Bab 19

28 5 0
                                    

Elisa membuka pelan pintu rumahnya, diluar sudah terparkir mobil papanya yang berarti sang papa sudah ada di rumah.


"NAH LO, INI DIA PAH TERSANGKANYA"

Elisa mengumpat dalam hati, suara besar Revan membuatnya terkejut

"Apaan sih lo" gadis itu mendorong tubuh bongsor Revan yang berdiri menghalanginya membuat sang Abang berengut kesal

"Udah lama nyampenya pah?" Elisa menyalin satu persatu tangan papa dan mamanya

"Udah daritadi lo aja yang malah sibuk sama pacar baru lo itu" Revan yang menjawab, cowok itu duduk santai di samping sang adik.

"Nyaut aja lo Bambang"

Arman hanya menggelengkan kepalanya, kedua anaknya itu tak pernah berubah.

"Gimana Sa sekolahnya?? Lancar??" Arman mengelus lembut rambut sang putri yang menyender manja di bahunya

"Lancar pah, Revan noh, bolos terus"

Revan melotot
"Enak aja lo, gue rajin kuliah tau" Belanya

"Udah ah, kalian ini masih aja kayak anak kecil" lerai Arman, jika tak segera ditegur kakak beradik itu akan adu bacot sampai besok.

"Oh iya, mama mana pah?" Elisa celingak-celinguk, menelisik seluruh rumah mencari keberadaan sang mama

"Di atas, katanya kecapean"

Gadis itu tersenyum sumringah, hal yang jarang terjadi. Ia segera bangkit dan buru-buru ke kamar sang Mama.

Revan yang sudah bisa menebak apa yang akan adiknya itu lakukan hanya mendengus, kali ini enggan ikut serta.

"Eh iya pah, si adek sekarang udah punya pacar loh" Revan duduk menegak, terlihat bersemangat bercerita pada papanya

"Oh ya?? Siapa??" Arman ikut bersemangat, sangat penasaran siapa gerangan yang bisa meluluhkan hati sang putri

"Ntar juga papa tau sendiri" Revan menampilkan senyum misterius membuat sang papa mengerutkan kening tak mengerti.

*

Hari ini adalah kepulangan Arga dari rumah sakit, Elisa menyempatkan datang untuk menjemputnya.

"Udah??" Elisa memastikan lagi, setelah sebelumnya mengajukan pertanyaan yang sama

"Udah, gue kan gak bawa banyak barang"

Elisa mengangguk, mereka berjalan beriringan meninggalkan rumah sakit.

"Hmmm Ga, gakpapa nih gue mampir ke rumah Lo??" Elisa terlihat gugup, ya siapa yang gugup coba, dia cewek dan Arga cowok, dan mereka cuma berdua saja di rumahnya.

"Gak masalah"

Hening lagi. Elisa mencoba menenangkan dirinya sendiri, mencoba berpikir positif dan menghilangkan pikiran-pikiran negatif dari kepalanya.

Arga tau gadis di sampingnya itu terlihat gelisah, namun hal tersebut malah membuatnya merasa terhibur, Jarang melihat wajah yang biasanya datar itu menampilkan gurat khawatir.

Sesampainya di rumah Arga, Elisa langsung membantu cowok itu berjalan. Meski Arga sudah sangat sehat, namun ia membiarkannya saja, itung-itung mencari kesempatan.

"Lo yakin tinggal sendirian di rumah Segede ini??" Elisa menatap takjup bangunan didepannya, rumah itu bahkan hampir sama besar dengan rumah orang tuanya.

"Udah, gak usah banyak tanya, masuk gak Lo??"

Begitu tersadar, Elisa sudah berada jauh di belakang Arga, entah sejak kapan ia sudah melepaskan tangannya dari Arga.

"Gimana caranya Lo dapet duit buat bayar listrik? Belum lagi air, atau Lo dapet duit darimana beli rumah Segede ini??" Elisa tak bisa menahan kekepoannya

"Warisan" Arga membuka kunci rumahnya dan Elisa makin terbelalak kaget saat melihat seisi rumah milik cowok itu.

"Oh my God , keren banget!! Tipe rumah gue banget nih, kayak rumahnya Yo Seung Ho di I am not a robot "

"Siapa tuh?"

"Ah?? Gue ngomongin drama Korea" Elisa meringis malu, dasar! Kalo otak udah penuh sama drama Korea ya gitu.

"CK, gue kalo ngeliat yang kayak gini, jiwa matre gue seketika menggelora tau gak"

Arga terkekeh pelan, Elisa banyak bicara hari ini.

Elisa masih terus bergumam takjub saat bersisian dengan Arga menuju ke ruang tamu, yang bahkan sangking luasnya mereka belum nyampe-nyampe.

Seperti yang diprediksikan saat melihat rumah ini dari luar pun orang-orang akan tau betapa mewahnya rumah itu. Warna cat nya dominan hitam dan abu-abu, sepanjang mata memandang terdapat lemari-lemari kaca yang berisi berbagai jenis robot-robot Avengers . Bahkan sampai mengelilingi ruang tamu.

"Lo suka Avengers??" Elisa tak bisa menyembunyikan rasa tertariknya

"Gak, gue aja baru tau nama robot itu Avengers " Arga mengedikkan bahunya acuh, seakan mengatakan hal biasa, tapi mampu membuat Elisa menganga terkejut.

"Terus ngapain Lo beli sampe segini banyak??" Tanya Gadis itu berapi-api

"Gabut aja, gue gak tau ngabisin duit buat apa"

Oke, tolong sadarkan Elisa sekarang karena ia jiwanya baru saja tersedot keluar.

"Gabut? G A B U T??"

Arga mengangguk kalem

"Eh btw mau minum apa??" Arga bangkit, hendak menuju dapur

"Gue ikut deh, serem juga sendirian disini" Elisa melirik ke sekeliling, seolah benar-benar sedang takut

"Terserah Lo sih"

Arga melangkah duluan, diikuti Elisa yang buru-buru merapat pada cowok itu.

"Beneran nih kulkas Lo kosong melompong gini"

Arga ikut menengok ke dalam kulkasnya

"Iya, gue gak pernah masak, seringnya order atau restoran langsung"

Elisa mencebikkan bibirnya, orang kaya.

"Cuma ada soda, gakpapa ya" Arga mengulurkan sekaleng Soda

"Iya, gakpapa"

Mereka kembali ke ruang tamu, pintu utama dibiarkan terbuka biar tidak menimbulkan fitnah kata Elisa.

"Serius Lo cuma tinggal sendirian??" Elisa meminum sedikit sodanya

"Kenapa?? Mau tinggal bareng gue??"

Gadis itu terbatuk, ia menepuk-nepuk dadanya agar kembali tenang

"Gila Lo"

Arga tersenyum manis, ia memutar-mutar kaleng soda ditangannya.

"Sa..." Panggilnya pelan

"Hm?"

"Apapun yang terjadi nanti, Lo hanya harus percaya sama gue. Apapun yang orang katakan cuma gue yang harus Lo percayai"

Elisa mengerutkan keningnya
"Emang kenapa?? Apa yang harus gue percayai dan gak boleh gue percayai??"

"Lo akan tau nanti"

Elisa sebenarnya ingin bertanya lebih lanjut, tapi sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat.

"Iya"










TBC

AREL✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang