Nathan menghentikan mobilnya di depan Apartemen Shilla. Hari ini mereka akan berbicara kepada Maria agar tidak memaksa Shilla untuk ikut bersama nya. Entah mengapa Nathan tidak rela jika ia harus kehilangan Shilla. Apakah Nathan mencintai Shilla? Nathan pun tidak tahu intinya ia tidak mau kehilangan Shilla.
"Ka aku takut." Nathan menggengam tangan Shilla.
"Ada aku,"
"Kalau ma-"
"Percaya pada ku." Nathan tersenyum kepada Shilla.
"Mah?" Sapa Shilla yang melihat mamah nya sedang duduk di sofa.
"Kamu sudah pulang? Ayo bereskan barang-barang mu." kata Maria yang masih fokus kepada laptopnya sampai ia tak tahu akan keberadaan Nathan.
"Ekhm." Maria menengok ke Arah Nathan.
"Siapa dia?" Tanya Maria kepada Shilla. Shilla membawa Nathan masuk dan duduk di sofa depan Maria.
"Saya Nathan tante gurunya Shilla." Perkenalan Nathan.
"Ada perlu apa kesini apa Shilla membaut kesalahan?" Tanya Maria.
"Bukan tan, saya cuman mau bilang kalau saya tidak setuju tante membawa Shilla untuk tinggal di London." Kata Nathan.
"Kamu ini siapa? Kamu cuman guru Shilla di Sekolah jadi kamu tidak punya hak untuk melarang saya membawa anak saya pergi ini hak saya!" Jawab Maria dengan sedikit tertawa remeh.
"Saya adalah orang yang akan menemani Shilla saat dia kesepian jadi saya juga punya hak lantas tante apa? Meninggalkan anaknya dengan alasan pekerjaan? Apakah uang bisa membuat Shilla bahagia?" Ucapan Nathan membuat Maria diam jujur hatinya tersentuh tapi ia lebih memilih egonya.
"Sudah cukup!Kamu Shilla bereskan barang mu sekarang juga! Karna kita akan terbang sore ini!" Perintah Maria.
"Tapi ma-"
"Shilla tidak akan kemana-mana." Ucapan Nathan sudah berubah menjadi dingin dan datar.
"Saya tidak perduli dan kamu ini kenapa sangat tidak ingin Shilla pergi?" Tanya Maria.
'Mamah benar kenapa Nathan tidak ingin gue pergi?' Batin Shilla.
"Karna Shilla adalah gadis yang saya cintai jadi gadis yang saya cintai akan terus saya cintai." Jawab Nathan membuat Shilla terdiam. Nathan cinta Shilla? Kok bisa? Hanya Nathan yang akan menjawabnya.
"Kamu jangan bercanda, Shilla ini anak saya!" Kata Maria sinis.
"Shilla adalah milik saya dan saya tidak suka jika milik saya pergi karena milik saya akan selalu menjadi milik saya!" Tegas Nathan.
"Kamu lelaki gila! Shilla sekarang juga kamu ke kamar! " Bentak Maria.
"Aku binggung," Gumang Shilla namun masih terdengar oleh Nathan. Nathan menggengam tanggan Shilla.
"Kamu masuk dan jangan mencoba untuk kabur oke?" Perintah Nathan.
"Jadi kaka bakalan biarin aku pergi gitu?" Tanya Shilla diiringi dengan isakan.
"Ka-" Belum menyelesaikan ucapan Nathan Shilla langsung berlari ke kamar.
Shilla berlari dan menginci pintu kamar. Ia terlalu lelah, baru saja ia merasakan bahagia bersama Nathan namun sekarang kebahagian itu pergi lagi. Dan lebih menyakitkannya lagi Nathan menyerah Nathan membiarkan Shilla untuk pergi.
"Aku lelah. Aku menyerah!" Shilla melirik obat tidur yang ada di nakas tempat tidur.
"Maafkan aku, aku hanya lelah,"
"Jika hidupku tidak seperti yang ku bahayangkan untuk apa dilanjutkan?" Shilla mengambil dan dalam hitungan detik Shilla memakan semua obat tidur itu sampai habis. Dan Shilla merasa bayangan hitam telah menyelimuti pandannya.
'Apakah aku sudah mati?'
Nathan pov
Aku membiarkan Shilla masuk agar Shilla tidak terlalu setres namun dia malah salah faham atas kelakuan ku. Sepertinya ia mengira aku bakalan menyerah tidak! Tidak akan pernah aku menyerah untuk gadis ku Shilla.
"Tante saya mohon hilangkan ego tante sudah cukup tante membuat Shilla sedih dengan meninggalkan dia selama dua tahun." Kata ku.
"Kamu tidak usah ikut campur sama urusan keluarga saya dan asal kamu tahu Shilla akan dijodohkan dengan pria yang sukses dan kaya tidak seperti mu bekerja sebagai guru saja bangga!" Kata Maria menghina ku, bisa saja aku berteriak kalau aku adalah seorang ceo suskes namun sepertinya ia tidak kenal dengan ku.
"Saya mungkin hanya seorang guru tapi saya bisa membuat shilla bahagia karna saya mencintai Shilla." Kata ku menahan emosi.
"Cinta saja tidak cukup untuk membuat Shilla bahagia. Bahagia itu butuh uang!" Katanya sedikit sinis.
"Buktinya Shilla tidak bahagia dengan apa yang di milikinya sekarang. Uang? Fasilitas? Itu tidak sepenuhnya membuat Shilla bahagia. Yang Shilla butuhkan itu Cinta bukan Harta." Aku beranjak pergi berniat untuk ke kamar Shilla.
"Kamu mau kemana?" tanya Maria yang mengikuti ku dari belakang.
"Saya akan menemui Shilla!" Ucapku tetap melangkahkan kaki ku.
"Kamu tidak punya hak!" Ucap Maria.
"Saya Tidak perduli!" Ucap ku penuh penekanan.Saat tiba di depan kamar Shilla aku mencoba membuka pintu kamar Shilla namun hasilnya nihil pintu itu terkuci. Aku mulai panik aku sudah memanggil Shilla namun tak ada jawaban ku lihat tante Maria juga juga ikut panik.
"Ada apa Nat?" Tanyanya.
"Pintunya dikunci dan tidak ada sahutan dari Shilla tan."
"Kamu dobrak aja Nat tante khawatir sama Shilla." Tanpa perintah kedua aku langsung dobrak pintu kamar Shilla dan aku terkejut saat melihat.
Jangan lupa vote and coment👍
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Teacher (END)
RomanceSalahkah ku mencintai guru ku sendiri? Salahkah ku menginginkan murid ku sendiri? (END)