperti itu."

Mata Jimin membulat. Sedetik kemudian ia tertawa. "Wow, wow. Tunggu dulu, kawan. Kita sepertinya belum pernah bertemu dan kau bilang aku.... menyebalkan?" Rautnya berubah kemudian. Serangkaian emosi kebingungan berkelebat pada wajah Jimin. Seperti terlihat berusaha mengingat-ingat lagiーapa dia sungguh sudah pernah bertemu Taehyung sebelumnya?

Namun Jimin benar merasa asing dengan wajah Taehyung. Ia kemudian naik ke atas stool, berpangku tangan pada meja bar dan memperhatikan Taehyung dari atas ke bawah.

"Baru pertama aku bertemu seseorang dan langsung dibilang menyebalkan. Maaf sebelumnya, aku memang punya ingatan jangka pendek. Kalau memang kita pernah bertemuーone night stand, mungkin?ーdan kau ke sini hanya untuk meminta pertanggung jawabanku, maka dengan penuh penyesalan aku harus menolak keinginanmu," Jimin berbicara dengan nada santai, namun sanggup menyulut sumbu emosi Taehyung. "Kuakui kau sungguh manis dan atraktif, tapi aku sedang prefer ke cewek untuk bulan ini."

"Kauー" Taehyung merangsek maju. Hendak menghadiahi Jimin sebuah pukulan, tapi yang bersangkutan lebih cepat lagi responnya.

Pergelangan tangan Taehyung diremas kuat dan Jimin mencondongkan tubuh mendekat, "Jangan macam-macam, Sayang. Aku kenal cukup banyak orang di sini. Dan kau anak baru, aku tahu itu. Kalau kau macam-macam, aku bisa saja menyerangmuーdi ranjang. Kau tahu maksudku, kan? Jadi jaga sikapmu. Aku terlalu gentle untuk menyerangmu di sini."

ClairvoyantWhere stories live. Discover now