27 (END)

64 7 0
                                    


Elisa gamang, sudah 5 bulan dan laki-laki itu tak juga menampakkan batang hidungnya. Ujian semester telah usai, saatnya menunggu dengan harap-harap cemas apakah akan naik kelas atau tidak, dan ia tak tau apakah Arga masih sekolah disini atau tidak.

Ya, sudah 5 bulan Arga menghilang setelah ia membuka rahasia dari bisnis kejahatan yang ia juga terlibat di dalamnya. Menurut kabar yang Elisa dengar Arga juga ditahan namun entah berapa lama dan dimana, ia kehilangan jejak. Semua kantor polisi sudah ia datangi namun tak ada yang bersedia memberikan informasi. Elisa buntu dan memilih tetap bersabar dan menunggu.

"Melamun lagi Lo Sa" Acha mendudukkan dirinya disamping Elisa. Ia dan teman-temannya kembali berbaikan setelah polisi tiba-tiba mengetahui kasus penembakan Papa Acha dan mengatakan jika pelaku sebenarnya telah ditangkap namun bukan Arga, Elisa mengenalnya sebagai Ken laki-laki yang beberapa kali pernah ia lihat bertemu dengan Arga. Semua sahabatnya meminta maaf telah menuduh Arga dan tak percaya pada Elisa yang gadis itu maafkan dengan segera.

"Gakpapa, gue lagi males aja, tiap hari ke sekolah tapi gak belajar mending gue di rumah" Elisa berbohong tentang ia yang lebih baik di rumah, faktanya ia selalu datang ke sekolah paling awal dan pulang paling akhir berharap sosok Arga tiba-tiba muncul di antara siswa Starlight. Pesan yang Arga kirim 5 bulan lalu lah yang menjadi pedomannya untuk terus menunggu.

Tunggu gue Sa

Isi pesannya, yang sampai sekarang masih sering Elisa baca sebagai pengingat agar ia selalu menunggu.

"Heran gue kemarin Varo kemarinnya Varel kemarin-kemarinnya Richard sekarang Reno, besok siapa lagi? Capek gue jadi tukang pos Mulu" Caramel yang baru datang langsung menggerutu, ditangannya terdapat sebungkus cokelat.

"Yang sabar ya Mel, salahin nih temen Lo yang sok cantik belum juga nentuin pilihannya sampai sekarang, aneh deh padahal kurang ganteng apa coba cowok-cowok itu, malah digantung" Dya yang mengekor dibelakang Caramel langsung mengambil cokelat tersebut dan memakannya tanpa beban, sudah biasa jika dia yang akan menghabiskan cokelat itu karena Elisa tak akan mau menyentuhnya, Elisa tak suka cokelat katanya.

"Sampai kapan sih lo nungguin si Arga? Kasian tau cowok-cowok yang naksir Lo"

Elisa menghembuskan nafas kasar, dia juga capek kali harus nunggu sesuatu yang gak pasti gini, kalau bisa ia juga ingin dengan mudah memilih salah satu diantara cowok yang menyukainya, namun tak bisa, perasaannya seolah menolak dan masih berharap jika suatu saat Arga akan datang dan menepati janjinya.

"Nggak tau deh, males gue ngomongin cinta-cintaan Mulu"

Elisa menelungkup kan kepalanya di atas lipatan tangan, enggan membahas lebih lanjut tentang masalah cowok yang tak ada habisnya itu.

Elisa tetap diam sampai ia tiba-tiba merasakan elusan di kepalanya, sontak ia langsung mendongak dan matanya hampir meloncat keluar saat melihat siapa yang ada didepannya sekarang, tak kalah jauh dengan Elisa Acha Caramel dan Dua juga kompak menutup mulut dengan telapak tangan saat melihat sosok itu.

"Hai?"

Elisa masih belum bereaksi saat suara yang sama dengan 5 bulan lalu itu mengalun dengan indah.

"Arga??"

*

Memiliki pacar atau kekasih tak pernah masuk kedalam list masa depannya, malah Elisa bermimpi suatu saat ingin langsung menikah dan mengenal sendiri suaminya saat sudah sah tanpa pernah pacaran. Namun itu dulu sebelum Arga hadir di dalam hidupnya, Arga yang kala itu nampak dingin dan tak tersentuh membuat Elisa terpikat. Mungkin orang-orang akan berkata jika mereka berdua tidaklah cocok, pendiam dan dingin tak bisa bersatu, bisa-bisa keduanya malah membeku satu sama lain.

Tapi Elisa tak peduli, bukankah orang-orang yang tinggal di daerah yang dingin akan meminum es agar sistem imun tubuh mereka mengeluarkan panas saat mengkonsumsi minuman atau makanan dingin? Begitu juga Elisa, jika ia dingin bukan berarti ia harus menghindari yang dingin juga, malah ia bisa menggunakan dingin itu untuk membuatnya tetap hangat.

"Makasih udah percaya dan mau nunggu gue" 

Elisa yang semula menatap lurus ke depan, mengalihkan pandangannya ke laki-laki disampingnya.

"Lo yang nyuruh gue percaya dan nunggu kan"

Arga tersenyum, tangannya terangkat dan mendarat di puncak kepala gadis itu mengusapnya pelan dengan penuh sayang

"Gue bahagia gue bisa ketemu sama lo, gue gak tau gimana hidup gue kalau gue gak ketemu lo"

Elisa balas tersenyum lebar

"Ini udah takdir, sekarang atau nanti kalau kita emang ditakdirkan bersama gimanapun caranya kita bakal ketemu"

Arga beralih menggenggam tangan gadis itu, suasana belakang sekolah yang nampak sepi membuat keduanya nyaman tanpa harus risih dilihat orang lain.

"Terus, gimana hidup Lo sekarang? Maksud gue gimana lo membiayai hidup lo sendiri?"

"Gue dan temen-temen lama gue memilih untuk membangun usaha bersama, ya masih kecil-kecilan tapi semoga bakal berkembang"

Elisa kembali tersenyum, dia banyak tersenyum hari ini. Perasaan yang semula hampa dan gelisah mendadak kembali ringan dan menyenangkan begitu ia kembali bertemu dengan laki-laki yang sekarang menggenggam erat tangannya.

"I love you"

Arga menoleh kaget, ia mati kutu saat Elisa tiba-tiba mengatakan cinta namun setelahnya ia kembali tersenyum, membawa tangan Elisa ke bibir dan mengecupnya lembut.

"Harusnya gue yang bilang gitu, i love you"

"Yaudah, love you too"






Yaudah




END

Iya ending

Yaudah

Bye bye

Bye

Salam covid 19🌈

AREL✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang