Part - 12

823 120 29
                                    

Sehabis penampilan Jimin di Steepologie Teaz, Jimin menepati janjinya mengajak Taehyung makan di rumah makan Korea yang jadi langganan. Pemiliknya bernama Bang Si Hyuk, dikenal sebagai pria paruh baya yang sangat ramah meski terkenal senang mengoceh tentang keadaan ekonomi politik Korea Selatan saat ini.

Taehyung tampak begitu senang sepanjang malam. Beban dan kegelisahannya seakan berkurang, dan Jimin tidak mendapati wajah kosong Taehyung seperti yang biasa ia dapatkan saat lelaki itu tengah memikirkan Daeho. Besoknya ketika Taehyung terbangun di kamar Jimin, Jimin sudah menyuguhkannya roti bagel renyah dan secangkir susu vanilla hangat.

"Jimin..."

"Ya?"

"Aku.... ngiler tidak semalam?"

"Menurutmu?"

Taehyung langsung merengut. Ia berlari ke arah cermin dan memandang wajahnya yang berminyak. Dirapikannya anak-anak rambut yang mencuat ke berbagai arah, dia menatap Jimin dari pantulan pada kaca.

"Serius Jim, tadi malam aku mimpi makan makanan enak. Kan tidak lucu kalau sampai ngiler beneran gara-gara mimpi."

"Tidak mau bilang ah," Jimin nyengir, tanpa menoleh langsung saja menarik selimut Taehyung dan melipatnya kembali. "Kalau aku bilang kasihan kau nanti kepikiran. Cuma air ini."

Taehyung mendengus kesal, "Awas saja ya kalo protes belakangan. Aku tidak peduli kalau bantalmu nanti bau iler."

Mengedikkan bahu seakan tidak peduli, Jimin kemudian melihat jam dan menyuruh Taehyung untuk bergegas mandi. Alasannya agar dia bisa mengembalikan Taehyung pada Namjoon sebelum lelaki itu mengeluarkan ultimatum pedas.

Mendengar hal tersebut, bukannya buru-buru Taehyung malah semakin malas bergerak. Barulah setelah Jimin berkata dia akan ke dapur untuk membuatkan kimbab, Taehyung dengan semangat berlari ke kamar mandi dan membuat Jimin tertawa gemas.

"Jim! Handuknya kalau sudah selesai taruh di mana?" teriak Taehyung usai keluar dari kamar mandi. Dikeringkannya rambut dengan handuk bersih, lalu kepalanya celingukan mencari plastik untuk menaruh pakaian kotor.

"Taruh saja dalam mesin cuci! Ambil plastik di lemari ruang jemur! Nanti handuknya kucuci sekalian sama pakaian yang lain!"

"Okay!"

Setelaherganti pakaian, Taehyung segera menyusul Jimin ke dapur. Kimbab buatan tangan Jimin sudah hampir selesai, Taehyung menurut ketika Jimin memerintahkannya untuk duduk di kursi ruang makan sementara dia menyelesaikan kegiatan masak-memasaknya.

"Jim," panggil Taehyung. Yang dipanggil hanya berdengung pelan.

"Sampai sekarang aku masih kepikiran lho, kau sungguh ada hubungan darah sama Jeon Jeongguk? Kalian berbeda sekali soalnya."

Taehyung bisa melihat tubuh Jimin menegang sejenak, sebelum akhirnya pemuda itu menarik napas panjang dan berjalan ke arah Taehyung dengan piring saji di tangan. Bukan maksud ingin meragukan Jimin, tapi Taehyung sungguh penasaran.

"Tanya saja padanya kalau tidak percaya," jawab Jimin tenang, "yah walaupun aku yakin dia pasti tidak mau mengakuinya padamu. Anak itu seperti alergi mendengar namaku, apalagi kalau ketemu."

Kini giliran Taehyung yang terdiam. Dalam benaknya bayangan Seokjin menghampiriーdia sungguh benar-benar beruntung memiliki kakak yang tulus menyayanginya. Sekali pun mereka sering bertengkar, tapi tidak ada sedikit pun dalam pikiran keduanya untuk tidak mengakui satu sama lain.

"Kurasa Jeongguk akan luluh kalau kau memulai untuk berbicara dengannya, Jim. Tidak cukup sekali memang, kau butuh pendekatan berkali-kali. Kulihat dia memang keras, tapi Jeongguk tidak setega itu untuk mengabaikanmu. Dia tidak benar-benar membencimu."

ClairvoyantWhere stories live. Discover now