Diruangan serba putih terlihatlah seorang lelaki mamakai jas kebangganya. Ya, dia adalah Ali. Lelaki itu nampak serius membaca kertas putih yang tertuliskan penyakit serius salah satu pasienya.
Tok...tok... tok...
"Masuk"ucap Ali.
Masuklah seorang wanita berpakaian serba putih menghampiri Ali.
"Maaf dok mengganggu, saya mau menyampaikan bahwa dokter Andika tidak bisa hadir dan sebentar lagi ada jadwal operasi, beliau mengatakan apa dokter bisa menggantikanya? "tanya Suster.
"Baiklah, saya yang akan menggantiknya"jawab Ali.
"Baik dok, saya permisi"ucap Suster lalu meninggalkan ruangan.
Ali beranjak dari kursi goyangnya kemudian pergi memasuki ruangan operasi. Ali memakai masker dan juga mangenakan pakaian operasi berwarna hijau. Ia membaca doa terlebih dahulu, beberapa menit kemudian operasi dimulai.
Lampu menyala, satu persatu suster memberikan alat medis kepada Ali. Ia nampak serius dan berusaha semaksimal mungkin untuk menyembuhkan pasien yang terbaring lemah.
Tiga jam berlalu Ali masih saja berada di dalam ruangan operasi. Keringat bercucuran dikeningnya, ia masih berjuang keras untuk mempertahankan satu nyawa dihadapanya.
Hingga akhirnya Ali melepas sarung tangan putihnya yang sudah berumuran darah dan bernafas lega karena berhasil menyelamatkan pasien. Ali mengulurkan tangan membuka pintu, terdengar suara lampu hijau menyala tanda operasi telah selesai. Ali melepas masker untuk menjelaskan kepada keluarga pasien.
"Bagaimana kondisi anak saya, dok?"tanya wanita paruh baya, air matanya sudah mengalir deras dipipinya.
Ali memberikan senyuman"Tenang bu, alhamdulillah operasi berjalan lancar, anak ibu selamat"jelas Ali.
"Alhamdulillah, makasih dok"ucapnya seraya mengusap kedua tanganya ke wajah.
"Sama-sama. Kalau gitu saya permisi"ucap Ali.
Ali merasa senang bisa mengembalikan tangis keluarga pasien menjadi tangis bahagia. Meskipun begitu ia tidak menyombongkan diri atas profersinya sebagai Dokter. Dirinya bisa seperti sekarang karena Allah telah mengabulkan doanya.
Ali kembali ke ruanganya lalu
memejamkan mata sebentar, merasakan badanya yang sedikit lelah. Setelah melaksanakan operasi tidak ada lagi jadwal pasien. Merasa lelahnya cukup hilang Ali mengambil tas medisnya kemudian segera pergi.Sedang berjalan keluar pun tatapan terpesona langsung mengarah kepadanya. Beberapa perawat menatap Ali tanpa berkedip. Sedangkan Ali sudah biasa melihat itu, bukanya sombong atas rupanya, hanya saja Ali berusaha menjaga pandangan dan tentunya ada hati yang harus dijaga. Ya, Jodohnya kelak.
Siapapun wanita yang akan mendampinginya, Ali akan menerima semua kekurangan dan kelebihanya, termasuk masa lalu yang biarlah berlalu dan kelak akan berganti menjadi masa bersama dalam rumah tangga.
Menurutnya, rupa yang tampan adalah bonus sang pencipta berikan. Ali bersyukur atas nikmat-nikmat yang diberikan. Dan satu lagi, tampan saja tidak cukup untuk membawa istrinya menuju surga. Maka dari itu, sampai sekarang ia sedang berusaha memperbaiki diri dan memperdalam ilmu agama.
Ali mematikan mesin mobilnya ketika sampai dirumahnya. Ya, ia sudah memiliki rumah sendiri dari penghasilan menjadi Dokter. Setelah menyelesaikan kuliah Ali langsung bekerja dirumah sakit yang jauh dari rumah orang tuanya. Sering sekali Ali tidak pulang ke rumah orang tuanya kerena jadwal yang terlalu padat.
"Assalamualaikum"salam Ali seraya mesuk.
"Waalaikumsalam Den"jawab asisten rumah tangga bernama mbok Ijah. Ali mempekerjakan mbok Ijah bekerja sampai sore saja, setelah itu Ali mempersilahkan kembali ke rumahnya yang berada tidak jauh dari depan komplek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu Dalam Diam [SUDAH TERBIT]✓
SpiritualPART MASIH LENGKAP! MAU MILIKI DALAM VERSI NOVEL? Pastinya versi NOVEL lebih panjang dan ada tambahan beberapa part panjang dan dijamin lebih BAPER!. Masih penasaran? Info pemesanan NOVEL bisa cek di bio🤗 🏆RANK 2020 1#allah 1#imam 1#hijrah 4#dok...