bimbang

75 17 0
                                    

Hatiku kian dirundung rasa bingung.
Haruskah aku menerimamu.
Meski hati memaksa menolak
_sabrina_

Tring....tring....tringg...

Bel istirahat berbunyi, antusias semua anak yang ada di kelas semakin besar menuju kantin tidak dengan sabrina, ia lebih memilih mendekam di kelasnya dan memikirkan perkataan dito pagi tadi

'gua ga mau keinget terus sama reval dan gua juga ga mau si ketua osis itu nembak gua terus tapiiii gua juga ga mau pacaran terutama sama si dito, cowo kaya dia bukan tipe gua banget. Dito itu baik tapi dia keliatannya polos banget. Intinya dito itu bukan tipe gua.. Tapi...' lamunan panjang sabrina dengan menatap kebawah tepatnya di buku tulisnya itu, tiba tiba saja

'darrrrr'

ucap silvia dan selina mengagetkan sabrina.

" astagfirullah. Lu udah pada gila yah, kalo jantung gua copot gimana?" kesal bina menunjuk mereka berdua juga ekspresi muka memperlihatkan bahwa ia benar benar marah.

"Ahelah sorry kali. Lagian lu juga dari tadi ngelamun mulu kesambet tuyul baru tau rasa lu" tunjuk selina pada wanita yang tengah marah itu, bermaksud candaan.

"Ya kali tuyul masuk kebadan gua. Mana muat guakan tinggi terus berambut lah tuyul botak kecil lagi" ketus sabrina.

"Eh jangan salah lu. Namanya juga makhluk halus bisa aja masuk kemana yang dia mau" jawaban selina lagi.
Silvia hanya menggelengkan kepalanya melihat kedua sahabatnya itu beradu argumen.

" udah deh mending kita kantin yu.." akhirnya silvia merelai perdebatan dari kedua sahabatnya itu.

"Yuk" sahut selina.

"Kalian aja deh gua lagi gak mood" sahut sabrina sedih.

"Lu kenapa bin?" tanya silvia.

"Gua lagi bingung?" ujar sabrina yang sekarang memegangi pelipisnya itu.

"Bingung kenapa? Coba lu cerita sama kita" kata silvia sambil melihat selina yang bermaksud mengajaknya duduk di samping sabrina.
Akhirnya sabrina menceritakan semua yang ia alami beberapa hari kebelakangan ini...

   Silvia dan selina sangat terkejut dengan semua kejadian yang sahabatnya ceritakan itu

"serius lu? Lu di tembak ketua osis? Yang gantengnya ga terkalahkan itu?" tanya selina antusias, karena yaa... Siapa yang tidak mengetahui haris ketua osis yang gantengnya itu ga ada yang nandingin satu sekolah bahkan mungkin semua sekolah yang ada di bogor.

"Maksud lu? Ka haris?" tanya sabrina kebingungan.

"Ya ampun bin masa lu ga tau sih sejarahnya... Ka haris itu udah terkenal banget bahkan bukan cuma di sekolah kita aja tapi hampir di seluruh sekolah. Kepinterannya, ketampanannya, dan coolnya dia kalo main futsal, duhhh kalo gua jadi lu gua bisa koma kali ngedenger ka haris nembak gua"ucap selina yang panjang lebar plus lebayy.

" apaan sih. Gua ga suka sama ka haris" ketus sabrina.

"Eh tapi bin ya. Lu serius ketemu sama cowo yang pertama kalinya buat lu ngerasain jatuh cinta ?" tanya silvia serius.
Tiba tiba saja sabrina langsung menunduk lesuh ia menjawab hanya dengan gerakan tubuh yang menyatakan ia.

"Kalo gitu. Kan lu mau berusaha ngelupain tuh cowo siapa tadi namanya mmm reval, terus lu juga ga mau sama ka haris. Ya satu satunya pilihan lu harus jadian sama dito lah" ujar silvia yang nampak serius membuat sabrina dan selina tercengang, tapi ucapan sahabatnya tadi ada benarnya karena hanya dito satu satunya pria yang keliatannya itu polos ya emang polos beneran sih. Dan beruntungnya mereka bertiga untuk kali ini dito sedang tidak mengikuti sabrina karena dito sakit.
Sabrina membenarkan perkataan silvia tadi, tapi sabrina masih bingung apa dia harus menerima dito. Ia terlalu kasihan pada dito jika dito hanya dijadikannya pelampiasan dan alat saja.
'Apa harus gua terima dito?'batin sabrina

"aaaarrgggg. Tau ah gua bingung" teriak sabrina tiba tiba yang membuat semua orang yang ada di sekitar wanita itu gempar dan memperhatikan seseorang yang teriak tadi

"astagfirullah lu kenapa bin?" pertanyaan kedua sahabat sabrina bersamaan

"Gua gapapa. Bisa lu tinggalin gua sendiri" ujar sabrina dengan menyimpan telapak tangannya pada pelipisnya. Tanpa berkata kata lagi silvia dan selina keluar, membiarkan sabrina berfikir jernih dahulu karena mungkin ia tidak bisa fokus.

'Tring....tring...tring...'

Tanda masuk membuat sabrina membuyarkan fikirannya yang kini terfokus pada pelajaran.
Disetiap pa firman berbicara didepan, wanita itu berusaha untuk mencernanya namun sayang ia terlalu terbawa pada alam bawah sadarnya dan mengabaikan apa yang di jelaskan oleh pa firman. Hingga pada akhir pelajaranpun ketika pak firman menyudahi pembelajarannya sabrina tetap dalam khayalnya. Jika saja gufron dan elsa tidak membuatnya kaget sabrin mungkin sampai larut malam tetap disini

"1..2..3.. Woyyy" hitung gufron dan elsa menggunakan tangannya sebelah kiri(gufron) dan kanan(elsa) sesuai dengan posisi mereka dengan tangan sebelahnya menepuk bahu sabrina.

"Astagfirullah... Kalian yah apa apaan sih kurang kerjaan tau ga. Ngagetin orang terus" kesal sabrina yang kini mengahadap kebelakang tepat di depan mereka berdua.

"Abisnya lu sih ngelamun mulu. Orang udah pada pulang semua dari tadi lah lu... Ngejegrog aja sambil ngeliat papan tulis" ucap elsa memandang gufron dengan alis terangkat.

" ia tuh bener kata elsa" tunjuk gufron pada elsa sambil melanjutkan omongannya

"ati ati lu kebanyakan ngelamun jadi gila kaya gua nanti" canda gufron.

"Ngaku juga lu gila. Lagian kalian juga ngapain masih ada disini. Tumbenan amat"tanya sabrina menatap elsa dan gufron.

" mmm... Gua ama gufron lagi diskusi tentang kelompok buat besok" jawab elsa.

"Kelompok apaan? Ko gua ga tau?" bingung sabrina.bukan menjawab gufron malah memberikannya uang seribu rupiah entah untuk apa sabrinapun heran.

" buat apaan?" mata sabrina yang kini tertuju pada uang seribu rupiah tersebut.

"Buat lu beli korek kuping. Kayanya telinga lu udah ketutupin deh ama emasnya di dalem" gufron pura pura serius.

'Pletak'

"awww... Sakit neng..." jerit gufron kesakitan.

" makan tuh. Makanya jangan asal ceplos aja lu, telinga gua bersih yah. Assalamu'alaikum " pamit sabrina sekaligus salamnya dengan sedikit kesal. Disisi lain elsa hanya tersenyum geli.

"Kenapa lu?" tatap gufron pada elsa yang sedang berusaha menahan tawanya dengan senyuman.

"Gapapa. Lagian lu juga. Tau tangannya si bina tuh kejam" tawa elsa yang kini lepas.

"Yeuhhh dianya aja baperan. Udah ah yuk kita lanjutin lagi" decak gufron masih dengan menyentuh kepalanya yang terkena jitakan sabrina yang dahsyat itu.

memang sudah sering gufron di perlakukan seperti itu bahkan dari pertama mereka sekelaspun ,itu bukan karena tidak ada alasan justru memang gufron senang menjahili wanita ketus itu yakni sabrina.

Maaf baru bisa update setelah 2 hari ga update🙏
Tetep ditunggu ya votenya😁😊🙏

SABRINA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang