Zahra berdiri di depan rumah mewah, cat dinding warna putih mendominasi rumah berlantai dua ini. Ia berdiri mematung dan tersadar dari lamunan ketika Adiba menepuk bahunya pelan.
"Kak Zahra kenapa? "tanya Adiba.
"Nggak apa-apa"jawab Zahra.
Saat ini Zahra harus mengoptimalkan rasa gugupnya dan berusaha untuk bersikap biasa saja.
"Ayo Kak masuk ke dalam"ajak Adiba.
Zahra menghembuskan nafas pelan agar rasa gugupnya sedikit berkurang.
"Assalamualaikum "
"Waalaikumsalam"
Terlihat wanita paruh baya berjalan menghampiri mereka.
"Umi, kenalin ini kak Zahra"Adiba memperkenalkan Zahra pada Aisyah. Lantas Zahra pun mengulurkan tangan dan mencium punggung tangan Aisyah.
"Kamu cantik sekali nak Zahra"ucap Aisyah.
Zahra tersipu malu, dibuatnya.
"Ma-makasih tante"jawab Zahra.
"Nak Zahra udah makan? "tanya Aisyah.
"Udah tante"jawab Zahra.
"Kalau gitu tante ambil cemilan dulu. Adiba ajak kak Zahranya duduk dulu"ucap Aisyah.
"Iya Mi"jawab Adiba.
"Yuk Kak"ajak Adiba.
Ali yang sedari tadi diam, hanya menyimak saja dan tidak mengikuti dua gadis itu duduk di sofa ruang tamu. Ia lebih memilih menyusul Aisyah di dapur.
"Loh, kok Abang ke dapur, temenin Adik kamu sama nak Zahra sana"ucap Aisyah lembut.
"Nggak deh Mi, Ali bantuin Umi aja ya"jawab Ali.
"Nggak ada yang perlu di bantu, bang. Ini cuma motong brownies doang"
"Biar Ali aja yang motong, Mi"
"Nggak usah bang, ini udah selesai"
"Yah Umi"
Aisyah menahan tawa"Kenapa sih bang? "
Ali mengerutkan kening"Kenapa apanya Mi? "
"Karena ada nak Zahra kan? "
"Nggak kok Mi. Ali biasa aja"
Lagi-lagi Aisyah menahan tawa"Beneran? "
"Iya Mi..."
Ali tahu, Aisyah mencoba menggoda dirinya. Ia memang menjawab jujur, bersikap biasa saja walaupun ada Zahra.
"Menurut Abang, nak Zahra cantik nggak? "tanya Aisyah sambil menuangkan minuman di gelas.
Spontan Ali menjawab"Ya cantik Mi"
"Tuh kan"
"Maksudnya, ya cantik kan perempuan. Umi juga cantik"
Aisyah menggelengkan kepala"Kamu ini, kalau tentang perempuan selalu aja tertutup. Tapi Umi mengerti alasanya. Ya udah, Umi mau ke ruang tamu dulu"
"Iya Mi"
Ya, Ali memang tertutup terhadap perempuan. Tertutup, bukan berarti ia tidak membuka hati untuk wanita. Seperti di kampus, Ali tidak ingin memberi harapan lebih pada wanita yang mencintainya, tetapi ia tetap menghargai rasa cinta itu. Hanya saja, Ali memilih wanita yang tepat untuk di cintai, menyerahkan perihal jodoh hanya kepada Allah dan sembari berusaha memperbaiki diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu Dalam Diam [SUDAH TERBIT]✓
ДуховныеPART MASIH LENGKAP! MAU MILIKI DALAM VERSI NOVEL? Pastinya versi NOVEL lebih panjang dan ada tambahan beberapa part panjang dan dijamin lebih BAPER!. Masih penasaran? Info pemesanan NOVEL bisa cek di bio🤗 🏆RANK 2020 1#allah 1#imam 1#hijrah 4#dok...