Hal yang paling menyakitkan dalam hidup adalah kehilangan.
Nathan berlari memasuki rumah sakit ia tidak perduli dengan pengunjung yang menatapnya heran yang Nathan fikirkan hanya Shilla. Di dalam hati Nathan selalu berdoa agar Shilla tidak papa.
"Tante? Shilla kenapa?"
"Pak Nathan," Suara Fani yang begitu lirih.
"Shilla hiks Shilla hiks." Jawab Fani yang sedang menangis.
"Ada apa Fani?" Nathan semakin takut.
"Lu harus iklasin Shilla Nat." Cukup! Nathan menghantam Rafel hingga ia terhuyung.
"MAKSUD LU APA?" Amarah Nathan memuncak.
"Lu harus terima kenyataan,"
"KENYATAAN APA? BILANG SAMA GUE!"
"Shilla meninggal." Dua kata itu mampu membuat hati Nathan mati.
"LU KALAU NGOMONG JANGAN SEMBARANGAN ANJING GADIS GUE ITU CUMAN TIDUR!" Nathan tak habis-habisnya menghajar Rafel.
"PUKUL GUE NAT KALAU ITU BUAT LU BISA TERIMA KENYATAAN KALAU SHILLA UDAH NINGGALIN KITA!" Nathan terdiam ia tidak tahu harus apa, semua nya hancur harapannya hancu hantinya hancur hidupnya pun ikut hancur. Nathan benar-benar hancur.
"Tolong jangan prank gue, gue gx suka." Ucap Nathan masih tak percaya.
"Sudah cukup pak kita juga kehilangan Shilla." Lirih Kinan.
"GUE UDAH NGOMONG KALAU SHILLA CUMAN TIDUR NANTI JUGA BANGUN!" Nathan masuk ke ruangan Shilla dan menggengam erat tangan Shilla tak lupa dengan air mata yang mengalir seperti aliran sungai tak terhenti.
"Shilla? Gadis ku, ku mohon bangun,"
"Kau tak akan pernah meninggalkan ku kan?"
"Mereka semua jahat Shill, mereka bilang kau meninggalkan ku, itu hanya prank kan? Haha aku tidak akan tertipu oleh mereka karna aku hanya percaya pada mu,"
"Ku yakin kau dengar ucapan ku sayang,"
"Ku mohon bangun demi aku,"
"Demi Mamah Papah Fani Kinan Andin,"
"Aku mohon bangun aku tak siap untuk menjalani hidup ku tanpa sosok Nashilla,"
"Kau tau tidak? Tadi aku masuk ke kamar mu dan menemukan boneka doraemon yang waktu itu aku kasih? Kau masih menyimpannya?"
"Kau menyayangi boneka itu?"
"Berarti kamu juga menyayangi aku Shill, "
"Jadi kalau kamu benar sayang aku bangun,"
"Kita wujudkan mimipi kita bersama, ayolah bangun sayang bangun."
Nathan berbicara sendiri seolah-olah Shilla sadar. Semuanya sedih melihat kondisi Nathan.
"Nathan cukup nak cukup jangan menyiksa diri mu seperti ini." Maria memeluk tubuh Nathan.
"Salahkah aku menginginkan murid ku sendiri?" Tanya Nathan dengan menangis dipelukan Maria.
"Tidak nak kamu tidak salah. Di sini tak ada yang salah hanya saja takdir tidak memihak kepada kita."
"Tapi suatu saat nanti kalian pasti akan bertemu jika kalian jodoh percayalah." Maria terus menenangkan Nathan sampai terdengar bahwa akan ada kehidupan kembali. Nathan melihat kearah Shilla yang menggerakan tangannya dan langsung berlari memanggil dokter.
"DOKTER GADIS KU BANGUN DOK." kata Nathan antusias.
"Alhamdulillah ini keajaiban, Shilla telah sadar dan berhasil melewatkan masa komanya. Ini semua berkat doa kalian. " Nathan tidak tahu harus memasang ekspresi seperti apa ia terlalu bahagia.
"KALIAN LIAT KAN? GADIS KU BANGUN LAGI HAHA." Nathan begitu bahagia dia mendekati Shilla dan berbisik.
"Terima Kasih telah kembali."
"Nat-han." Suara Shilla? Ya Shilla sadar membuat semuanya menangis bahagia.
"Shilla kau bangu? Apa yang sakit?" Tanya Nathan.
"Haus." Nathan langsung mengambilkan minum untuk Shilla.
"Sudah puas tidurnya?" Tanya Nathan sedikit berkekeh.
"Ku rasa aku tidur terlalu lama hingga membuat badan ku merasa sakit." Shilla menggerakan tubuhnya berniat untuk duduk namun dicegah oleh Nathan.
"Bagaimana tidak sakit semua? Kamu tidur selama satu bulan." Shilla melotot akan jawaban Nathan.
"Satu bulan? Lama sekali?" Tanya Shilla bingung.
"Aku baru tahu kalau kamu kebo haha," Nathan sedikit menggoda Shilla.
"Nathan." okey, Shilla sudah malu.
"Shil? Lu hutang penjelasan sama gue, " Shilla terkejut kenapa ada sahabat dan juga pria dan mamah? Disini.
"Sudah kalian membuat gadis ku bingung," Ucap Nathan kepada sahabat Shilla.
"Kenalin gue Rafel sahabanya Nathan. Lu tau saat lu gx sadar Nathan selalu nangi-" belum selesai bicara mulut Rafel telah tertutup oleh Tanggan Nathan.
"Gx Kenapa-kenapa kok hehe." ucap Nathan salah tingkah.
"Nangis terus tuh pak Nathan saat lu gx sadar." Andin, Nathan melirik Andin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Teacher (END)
RomanceSalahkah ku mencintai guru ku sendiri? Salahkah ku menginginkan murid ku sendiri? (END)