"Setiap perbuatan baik merupakan sedekah"
(HR.Bukhari Muslim)______________________
Hari ini tepat seminggu Rukhsa pulang dari rumah sakit, selama dua hari dia dirawat disana,umi dan Mika lah yang setia menemaninya, sedangkan Abah dan Fahri memang sering datang tapi hanya sebentar bahkan hanya sekejab menanyakan kondisi lalu pergi lagi.
Abah sedang ada sedikit masalah dipabrik sehingga membuatnya lebih sering berada dipabrik belakangan ini. Abah memang mempunyai sebuah pabrik tekstil yang yang dia dirikan sejak menikah dengan umi dulu. Awalnya hanya sebuah bangunan sederhana yang dia jadikan tempat, tapi karena kegigihan dan usaha yang dilakukan, alhamdulillah sekarang sudah ada sekitar tiga cabang pabrik tekstil milik Abah.
Ferdi mengira putra sulungnya dapat meneruskan bisnisnya, tapi putranya itu malah mengambil jurusan hukum saat kuliah yang membuat Fahri jarang berada dipabrik bahkan dapat dihitung kapan Fahri datang kepabrik untuk mengurusnya. Alhasil Abah harus mencari orang kepercayaan untuk membantu karena Abah juga harus mengurus pesantrennya yang lumayan jauh dari kediaman.
"Boleh Rukhsa buka praktek hari ini umi?"tanya Rukhsa saat mengupas kulit apel.
"Masih merah gitu mukanya,"jawab Hana memandang Rukhsa intes.
"Tapi udah nggak sakit kok umi!"rengeknya membuat umi geram.
Karena merasa bahwa putrinya itu bosan akhirnya Hana mengiyakan.
"Terimakasih umi,"jawab Rukhsa memeluk uminya.
***
Saat Rukhsa baru turun dari taksi online yang dia pesan tadi, dia melupakan satu hal. Tinta print ditempatnya habis dan dia harus membuat sebuah data untuk keluhan seorang anak remaja tempo hari.
Dengan memakai gamis dusti blue dan dibalut lagi dengan outer abu-abu untuk menghindari udara dingin, Rukhsa terlihat sangat aneh padahal cuaca hari ini sangat panas tapi lihatlah penampilannya, belum lagi pasmina yang lumayan besar ditambah kaus kaki semakin membuat dia menjadi bahan perhatian, panas-panas begini masih sanggup memakai baju seperti goni, sangat brsar.
Sebenarnya dia tidak pernah menghiraukan orang lain yang mengomentarinya ini itu, hanya saja kali ini semua orang seperti mengintimidasinya ditambah lagi dia hanya seorang diri.Hingga tampa sengaja dia menabrak punggung seseorang saat disebuah tempat fotokopian, yang membuat semua barang yang dia pegang ikut terjatuh.
"Maaf!"ucapnya seraya memumut barang yang tergeletak dilantai.
"Tidak apa, saya tidak tau jika ada orang dibelakang,"jawab seorang pria yang dia tabrak dengan santai lalu membantu Rukhsa.
"Tidak,anda tidak salah. Saya yang teledor tidak melihat depan tadi,"ucap Rukhsa meletakkan barang diatas meja kasir.
Loh dia!bisa kebetulan gini batin pria itu yang langsung tersenyum.
Setelah selesai membayar,"Sekali lagi maaf pak,saya benar-benar tidak sengaja!"Rukhsa membungkukkan badan saat hendak keluar.
"Tunggu!"cegah pria itu di depan pintu masuk.
"Iya!"jawab Rukhsa sedikit takut.
"Bisa ngobrol sebentar, Katanya mau minta maaf, kan!"ucap pria itu.
"Baiklah, tapi didepan saja."
Ungtunglah diluar tempat ini tersedia bangku panjang yang ramai, mungkin tempat menunggu.
"Vando,"suara Vando pelan dan mengulurkan tangan.
"Rukhsa,"jawabnya singkat sambil menunduk dan menangkupkan tangan,
Dengan segala rasa malu karena memang tempat ini ramai,Vando menarik kembali uluran tangannya.
Makin penasaran gue!
"Senang bisa berkenalan dengan kamu,"ujar Vando sambil menyilangkan kakinya.
"Sama-sama Pak,"lagi dan lagi Vando tidak melihat sorot mata gadis didepannya ini.
Pak? Memang udah pantes dipanggil Bapak gue?
Tak terasa mereka larut dalam obrolan santai namun berkesan bagi Vando, bagaimana tidak gadis didepannya ini adalah gadis yang akan dia jadikan target dan telah dia beberkan dengan para sahabatnya waktu itu.
Sepertinya Vando belum mengetahui jika ini gadis permainan Radit juga.
***
Tok tok tok
Suara ketukan pintu mengalihkan pandangan Radit dari layar komputer.
"Pak! Permisi,"sapa perempuan berambut shaggy panjang saat muncul dari balik pintu.
Alih-alih menjawab, Radit kembali fokus pada layar 15 inci dihadapannya.
"Pak, diluar ada pak Fahri ingin bertemu bapak."
"Kenapa tidak suruh masuk,"jawabnya datar masih dengan tanpa ekspresi.
"Iya baik pak."
Tak berselang lama sosok yang dimaksud tadi sudah duduk menyilangkan kaki dihadapan Radit.
"Sibuk?"tanya Fahri mulai meneliti berbagai map didepannya.
"Bentar!"Radit men-save data dan memindahkan kemesin printer.
"Hmm, apa?"tanya Radit saat mengambil kertas yang keluar dari mesin print.
"Gue mau minta tolong sama lo,"terang Fahri yang masih mengikuti arah pergerakan Radit.
Setelah memasukkan beberapa laporan kedalam map, Radit ikut duduk disamping Fahri.
"Enggak salah denger! Bantu apa? Jadi saksi dipersidangan seseorang?"
"Enggak lah,lagi nggak ada laporan masalah gue."
Radit mengangguk paham,"so?"
"Temenin gue kepesantren Abah, mau?"
Radit mengerutkan dahinya bingung,"Mau ngapain?"
"Urusan hati, gue mau ketemu Rahma,"jelas Fahri.
"Rahma? Adek lo?"
"Bukan, Adek gue dirumah."
Sesaat kemudian akhirnya Radit paham siapa apa yang dimaksud sahabatnya yang tengah galau ini,"Mau nikah lo?"
"Insyaallah, kita udah hampir kepada tiga man tapi masih belum jelas soal pasangan."
"Mau enggak?"tanyanya lagi karena melihat Radit malah merapikan beberapa map dihadannya.
"Oke, kapan berangkat?"
"Sekarang!"
Radit pun langsung bangkit dengan membawa beberapa map tadi yang akan diberikan kepada Lisi.
Fahri juga mengekori Radit dari belakang, karena jika dia bertele-tele bukanya mau Radit justru akan menolak mentah-mentah, paham dengan watak Radit.
Menyingkat waktu, Fahri lebih dulu menuju parkiran._______________________
Enjoy reading 🥰
Peluk jauh 🤗
Putri.
Revisi ulang 10/02/2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Air Mata Surga ✔
General Fiction[Selesai] Bagi seorang Raditya Anugerah yang terlahir dengan harta berlimpah, mendapatkan apa yang dia inginkan bukanlah perkara rumit. Kehidupan Hedonisnya membuat semua hal yang dilarang agama menjadi kebiasaan yang rutin dilakukan. Dosa! Bukan se...