Nathan pov
Gue berlamari ke lapangan dan melihat Shilla masih setia menjalaini hukumannya tapi tubuh Shilla bergetar dan,
Bugg
Shilla pingsan untung aja gue langsung lari dan nangkep tubuhnya hingga dia gx jatoh ke tanah. Gue langsung gondong dia ke uks. Dikoridor banyak yang ngatain gue karna ngendong Shilla.
'Ya ampun pangeran dateng.'
'Anjir Shilla kenapa tuh?'
'Cih acting tuh.'
'Enak banget Shilla bisa digendong Pa Nathan.'
'Nathan gue.'
'Gagal pdkt.'
'Gebetan gue disamber Shilla tuh.'
'Bebeb Shilla kenapa tuh?'
'Shilla gue sakit?'
Dan masih banyak lagi tapi gue gx perdulu yang sekarang gue fikirin adalah Shilla enatah kenapa gue care banget sama dia. Gue rebahin tubuh lemah Shilla diranjang uks dengan pelan.
"SHILLA." Fani dan Kinan langsung dateng saat tau Shilla pingsan.
"Tolong belikan teh manis untuk Shilla." kata gue dan dianggukan oleh mereka.
Gue tatap wajah pucat Shilla, walaupun dia bad girl tapi dia tidak seperti cewe lain yang mamaki bedak 7 lapis. Kalau diliat-liat dia itu cantik dan enak dipandang sayangnya perilakunya yang gue gx suka entah apa yang membuat Shilla seperti ini waktu gue tanya ke Kepala Sekolah Shilla itu dulunya tidak seperti ini dia adalah murid paling rajin, cerdas, rapih, dan nurut tapi kenapa sekarang seperti ini.
"Eughh," lirih Shilla membuat gue sadar.
"Shilla kamu udah bangun?" pertanyaan konyol.
"Gx liat kalau gue udah buka mata?" kenapa saat sadar dia malah buat gue emosi ya?
"Saya hanya menakannyakan kabar kamu." tanya gue dengan wajah sedatar mungkin.
"Ga usah sok baik deh sama gue. Gara-gara bapa gue jadi kaya gini." katanya dengan suara lemah.
"Sudah diam dan istirahat." omongan gue gx dibales dan saat gue ngelirik ke Shilla dia udah tak sadarkan diri atau tidur gue ga tau.
"Shilla?" ucap gue pelan sambil menepak-nepak pipinya pelan namun dia tidak bangun gue pegang keningnya dan panas banget gue langsung ambil termometer dan mengecek suhunya.
40,5°
Gue panik banget dan langsung gendong Shilla kerumah sakit.
Author pov
Fani Kinan dan Andin langsung bolos kerumah sakit saat tau Shilla dirawat mereka terlihat panik.
"Shilla?" kata Fani yang melihat Nathan berada disisi Shilla.
"Lu kenapa bisa kaya gini sih Shil? Gue kan udah ngomong lu harus makan dengan teratur terus gx boleh kecapean dan lu pasti belum makan ya sedari tadi?" omel Fani ala mak-mak yang gx dikasih duit sama suaminya.
"Lu tuh susah banget ya diomongin," sambung Kinan
"Udah donk kasian Shilla nya." kata andin
"Iya lu kok pada marahin gue sih guekan lagi sakit," kata Shilla yang mengerutkan bibirnya.
"Sorry Shill habisnya gue panik sama lu." kata Fani.
"Yaudah peluk donk," kata Shilla dengan nada manja dan merentangkan tangannya tanda ingin dipeluk, merekapun memeluk Shilla dengan penuh kasih sayang.
'Manja juga nih cewe kalau lagi sakit.' batin Nathan.
"Ekhm kalau gitu saya permisi dulu." kata Nathan yang melangkah keluar.
"Pa Nathan yang nolongin lu Shill." kata Kinan karna ia tau bahwa Shilla bingung atas kahadiran Nathan.
"Masa sih?" Shilla masih gx percaya.
"Cie yang lagi dag dig dug ser." goda Fani.
"Jangan lupa pj ya nanti," kata Andin.
"Ap-apaan seh lu pada?" kata Shilla berusaha menutupi gugup nya.
"Cie blussing." goda Fani.
"Stop! Gue gx suka sama Pa Nathan dan asal kalian tau gara-gara dia gue kaya gini," jelas Shilla.
"Cinta itu tidak bisa ditebak kadang dia akan datang kadang juga ia akan pergi." kata Kinan dengan kata-kata bucinnya
"BUCIN."
Mereka tertawa bersama hingga tanpa disadari ada sepasang mata memperhatikannya.
'Ternyata gue salah.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Teacher (END)
RomanceSalahkah ku mencintai guru ku sendiri? Salahkah ku menginginkan murid ku sendiri? (END)