Part - 20

836 73 12
                                    

 Moon : Aku sudah siap. Aku ingin mengambil langkah yang berikutnya. Maukah kau membantuku?

.
.
.

Suatu petang, Jeongguk keluar dari kamar mandi setelah latihan dance yang cukup menguras energi. Bel pintu berdering ketika dia sedang bercermin, sejenak Jeongguk memiringkan kepala, lalu segera menyambar handuk untuk menutupi bagian bawah tubuh yang tidak terbalut apa-apa dan berjalan begitu saja menuju ke ruang depan.

"Hai," sapa sang tamu.

Alis tajam Jeongguk otomatis bertaut curiga.

"Wow, begitukah caramu menemui tamu?"

"Taehyung?"

Yang disebut namanya kemudian tertawa. Berat suara dan ekspresi gelinya cukup menggelitik pikiran, membiarkannya bersedekap sementara ia berkata,

"Habis mandi? Apa aku mengganggu?"

Muncul ribuan pertanyaan dalam benak Jeongguk, namun diredamnya kecurigaannya dan dia menggeleng serta menyuruh Taehyung untuk masuk sementara dirinya berganti pakaian.

"Ada apa memang?" Jeongguk mengaitkan kancing kemeja asal-asalan.

"Um, hanya ingin mengajakmu jalan-jalan sebentar di luar," jelas Taehyung tanpa sedikitpun niatan untuk mengintip ke arah pintu kamar yang terbuka lebar.

Sebelah alis Jeongguk terangkat ke atas, "Jalan-jalan? Tumben. Dengan siapa ke sini?"

"Namjoon-hyung," jawab Taehyung ringan. Pandangannya tertunduk ke atas meja saat Jeongguk kemudian mendekat dan menaruh sekaleng cola dingin di sana.

"Terus sekarang di mana Namjoon-hyung?"

"Sedang berbicara dengan Morgan di ruang pengelola, dan kurasa itu akan memakan cukup banyak waktu. Aku saja sampai dilupakan." Taehyung meraih kaleng cola dan memainkannya.

"Jadi karena itu kau mau mengajakku jalan?"

Anggukan Taehyung menjawab singkat pertanyaan Jeongguk.

"Keberatan tidak?" tanyanya kemudian.

"Hm. Keberatan. Aku tidak terlalu suka jalan-jalan sore."

"Yah, kenapa? Sebentar saja kok, di taman bawah, ya? Ya?" Taehyung masih giat membujuk.

Dia lupa bagaimana Jimin berkata tentang kepribadian adik lelakinya. Matanya memandang penuh harap, sedangkan yang dipandang kokoh pada pendiriannya dan hanya bisa mendesis saat dinginnya cola membasahi kerongkongan.

"Kenapa tidak suka jalan-jalan sore sih?"

"Bosan. Setiap hari aku juga pasti melewati taman. Pergi ke kampus. Pulang dari kampus. Pergi latihan. Untuk apa aku ke sana lagi?"

Bibir Taehyung maju seperti koi. "Ya kan sebentar saja. Masa iya kau tega melihatku jadi jamur menunggu Namjoon-hyung yang nggak jelas kapan selesainya?"

Beberapa detik menimbang permintaan Taehyung, Jeongguk akhirnya mendesah. Bukan karena careーingat, bukan karena dia careーtapi ini semata-mata karena Jeongguk ingin membunuh waktu.

Lima belas menit setelahnya mereka sudah berjalan di taman samping apartemen menembus petang yang temaram, dengan topi hoodie yang sama-sama menutupi kepala.

Taehyung seperti merasakan dirinya tak ubahnya seperti manusia mesin. Berbasa-basi dengan mulut manis, padahal itu sangat jarang dia lakukan. 

Dia bertanya tentang fakultas teknik arsitektur yang Jeongguk ambil, seperti apa saja kegiatan perkuliahannya dan kenapa Namjoon pernah bercerita bahwa Jeongguk adalah salah satu manusia super yang dia kenal. 

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 12, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ClairvoyantWhere stories live. Discover now