Bab 8

37 8 0
                                    

"PERNYATAAN MACAM APA ITU HA? SA, NGOMONG SA BILANG LO MASIH JOMBLO KAN?"

"KEMAREN LO MASIH JOMBLO, NGGAK MUNGKIN INI GAK MUNGKIN"

"SA, APA KABAR HATI GUE?"

"SA, LO BOONGIN GUE"

"SA HATI GUE PATAH"

Elisa memijat keningnya pusing. Teriakan melengking Dya bersahutan dengan suara membahana Martin disambut Caramel, Acha dan...... Bayu yang sudah bangkit dari aksi 'terjengkangnya'.

"Udah Tenang dulu, biarin mereka yang jelasin " Axel menjauhkan Acha yang sudah hampir maju memegang bahu Elisa.

"TENANG APAAN HA? INI TUH DESTINY ELISA LEONIDAS ADIKNYA ABANG REVAN GANTENG 100% ORIGINAL, YANG JOMBLO DARI LAHIR DAN TIBA-TIBA UDAH TAKEN GINI?"

Sam yang sebelumnya hanya diam, ikut menenangkan Acha yang seperti orang kesetanan membuat mereka menjadi perhatian seluruh penghuni kantin.

"Ga, lo ngomong sesuatu dong" Kiki mendorong pelan bahu Arga menyuruh cowok itu menyelesaikan semuanya.

"Udah jelas kan? Gue sama Elisa pacaran"

"TUH KAN" Acha dan Caramel serempak protes bersama

"Sorry deh kalo gue nggak bilang, ya.... Emang ini mendadak sih, gue aja nggak ngerti" Ujar Elisa akhirnya buka suara

"Bukan itu loh Sa, kita cuma kaget aja tau nggak. Ada juga ya cowok yang mau sama lo" Bayu menoyor pelan kepala Dya meski selanjutnya cowok itu meringis saat Devon menatapnya tajam, mengancam.

"Gue cowok dan gue mau kok sama Elisa" Ujar Bayu

"Pokoknya fiks nih kita berempat taken semua?" Tanya Caramel tak menyahuti ucapan Bayu

"Kayaknya sih..." Balas Acha masih menatap Elisa dan Arga curiga. Pasalnya dua makhluk itu nggak ada kemistrinya sama sekali. Cuma dua orang beda jenis yang punya muka lempeng tak beriak. Membuat Acha masih tak percaya mereka berhubungan dan punya rasa masing-masing.

Tapi, apa boleh buat? Arga sudah berujar dan sepertinya cowok itu tak main-main.

Mereka terlalu sibuk pada pasangan baru itu sampai tak menyadari dua orang ah bahkan lebih, yang diam-diam mengepalkan tangan menahan rasa panas dalam dada saat mengetahui fakta bahwa gadis yang selama ini mereka sukai dalam diam telah dimiliki oleh cowok lain.


*


Arga memakai earphone di telinganya, dengan santai cowok itu berjalan melewati koridor menuju perpustakaan. Hari ini kelasnya free karena bu momo yang harusnya mengajar ijin cuti menemani suaminya yang sedang sakit. Jadilah kelas nya ramai tak terkendali, dan karena Arga yang tak menyukai kebisingan memutuskan menghabiskan waktu di perpustakaan.

Langkah kaki Arga terhenti, mata tajamnya menatap datar gerombolan laki-laki didepannya.

Para berandalan Starlight

"Kenapa?" Tanya cowok itu tetap tenang

"Lo pacaran sama Elisa?" Tanya salah seorang cowok yang memakai anting hitam ditelinga kanannya

"Hm" Balas Arga pendek, sebenarnya malas juga menghadapi 'fans' dari gadis yang berstatus kekasihnya itu

"Putusin dia, kalau nggak mau nyawa lo melayang" Sahut cowok lain

"Kalo gue gak mau?" Arga terdengar menantang

Cowok yang pertama maju dan langsung menarik kerah baju Arga kasar

"Lo bakal mati" Suaranya mendesis, sarat akan ancaman

"Oh"

Cowok itu menggeram marah, tanpa aba-aba langsung memberikan bogem mentah di wajah mulus Arga.

"GUE NGGAK MAIN-MAIN"

Arga mengusap sudut bibirnya yang berdarah, cowok tadi tak main-main.

"Lo pikir gue takut? Lo cuma salah satu cowok yang suka sama Elisa, tapi gak pernah berhasil jadi pacarnya" Arga berujar dingin, senyum sinis nya tersungging

"Kita liat aja, berapa lama lo bertahan jadi pacarnya" Cowok tadi mundur lalu pergi meninggalkan Arga diikuti teman-teman nya yang mengekor

"Richard. Gerald. Leon. Samuel. Varo. Varel Ah siapa lagi ya...." Ujar Arga pelan mengingat-ngingat nama segerombol cowok tadi.

"Dibully he?" Arga berbalik, menatap datar cowok yang bersandar santai di pilar sekolah

"Mulai menikmati peran sebagai pacar yang terbully?" Cowok itu melangkah santai menghampiri Arga

"Ingat tugas lo, jangan melenceng dari jalur. Lo bisa aja kena masalah pelik"

"Hm, gue ngerti" Balas Arga berbalik dan melangkah meninggalkan cowok itu

"Ken" Desis Arga pelan

*

Elisa menatap malas cowok-cowok didepannya. Niat ingin ke toilet, malah bertemu dengan mereka yang terakhir dia ingat selalu mengganggunya.

"Mau kemana Sa?" Tanya salah seorang cowok yang berada di barisan paling depan

"Ini kan didepan toilet, jadi gue mau ke toilet dong" Balas Elisa datar

"Mau ditemenin nggak Sa? Janji deh bakal ngapa-ngapain" Si cowok langsung ditabok oleh teman disampingnya

"Canda Sa, silahkan gih masuk"

Iya dia disuruh masuk, tapi cowok-cowok itu malah berbaris rapi didepan pintu toilet, menghalanginya

"Richard....."

"Sa, gue disini"

Elisa mengerjap, melihat ke cowok paling kanan setelah menatap tajam cowok yang berada paling depan

"Terus lo siapa?" Tanya Elisa menunjuk cowok di depannya

"Leon Sa..." Balas cowok itu gemas

"Ah pokoknya itu, tolong minggir gue mau ke toilet" Elisa melangkah ingin merangsek masuk tapi langsung dihalangi cowok tadi-Leon.

"MASUK? PUTUS SAMA ARGA"

"Ha??"

Elisa mengernyit, mereka sebelum datang latihan dulu ya, kompak banget.

Tapi kok....

"Gue aja nggak kenal kalian, ngapain gue harus ikutin kata kalian?"

Mereka berpandangan. Iya juga, atas dasar apa Elisa mau menuruti kata-kata mereka? Nyebut nama aja masih salah-salah.

"Ya.... Pokoknya lo harus putusin Arga kalo mau masuk kedalam"

"Va...." Cowok itu sumringah

"Rel" Wajahnya langsung masam

"Varo kali Sa" Balasnya protes

"Ah pokoknya siapapun kalian, minggir dulu gue mau masuk, udah gak nahan tau"

"No!"

Elisa menghela nafas lelah, matanya menyusuri koridor yang terlihat sepi, ya karena proses pembelajaran sedang berlangsung.

Namun, seperti mendapat jackpot Elisa melihat Reno baru saja keluar dari kantor guru diujung koridor.

"RENO"

Cowok itu menoleh, alisnya terangkat saat melihat Elisa melambai kearahnya dan gadis itu dikelilingi beberapa cowok.


TBC

AREL✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang