Shilla mengawali pagi nya dengan segayung air dingin. Senyumnya tak pernah luntur saat membayangkan wajah tampan Nathan. Shilla berdiri di depan cermin agar memudahkan ia untuk memakai dasinya.
"Bi?" Sapa Shilla kepada Bi Inah yang sedang menata makanan di meja makan.
"Non Shilla sudah siap?" Tanya Bi Inah.
"Iya bi. Bibi ko masak banyak banget sih?" Tanya Shilla karna tidak biasanya Bi Inah memasak sebanyak ini.
"Itu mamah yang suruh sayang." Shilla terkejut akan kehadiran mamahnya yang telah lama tidak terlihat.
"Mamah?" Shilla masih terdiam di tempat ia masih tidak percaya sudah 2 tahun mamah nya tidak mengunjunginya sama sekali.
"Kamu mau sekolah?" Tanya Maria.
"Aku berangkat dulu mah temen aku sudah jemput." Ucap Shilla beranjak dari meja makan.
"Mamah kesini cuman ingin ngomong kalau kamu harus pindah ke London sama mamah." Shit, kata-kata Maria mampu membuat Shilla melemas. Pindah ke London katanya? Itu tandanya ia tidak akan bertemu dengan Nathan lagi? Tidak Shilla tidak akan meninggalkan Nathan.
"Tidak mah Shilla tidak akan pergi dari sini!" Balas Shilla masih dengan posisi membelakangi mamahnya.
"Keputusan mamah sudah bulat kamu tidak bisa membantah!" Kata Maria tegas.
"Cukup mah untuk apa mamah meminta ku untuk tinggal di sana?" Tanya Shilla dengan sedikit bergetar.
"Karna mamah gx mau kamu kesepian di sini sayang." Jawab Maria terdengar lirih.
"Mamah bilang agar aku tidak kesepian?aku sudah terbiasa kesepian mah lalu untuk apa lagi?" Jawab Shilla tak kuat lagi hingga membiarkan cairan bening mengalir di wajah mulusnya.
"Mamah cuman mau kamu ikut dengan mamah! Kamu harus menurut!" Perintah Maria.
"Sudah cukup mah! Shilla minta mamah tidak mengusik hidup Shilla lagi. Kini kesepian Shilla telah hilang karna kehadiran seseorang jadi Shilla gx mau ninggalin orang yang udah buat hidup Shilla yang berwarna." Shilla langsung pergi menghampiri Nathan yang telah menunggu namun sebelum itu ia merapikan penampilannya terlebih dahulu.
"Hai," Sapa Shilla menghilangkan sedihnya.
"Kamu kenapa?"
"Aku?kenapa? Aku gx kenapa-napa kok." Jawab Shilla dengan senyum palsunya.
"Jawab!"
"Kenapa diem?"
"Jawab aku Shilla!" karna geram Shilla tidak menjawab pertanyaan nya Nathan pun mengerti dan memeluk badan mungil Shilla.
Tubuh Shilla bergetar saat Nathan memeluknya. Ia mulai memecahkan tangisannya membiar kan cairan bening itu membasahi bahu Nathan. Nathan diam ia biarkan Shilla menumpahkan kesedihannya.
Nathan rasa tangisan Shilla mulai reda dan ia perlahan melepaskan pelukannya dan menghapus sisa air mata yang ada di pipi Shilla.
"Ada apa?" Nathan bertanya namun Shilla tetap diam.
"Kalau kau anggap diri ku bukan orang asing kau bisa berbagi luka pada ku." kata Nathan dengan lembut membuat cairan itu keluar untuk ke sekian kalinya.
"Oke anggap saja aku keluarga mu karna keluarga tidak akan menyebarkan keburukan keluarganya. Ayo bicara sama aku sebagai keluarga." Nathan menyakini Shilla.
"Mamah memintaku untuk tinggal bersamanya di London." Oke, Nathan terdiam seribu bahasa.
Nathan pov
"Mamah memintaku untuk tinggal bersamanya di London." Shilla langsung memeluk ku dan menangis.
Apa katanya? Tinggal di London dan meninggalkan Indonesia? Itu tandanya ia juga akan meninggalkan ku? Tidak akan ku biarkan dia pergi meninggalkan ku!
"Aku tidak mau meninggalkan Indonesia ka, aku ingin di sini bersama mu hiks a-aku tidak inggin pergi hiks." Suaranya mulai tidak jelas karna ia menangis.
"Sudah kamu tenangkan diri mu dulu. Sekarang kita berangkat." Kata ku.
"Aku tidak mau sekolah ka." Aku pun mengangguki kemauannya karna aku tau ia pasti sangat terpukul dan butuh untuk menenangkan diri.
"Yasudah nanti biar aku izin kan." Kata ku.
Author pov
Nathan membawa Shilla ke apartemnya.Ia melihat wajah Shilla yang cerah yang biasa ia tatap kini menjadi wajah yang murung.
"Shilla kamu minum dulu." Nathan yang memrikan segelas air putih.Shilla meminumnya sampai habis.
"Kalau udah tenang kamu bisa cerita," Nathan menggengam tanggan Shilla.
"Dulu papah sama mamah bilang sama aku kalau dia bakalan ke London untuk menyelesaikan proyek nya selama satu bulan tapi saat aku sudah siap dan menunggu mereka di bandara mamah bilang tidak bisa pulang sekarang karna pekerjaannya belum selesai dan disitu aku coba mengerti, singkat waktu. Sudah hampir lima bulan mamah atapun papah tidak memberi kan kabar terus aku mendapatkan kabar bahwa mamah dan papah akan menetap di London dan membiarkan aku sendirian di Indonesia."
"Pasti mamah sama papah kamu punya alasan ngelakuin ini Shill," Kata Nathan mencoba menenangkan Shilla.
"Alasannya untuk kebahagian ku. Kebahagiaan apa? Mereka fikir dengan banyak nya uang dan fasilitas mewah aku bakalan bahagia? Gx ka aku lebih bahagia kalau mereka ada di samping ku saat aku butuhkan. Semua orang tau nya aku adalah orang yang ceria bahagia kuat namun tidak, aku hanya seorang yang rapuh dan sendiri." Nathan terdiam dengan ucapan Shilla ia tidak nyangka gadis seperti Shilla memiliki masalah seberat ini?
"Hidup kamu tidak akan sendiri lagi selama ada aku Shill,"
"Karna aku akan mewarnai hidup mu yang hitam itu," Nathan membawa Shilla kepada pelukannya.
"Aku mohon jangn tinggalkan aku ka aku tidak mau kau pergi." kata Shilla.
"Kamu adalah gadis ku dan tetap akan jadi gadis ku."
"Tapi bagaimana dengan mamah? Dia ingin aku ikut bersama nya ka?" Shilla menatap wajah Nathan.
"Kamu tidak akan kemana-mana!" Kata Nathan penuh kepercayaan.
"Tapi bagai-"
"Aku sendiri yang akan berbicara pada mamah mu." Ucap Nathan.
"Kaka serius? Bagaimana kalau mamah tetap ingin aku ikut bersamanya aku tidak mau ka." Kata Shilla menundukan kepalanya.
"Menyerah adalah tanda orang yang tidak mampu."
"Maksud kaka?"
"Aku akan berusaha agar kamu tetap di sini bersama ku!" Katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Teacher (END)
RomanceSalahkah ku mencintai guru ku sendiri? Salahkah ku menginginkan murid ku sendiri? (END)