Bab 12

34 6 0
                                    

Kumpulan anak-anak basket serta 4 orang gadis itu masih berkumpul bersama, kerusuhan tak bisa dihindarkan saat Bayu datang membawa makanan bersama dengan Daniel. Mereka saling berebut meskipun pada akhirnya semua terbagi rata.

Elisa fokus pada Bakso serta bumbu-bumbu nya, tak terlalu memperdulikan keributan disekelilingnya.

Begitu juga Arga yang larut dengan nasi gorengnya, mengunyah dengan pelan dan tenang tanpa merubah sedikitpun riak wajahnya.

"Diam-diam aja nih pasangan baru, ngapain gitu ngomong kek"

Arga mengangkat kepala, menatap datar Bayu dan menyorotnya tajam. Bayu gelagapan, meyadari Arga tak menyukai perkataannya.

"Mampus Lo Yu" bisik Daniel

"G-gue mau beli minum dulu" Bayu bangkit hendak pergi sampai suara Elisa menghentikannya

"Apaan sih lebay amat" ujar Elisa seraya mengaduk baksonya tenang

"Minum Sa?" Tawar Reno mengambil satu botol Aqua

"Hmm"

Reno tersenyum tipis, membuka tutup aqua dan mengangsurkannya pada Elisa

Tanpa repot mengucap terima kasih, Elisa langsung meneguk air nya tanpa menyadari tatapan semua teman-temannya yang menatapnya heran.

Dengan kompak mereka beralih menatap Arga, tak ada yang berubah. Raut wajahnya masih datar, sama sekali tak terusik dengan adegan picisan tadi.

Ini siapa sih yang jadi pacar siapa

*

Apa yang bisa dilakukan saat jam kosong? Tentu saja banyak, bahkan akan terlalu banyak sampai-sampai setiap siswa menginginkan setiap hari jam kosong.

Tapi tidak untuk gadis itu, Elisa sama sekali tak menyukai jam kosong. Bukan karena tak ada kerjaan tapi terkadang berada ditengah-tengah keramaian yang sangat bising benar-benar mengganggu. Elisa suka ketenangan, kesunyian dan sendirian.

Dan saat jam kosong hari ini, Elisa hanya duduk diam melihat ketiga sahabatnya berfoto ria. Ponselnya dipinjam Jhonny untuk menonton YouTube sehingga kebosanan melanda gadis itu, sebenarnya bisa saja ia ikut bersenang-senang seperti yang lain, tapi sekarang ia sedang tak mood.

Pikiran gadis itu melayang pada sosok yang tau diri akhir-akhir ini selalu menghantuinya.

Apa sih hebatnya cowok itu? Selama ini dia baik-baik saja tanpa seorang kekasih. Semuanya berjalan biasa saja, sampai laki-laki itu datang dan mengacaukan segalanya.

"Sa sa ada yang nelfon nih"

Elisa terlonjak, langsung menerima uluran ponsel dari Jhonny Tanpa melihat nama si penelepon

"Halo"

"Ke belakang kantin" sambungan terputus, Elisa menatap ponselnya terdiam.

Arga??

Tak membuang waktu, Elisa bangkit dan langsung melangkah menuju Kantin khusunya belakang kantin. Tempat yang menjadi spot pelarian siswa-siswa yang ingin bolos atau nyebat.

"Mana?" Gumam gadis itu tatkala tak menemukan wajah Arga disana, hanya beberapa siswa yang sedang merokok dan menatapinya heran.

"Ngapain kak?" Tanya seorang cowok yang sepertinya adik kelas

"Ahhh nggak, cuma lagi cari seseorang" si adik kelas mengangguk dan kembali merokok, kali ini tak melihat lagi ke si kakak kelas.

"Elisa"

Elisa terlonjak kaget, bukan Arga yang memanggilnya melainkan Richard ahhh atau Varo ya

"Lo yang manggil gue kesini?" Tanya gadis itu

"Hm. Cuma pengen ngobrol doang kok" Balas cowok itu

"Ngobrol apa ng...."

"Leon"

"Ahhh iya Leon"

Leon tersenyum lebar, memamerkan giginya yang berbaris rapi, terlihat manis dan ganteng disaat bersamaan.

"Duduk dulu yuk" cowok itu mempersilahkan Elisa duduk di batang pohon kelapa yang dipotong dan disusun berdiri sebagai tempat duduk, entah siapa yang membuatnya disana.

"Hmmmmm, gimana ya gue ngemulainya"

Elisa menatap cowok disampingnya bingung

"Apa?" Tanyanya

"Jadi gini.... G-gue s-sebenrnya...."

"WEISSSS LEON BRO, WATSAPP"

Leon tersentak, Richard tiba-tiba datang dan langsung merangkul bahunya. Terlihat akrab namun sebenarnya tangan Richard meremas kuat bahu Leon.

"Ngapain Le? Kok berduaan disini? Mau Nikung ya" Varo juga tiba-tiba datang

"Ng-nggak kok, g-gue cuma ng-ngobrol aja" Leon tergagap

"Sa Lo balik ke kelas gih, Bu Deby kan? Tadi udah masuk" Varel menarik lengan Elisa dan mendorong gadis itu pelan

Elisa yang linglung hanya berjalan pasrah, meski masih penasaran ada dengan cowok-cowok itu.

Sepeninggal Elisa, Richard mengambil tempat duduk disamping Leon.

"Jelasin!" perintah cowok itu

"Gue gak kuat lagi Chard, gue gak bisa mendem perasaan ini lagi. Gue pengen dia tau isi hati gue" Leon menundukkan kepalanya, Richard terdiam cowok itu bisa ikut merasakan perasaan dari sahabatnya itu.

"Gue ngerti Yon, gak cuma Lo. Kita-kita juga sama gak kuatnya. Tapi kita bisa apa? Oke Lo ngungkapin semuanya, terus apa? Kalo dia nolak Lo gimana? Hati Lo juga yang bakal hancur" penjelasan panjang lebar Richard membuat Leon terdiam

"Gue juga gitu Yon, gue juga pengen ngungkapin semuanya. Tapi gue gak punya kuasa, gue bisa apa? Lagipula dia juga udah punya cowok kan"

Semuanya terdiam, angin berhembus pelan membuat perasaan mereka makin tidak karuan. Hati tak bisa memilih kepada siapa dia akan berlabuh atau melarang untuk berlabuh kepada siapa. Hati bergerak sesuai keinginannya, dan raga tak punya kuasa menolak meski logika juga melarang.

Elisa mendengarnya, dia tak pergi melainkan bersembunyi dibalik dinding yang tak jauh dari tempat cowok-cowok itu. Gadis itu menghela nafas pelan, lalu berbalik dan melangkah pergi dengan perasaan yang berkecamuk. Ia tak menyangka semuanya seperti ini, dia pikir mereka hanya iseng sekadar untuk main-main. Namun ternyata semuanya tak  sesimpel itu, dia sedang bermasalah dengan banyak hati.

Kenapa semuanya jadi begini, tak bisakah dia menjalani hidupnya seperti biasa. Seperti orang lain, bukannya terlibat dengan situasi pelik seperti ini.

Dia juga disana, seorang cowok yang entah datang darimana dan sudah ada disana sejak awal. Ia melihat semuanya.

"Kenapa kau terlibat dengan mereka Arga"



TBC

AREL✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang