Bab 17

32 5 0
                                    

Satu kata yang menggambarkan suasana hati Elisa hari ini, bahagia.

Setelah mengiyakan permintaan Arga kemarin, ia tetap berada di rumah sakit sampai sore. Menyuapi cowok itu saat makan siang dan sore serta membantunya minum obat atau mengantarkannya ke kamar kecil. Meski mendapat amukan dari Revan namun tak ditanggapi oleh Elisa. Meski ia tau, Revan hanya khawatir.

Senin pagi, suasana sekolah sudah terlihat ramai. Seperti rutinitas, hari ini dimulai dengan upacara yang akan dimulai beberapa saat lagi. Gadis itu melangkah tenang melewati koridor yang ramai, siswa-siswi berlalu lalang membuat Elisa sedikit risih kala harus berdekatan dengan siswa yang tak ia kenal.

Dari arah depan segerombol laki-laki berpenampilan urakan datang, mereka saling bercanda dan tertawa tak memperdulikan tatapan sinis dan terganggu dari siswa-siswi yang mereka lewati.

Richard, Varo, Varel, Gerald, Leon serta Samuel, kumpulan anak-anak jahil Starligh. Mereka bukan badboy incaran para gadis seperti Rafa dkk, bukan juga anggota basket yang disukai para adik kelas. Mereka hanya kumpulan laki-laki kurang kerjaan yang bergabung menjadi satu untuk berbuat keonaran. Meski tampan namun tak ada yang melirik mereka, mungkin karena sifat jahil dan suka mengerjai perempuan yang mereka miliki.

Elisa berhenti sejenak, menarik nafas pelan meyakinkan dirinya sendiri.

Saat jarak mereka sudah dekat, Genk Richard dkk yang melihat Elisa sontak mengatupkan bibir mereka rapat.

Oouhh gadis pujaan lewat.

Elisa terus berjalan, sekarang ia baru mengerti kenapa setiap ia lewat Richard dan teman-teman nya selalu terdiam.

Gadis itu berhenti tepat di depan Richard, matanya menelisik mereka satu-persatu, lalu tanpa diduga ia tersenyum lebar, mengangkat tangannya dan melambai

"Pagi Richard, Samuel, Leon, Varo, Varel, Gerald" sapanya dengan nada ceria yang bukan dirinya sama sekali.

Richard melongo, mulutnya terbuka begitu juga kelima temannya. Saat tersadar, mereka langsung menormalkan ekspresi dan membalas sapaan Elisa dengan kikuk.

"P-pagi Elisa" balas mereka kompak

"Duluan ya" Elisa pamit, masih dengan senyum lebar, meninggalkan Richard yang kembali terpana.

Lalu, tanpa diduga mereka berteriak kesenangan.

"Astaga Astaga, gue diucapin selamat pagi njiirr" Sorak Samuel

"Dia tau nama gue anjayy" sambung Varel

"Manis banget ya Allah senyumnya" Kata Varo menggigiti jarinya

"Hati gue penuh dengan bunga-bunga" ujar Richard juga

Mereka kembali berjalan beriringan, kali ini dengan senyum bahagia yang tersampir di bibir mereka masing-masing.

Ahhh cinta SMA memang penuh alay dan menjijikan namun berkesan secara bersamaan.

*

"Eh denger-denger Arga masuk rumah sakit ya??"

Elisa mengangguk, tak merespon lebih pertanyaan dari Caramel

"Kenapa tuh anak?" Kali ini Acha yang bertanya

"Ketembak" balas Elisa pendek

"Gilaaaaaa, abis ngapain dia? Kok bisa ketembak?" Caramel bertanya semangat seraya berbalik ke arah Elisa yang duduk di belakangnya

"Kurang tau juga, dia gak cerita"

"Yaaaaa" Caramel mendesah kecewa, kirain bakal dapet berita heboh yang bisa jadi bahan ghibah hari ini sama anak kelas sebelah.

Les kedua baru saja selesai, dan sekarang mereka sedang menunggu datangnya guru yang mengajar les ketiga yang sepertinya tak akan datang mengingat ini sudah menit ke 15. 11 IPA 2 tampak anteng, sibuk mengerjakan tugas dari guru sebelumnya, daripada dikerjain di rumah dan mengganggu waktu istirahat mending dikebut hari ini biar pikiran bebas dari tugas.

Begitu juga dengan Elisa dan ketiga temannya, mereka tak menyia-nyiakan waktu, saling berlomba siapa yang selesai duluan.

Biasanya Elisa akan lebih senang mengerjakan tugas di rumah, tapi mengingat ia yang sepertinya akan lama di rumah sakit menjaga Arga, jadi dia harus mengerjakan tugasnya hari ini. Bahkan cerita wattpad sedang menari-nari di kepalanya ia abaikan.

"Gimana kalo kita ikut jenguk Arga ntar pulang sekolah??"

Elisa mendongak, mengalihkan pandangan dari buku tugasnya

"Emang siapa yang mau ngejenguk?" Tanyanya penasaran

"Rafa sama anak-anak basket, kurang tau siapa aja" balas Caramel mengedikkan bahu

"Gue ikut deh, Sa, Lo ntar disana kan jagain Arga??"

"Hm?? Ah, oh iya" Elisa sedikit gugup, entah mengapa saat mendengar ucapan Dya tadi pikirannya langsung tertuju pada kejadian kemarin malam, ah lagipula darimana Dya tau jika dia yang akan menjaga Arga.

Selanjutnya tak ada percakapan berarti lagi, mereka kembali konsentrasi pada tugasnya masing-masing. Meskipun tak terlalu pintar atau punya otak encer, setidaknya mereka mau mengerjakan apa yang ditugaskan oleh guru meski dalam hati sesekali mengumpat saat tugasnya terasa sangat sulit.

*

Jam istirahat dimanfaatkan para siswa untuk mengisi kembali daya energi yang terkuras habis saat kegiatan belajar berlangsung. Begitu juga Elisa serta teman-temannya, seperti biasa gadis itu akan bergabung dengan kawanan Rafa, Axel, Devon serta teman-temannya yang lain. Sejak Acha dan Axel pacaran, Caramel dan Rafa pacaran serta Dya dan Devon juga pacaran membuat mereka terikat dengan sendirinya.

"Eh! Jadikan kita jenguk Arga nanti??" Tanya Rafa mengalihkan atensi Elisa

"Jadi dong!! Harus itu, masa temen kenapa-kenapa kita diam aja, minimal harus kita liat keadaannya gimana" ujar Bayu setelah mencomot tahu goreng di piring Jaka membuat cowok itu berdecak kesal

"Hm, gue setuju. Lagipula dia anggota basket kita juga" kata Axel yang diangguki yang lain

"Gimana Sa, Lo setuju kan??" Tanya Acha

"Ha?? Oh kenapa gak" balas Elisa sedikit terkejut, entahlah pikirannya sering tak bisa berkonsentrasi akhir-akhir ini.

"Eh, Elisa!! Selamat makan ya" seorang laki-laki tiba-tiba datang dan langsung menyapa Elisa semangat.

"Eh iya Varel, makasih. Jangan lupa makan juga"

Teman-teman Elisa tak bisa menyembunyikan reaksi terkejut mereka, begitu juga para laki-laki di meja itu yang sudah menganga saat mendengar suara Elisa yang tiba-tiba berubah lembut.

Varel meringis malu, lalu dengan senyum cerahnya iya melambai

"Kalo gitu, bye Elisa!!!" Ia langsung pamit dan pergi begitu Elisa mengangguk dan tersenyum juga, lalu dengan santai kembali fokus pada makanannya, tak menanggapi reaksi teman-temannya.

Beribu pertanyaan hinggap di kepala mereka, ada apa dengan Elisa hari ini?? Elisa dan Varel ada hubungan apa?? Kenapa Elisa tiba-tiba berubah?? Tapi semua pertanyaan itu hanya terpendam tanpa satupun yang berniat bertanya lebih. Dan lebih memilih menganggap jika keajaiban baru saja terjadi.

Meski Reno sedikit kesal, kenapa kepadanya Elisa tak pernah bicara dengan nada selembut itu??









TBC

AREL✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang