Part - 14

974 109 37
                                    

Taehyung tertawa.

Tawa yang terdengar ganjil di telinga Jimin, tapi yang jelas dia tengah tertawa saat ini.

"Sejak kapan kau punya kemampuan untuk membaca pikiran orang, Jim?" ejeknya.

"Tidak diperlukan kemampuan khusus untuk bisa membaca pandangan matamu saat melihatnya, Tae. Orang awam pun akan mengerti kalau kau memiliki perasaan khusus pada Namjoon. Biar aku tebakーapa dia menolakmu?"

Ucapan Jimin membungkam mulut Taehyung. Dia tidak lagi tertawa, bahkan garis wajahnya seketika terlihat datar tanpa ekspresi.

"Itu bukan urusanmu," sahut Taehyung kemudian.

Memilih mengabaikan Jimin, Taehyung menutup kembali keyboard dengan kain hitam dan keluar dari studio. Jimin di belakangnya hanya bisa menghela napas dan ikut keluar dari ruangan.

"Maaf kalau aku sudah bertanya sesuatu yang menyinggungmu," ucap Jimin lagi. Tapi.... serius? Namjoon menolak bidadari? Kesambet apa dia sampai-sampai bisa menolak mahluk Tuhan yang begitu rupawan?

"Tae...." Jimin masih mengekor bak anak ayam, "maaf...."

"Mau minta maaf berapa kali sih?" Taehyung berhenti dan duduk di sofa. Suara meong Choonhee meluluhkan perasaan dan nada dinginnya. Didekatinya kandang Choonhee dan lelaki itu mengeluarkan peliharaan Jimin tersebut dari dalam kandang. 

"Sampai kau mau memaafkanku," suara Jimin setengah merajuk.

Taehyung langsung mendengus. "Dari kemarin minta maaf terus. Capek. Stok maafku terbatas nih."

Mendengar gerutuan Taehyung, bukannya tersinggung Jimin justru tersenyum. Kini keduanya sudah akur lagi duduk di bawah sofa, saling berjejer sambil membelai bulu-bulu halus Choonhee yang belum lama di grooming.

"Bukannya mau ikut campur, tapi jujur, kemarin aku senang saat kau membelaku."

Taehyung berpaling menatap Jimin. Ada keanehan saat lelaki tampan bermata sipit itu mengatakannya. "Memang kenapa bisa senang?"

"Entahlah," sepasang manik Jimin masih terus mengamati gerak-gerik si kucing, "sepertiーlega? Aku tidak melakukan apapun, dan kau tidak mencecarku seperti Namjoon, tapi malah menghentikan dia menginterogasiku. Aku tidak tahu kenapa Namjoon-ssi bersikap seperti itu, kami bahkan baru bertemu baru-baru ini."

"Soal kemarin, itu karena kurasa Namjoon-hyung memang agak keterlaluan dalam bertanya. Tapi, umーJim?"

"Hm?"

"Kau yakin belum pernah bertemu Hyung saat dia mengunjungi Daeho?"

Jimin menggeleng. "Daeho tidak pernah mengenalkanku pada orang-orang terdekatnya. Kau, contohnya. Dan juga Namjoon. Dia hanya mengenalkan kalian sebatas lewat cerita. Aku sendiri juga tidak tahu kenapa, yang jelas aku baru pertama kali bertemu dengan Namjoon saat mengenalmu."

Taehyung mengamati Jimin dari ekor mata. Pria itu jujur, Taehyung bisa melihatnya. Memperhatikan air muka Jimin saat ini rasanya seperti menyaksikan salju yang longsor. Mula-mula terbawa angin, kemudian menebal, lalu merosot. Tidak ada kehangatan lagi dalam ekspresi Jimin sekarang. Tampak seperti memikirkan sesuatu yang membuatnya beku seperti es, tapi Taehyung tetap tidak menemukan apapun dari pandangannya mengenai apa yang terjadi pada Jimin.

Apa yang sedang kau pikirkan sekarang, Park Jimin?

Menit-menit mereka lewati dalam hening, baru akan merenggangkan badan, Taehyung terkejut Jimin seketika menoleh padanya. Seperti ada kemarahan dan kekecewaan di dalamnya, dan jujur, Taehyung sedikit takut dengan perubahan ekspresi Jimin dan pandangan intens itu yang seakan mengancam.

ClairvoyantWhere stories live. Discover now