Bab 7

46 9 0
                                    

Elisa memasuki kelasnya dengan santai. Setelah bicara berdua dengan Arga, ia kembali ke kelas karena bel masuk sudah berbunyi.

"Dari mana aja Sa?" Tanya Acha dari tempat duduknya

"Iya nih, biasanya nyampe duluan lo" Ujar Caramel masih menulis cepat PR nya sementara Dya hanya diam dan fokus pada buku dan tulisannya

"Nggak dari mana-mana, cuma ketemu Nesya"

Acha ber oh ria dan kembali menunduk pada ponselnya. Elisa kembali melangkah ke arah tempat duduknya.

Mata gadis itu menatap teman-teman nya yang sedang rusuh menyalin PR matematika dari Vivi, si juara satu pararel sekolah.

Meski berada di ruangan yang seramai ini, namun entah kenapa Elisa tetap merasa sepi dan tak bersemangat. Gadis itu tidak mempunyai rasa trauma atau kenangan buruk di masa lalu, hidupnya selalu berjalan lancar dan biasa-biasa saja.

Sejak SD sampai SMP, Elisa memang sudah pendiam. Dan saat masuk SMA, sifat pendiam nya itu semakin meningkat. Bukan pendiam sih sebenarnya, lebih ke cuek dengan orang sekitarnya. Mungkin sudah bawaan lahir.

Mencoba mencari kesibukan, Elisa mengeluarkan Earphone dari dalam tas nya dan mulai memilih lagu Korea di ponsel , lalu membuka aplikasi Oranye dan perlahan mulai terbawa dengan suasana bacaannya. Mengabaikan bel yang sudah berbunyi dan guru yang akan segera datang.

Reno menatap gadis itu dari jauh. Melihat Elisa yang sudah tenggelam dalam dunianya sendiri, membuat cowok ber gingsul itu menghela nafas.

Kembali teringat kejadian di Koridor tadi pagi. Saat gadis itu berbohong tentang menemui Nesya padahal ingin menemui orang lain yang mengirim pesan padanya.

Ingin bertanya, tapi bukan siapa-siapa. Jadi lah Reno terjebak dalam rasa keingintahuan nya sendiri.

"Sabar bossque, kalo lo sama dia jodoh gimanapun itu caranya lo berdua pasti bakal bersatu"

Reno menoleh, menatap datar cowok disampingnya.

"Kalo nggak jodoh?" Tanya cowok itu masih menatap Rio datar

"Ya... Berarti dia jodoh gue"

Reno mengumpat. Hampir khilaf menjitak keras kepala Rio sampai pak Rudy tiba-tiba masuk ke kelas membuatnya terpaksa melepaskan Rio.

*

"Dy kayak biasa ya"

Dya mengangguk, lalu berbalik dan menuju stand penjual makanan setelah Acha menyebutkan pesanannya.

"Eh tumben nih para cowok gak ngantin, pada kemana sih?" Tanya Caramel seraya mengedarkan pandangannya pada penjuru kantin yang ramai.

"Nggak tau, si Axel gak ada chat atau apa pagi ini" Acha menopang dagu di atas meja menatap lurus ke arah Elisa yang merunduk pada ponsel dibawah meja.

"Kata Rafa sih, dia gak sarapan tadi pagi pasti bakal dateng. Tapi kok gak muncul-muncul ya"

Elisa sedikit mendongak ketika Acha dan Caramel sibuk bercerita tentang pacar mereka. Bukan apa sih, Elisa sedikit merasa ........ Iri, ada yang bisa mereka khawatirkan keadaannya. Sementara dia kan gak punya.

"PAGI LADIES"

Elisa menghela nafas pelan saat suara cowok itu terdengar dan menarik atensi beberapa murid yang sedang berada di kantin. Ditambah kehadiran 'beberapa' cowok lain yang mengekor dibelakangnya.

Huftt Elisa tak akan mendapatkan ketenangan

"Dya mana?" Tanya Devon mengambil tempat duduk di samping Axel yang duduk disamping Acha, diikuti Rafa yang duduk di samping Caramel serta Martin, Sam, Reno, Bobby, Kiki serta Bayu masing-masing mengelilingi Elisa, membuat cewek itu terlihat kecil diantara tubuh-tubuh bongsor dan tinggi itu.

"Beli makan tadi" Balas Caramel seraya mendelik pada Rafa yang mulai merapat padanya dan bersandar pada bahu gadis itu.

"Kalo gitu gue samperin ya" Devon dengan cepat menahan Martin yang akan bangkit menyusul Dya

"Kenapa jadi elo? Pacarnya kan gue. Udeh diem aja disini, gue yang nyusul" Gantian Devon yang bangkit meninggalkan Martin yang meniru-niru ucapan Devon dengan gaya lebay.

"Si Martin, niat amat cari masalah sama Devon"

Martin mendelik, melotot kecil pada Sam menyuruh diam meski tak ditanggapi cowok albino itu.

"Makanan datang" Dya berteriak kecil dengan membawa nampan diikuti Devon dibelakang serta beberapa pelayan kantin.

Elisa hanya mendesah, melihat para cowok-cowok itu yang sudah mulai rusuh memilih-milih makanan.

Padahal kan jumlah nya udah pas. Pake rebutan segala.

Reno menarik semangkok bakso  penuh uap mendekat ke arah Elisa, membuat cewek itu menaikkan alisnya bingung.

"Buat lo, makan gih" Balas Cowok itu tenang dan mulai memasukkan kecap serta sejenisnya kedalam bakso miliknya

Elisa mengangguk pelan, tanpa repot-repot mengucap terima kasih ikut menuangkan bumbu-bumbu tambahan baksonya.

"GA SINI"

Elisa hampir tersedak saat Martin tiba-tiba berteriak nyaring memanggil cowok berkacamata yang tiba-tiba lewat.

Pandangan Arga langsung tertuju pada Elisa yang juga menatapnya.

Cowok 185 cm itu mulai melangkah membuat Elisa semakin ketar-ketir. Entah kenapa, tapi perasaan Elisa tak enak saat menatap sorot tajam milik Arga itu. Seperti akan ada sesuatu yang akan terjadi.

"Mau makan apa Ga? Pesen aja, tapi bayar sendiri loh, gue cuma nawarin doang"

Kiki yang berada disamping Bayu langsung menabok cowok itu.

Elisa berdehem agak canggung saat Arga menarik tempat duduk dari belakang dan langsung duduk diantara Elisa dan Reno.

"Wihh ada angin apa nih Ga, biasanya lo duduk disamping gue, ini kok tumben deket Elisa" Ucap Martin membuat seluruh pengisi meja tersebut ikut menoleh menatap Arga dan Elisa menyelidik.

Elisa tetap diam, tak tau harus mengatakan apa.

Arga berdehem, membuat Elisa semakin was-was

"Emang kenapa? Gak boleh duduk disamping pacar sendiri"

Hening. Elisa Menghembuskan nafas lelah, mulai bersiap menerima segala macam umpatan.

"WHAT"

Bayu tiba-tiba terjengkang dari kursinya, dan langsung mendarat dengan tidak elit di lantai Kantin.






TBC

AREL✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang