Ada yang terlepas dari pengawasan Namjoon.
Ini mungkin hanya perasaannya saja, tapi sungguh, Namjoon mendapati hal-hal yang berbeda dari bagaimana Taehyung bersikap.
Sejak mereka tiba di Seattle, Taehyung tak ubahnya seperti anak manis. Menempel ke mana pun dia pergi. Sudah mulai bisa merajuk, bahkan protes setiap Namjoon tinggal-tinggal. Tidak menolak kala Namjoon memberinya perhatian berlebih ataupun kontak fisik yang lebih dari sekadar sentuhan antar teman.
Tapi sekarang? Taehyung seakan jauh dari jangkauan. Sejak pindah ke home stay apalagi, seringnya pergi menemui Jimin daripada menerima ajakan Namjoon untuk jalan berdua.
Ini aneh, pikir Namjoon. Karena setahu Namjoon, adik dari Kim Seokjin itu tidak begitu cocok dengan Jimin. Jangankan main berdua, tatap-tatapan saja sudah seperti mau berantem bawaannya.
Lalu ada apa sebenarnya? Apa dia berbuat sesuatu salah?
"Tae..."
"Hm?"
Dilihatnya Taehyung yang menyampirkan tas ke pundak, dia berdeham kecil sebelum melanjutkan, "Kau yakin tidak mau Hyung antar ke tempat Jimin? Di luar masih hujan deras lho..."
Namjoon bisa melihat Taehyung membeku sejenak sebelum helai hitamnya terayun karena gelengan.
"Tidak usah, Hyung, terima kasih. Aku bisa kok sendiri, lagian ada payung ini."
"Kalau begitu rencana pulang jam berapa nanti? Biar Hyung saja yang jemput ya?"
Lagi-lagi Taehyung menggeleng. "Hyung, istirahatlah. Kau masih lelah habis beres-beres kamar Daehonie kemarin, kan? Belum lagi semalam pulang larut setelah bertemu teman-temanmu. Kau bisa sakit kalau kurang istirahat."
Kecewa adalah hal yang dirasakan Namjoon sekarang. Dengan langkah gontai ia mengikuti Taehyung sampai pada voyer rumah.
"Tae, ada apa denganmu?"
"Ada apa denganku?" Taehyung akhirnya berpaling pada Namjoon.
Namjoon pikir ini saat yang tepat untuk mengutarakan kecurigaan, maka ia mencoba menahan pintu saat Taehyung akan membukanya.
"Apa Hyung pernah salah bicara padamu? Atau mungkin melakukan sesuatu yang membuatmu risih?" Dia menatap Taehyung serius, membuat Taehyung terjebak antara dirinya dan pintu, "kalau memang benar Hyung buat salah, Hyung minta maaf. Tapi tolongーtolong jangan jauhi Hyung seperti ini."
Bagaikan belati, perkataan Namjoon menusuknya tepat di ulu hati. Dada Taehyung langsung berdetak tidak karuan. Ia segan menatap Namjoon, tapi lelaki itu menuntut jawaban.
"Taehyung," panggil Namjoon lagi.
"A-aku..." guliran mata Taehyung terarah pada sepasang sepatu yang ia kenakan, "aku tidak apa-apa kok. Dan tidak ada yang salah juga dengan Namjoon-hyung. Mungkin itu... itu hanya perasaanmu saja."
Mata Namjoon makin menajam. Curiga? Jelas. Sorotnya terus menelusuri garis wajah Taehyung inchi demi inchi.
Sungguh tidak ada apa-apa? Lalu kenapa dia menjauhiku?
"H-hyung..." terdengar getaran kecil kala Taehyung berujar.
Namjoon terkesiap dan tersadar, jarak hidung mereka sekarang tidak lebih dari satu jengkal. Dengan telinga memerah bak kepiting rebus, Taehyung menahan dada Namjoon dengan tangan, mencegah pria itu melakukan sesuatu yang bisa membuatnya lupa akan janji sendiri.
"B-bisa mundur sedikit? Aku harus segera pergi, Jimin pasti sudah menunggu...."
"Jimin bisa menunggu," ralat Namjoon, "sekarang jawab dulu yang jujur, kau sungguh tidak sedang menjauhi Hyung?"