23.Penghianatan dan sahabat

5.1K 272 0
                                    

"Bukan ukuran kekuatan seseorang itu dengan bergulat,tetapi yang kuat ialah orang yang menahan hawa nafsunya pada waktu marah"
(Muttafaqun 'Alaih)

______________________

"Untuk urusan seperti ini saja kamu tidak becus!"kata Radit ketus pada Lisi diruanganya, karena gadis itu salah membuat laporan,bahkan hanya salah satu baris tapi lihatlah seakan sangat fatal.

"Maaf pak,saya perbaiki ya bab itu sekarang."

"Bab ini?perbaiki semua dari awal sampai akhir!"

"Astagfirullah pak,tapi hanya salah satu kalimat."

Radit membanting makalah itu dengan keras dihadapan Lisi.Sekretarisnya sampai terlonjak kaget,berulang dia beristigfar.Makalah setebal yang itu yang baru siap beberapa menit lalu harus dia buat ulang karena salah hanya satu kalimat.

Lisi menatap takut Radit saat mengambil makalah,dia tidak ingin hari ini hari terakhir bekerja di perusahaan ini.

Lisi melangkahkan kaki meninggalkan ruangan bergaris merah ini karena saking bahayanya.

"Tunggu!"langkahnya terhenti tiba-tiba,dia menelan ludahnya kasar dan takut,bahkan ac diruangan ini seakan tidak berfungsi lagi.

Dengan ragu ditatapnya kembali bosnya,masih tetap menunduk dia memberanikan bertanya.
"I-iya pak?"

"Kenapa kamu ceritakan pada Meta tentang Rukhsa!"lagi lagi Lisi memejamkan mata.
Yaallah bahkan ini lebih mengerikan dari sidang skipsi!

"Kenapa?"
Lagi lagi Lisi tersentak kaget.

"Saya,,saya tidak ber-,"

Dret drett

Terimakasih yaallah

Lisi mengusap wajahnya syukur saat mendengar suara handphone Radit,dengan cepat dia segera keluar ruangan tidak perduli Radit masih tetap memandang sangar padanya.

"Sudah berapa kali saya bilang konsep ini tidak cocok!"sayup-sayup Lisi mendengar amarah bosnya itu diluar ruangan.
Tadi setelah mengangkat telfon,Radit langsung keluar dari ruangannya,kemana dia pergi Lisi juga tidak tahu.
Bahkan hanya sekedar menatap mata elang itu Lisi tidak berani.

Mungkin semua karyawan bertanya-tanya ada apa dengan bos mereka ini?sudah tidak ada lagi Radit seperti beberapa minggu lalu,tidak ada lagi tatapan teduh dan ramah,bahkan sifat Radit kali ini lebih buruk dari sebelumnya.
Mereka bisa apa selain menerima,bahkan seorang cleaning service yang tidak sengaja membuat minuman yang salah langsung dipecat,kemarin.

Lisi berusaha tidak perduli saat bosnya melewati dirinya untuk masuk keruanganya.
Tak terasa hari semakin sore,cahaya matahari perlahan mulai redup,tapi aktivitas diperusahaan ini tidak kunjung berakhir,beberapa karyawan ingin pulang lebih dulu tapi tidak jadi,mereka tidak mau menjadi sasaran Radit selanjutnya.

Pintu ruangan bahaya itu terbuka,buru-buru Lisi kembali berkutik dengan laptop dihadapanya.Indra penciumannya seperti mencium aroma yang sudah khas.

"Kenapa para karyawan tidak kamu suruh pulang,ini sudah sore."

"I-iya anu itu saya tidak berani."

"Jangan sampai mereka merasa kerja pada masa Voc.Pulanglah ajak yang lain juga."

"Huffff."Lisi mengucapkan beribu syukur,walaupun sedang emosi bosnya tetap konsisten.

***

Berulang kali Lisi mengibaskan tangan kewajah untuk menghindari asap nikotin yang sejak tadi menyusup mamasuki indra penciumannya.
Dia merutuki dirinya terus-terusan,bagaimana tidak,entah keberanian dari mana gadis ini malah ingin menemani sang bos berkumpul dengan para sahabatnya,dengan dalih takut sifat bosnya ini melukai orang lain apalagi tadi yang menjemput Radit Aska teman seandalan brengseknya.

Dia memperhatikan cafe ini terus,padahal sudah hampir magrib tapi pengunjung tidak ada redanya malah semakin ramai apa mereka tidak sholat?
Jika dirinya sih sedang datang bulan jadi bebas.

"Hay Lis."sapa Reno yang baru duduk dikursi depannya.

Lisi hanya tersenyum ramah.

"Gila lo Dit,hampir satu jam ada disini eksperi lo stay kayak gitu."timpal Bima disamping Lisi.

Radit hanya terkekeh pelan.
"Kenapa?masih galau?kan udah gue bilang jangan terlalu serius,kejebak perangkap sendiri itu nggak enak."seloroh Vando membuang asap dari mulutnya.

Sedangkan ketiga pria lainnya menatap tidak suka pada Vando.

"Jangan terlalu kegabah Dit,sebelum janur kuning melengkung masih ada kesempatan kan!"Aska menepuk pundak Radit.

"Acara pernikahan Fahri diundur,kemaren waktu lamaran,uminya bilang setelah adiknya dulu karena adiknya paling berapa minggu lagi."ujar Bima mencairkan suasana.

Vando hanya tersenyum biasa karena dia tidak tertarik sama sekali.

"Kasih aja kegue sekali lagi Dit,gue udah nggak sabar."
Kata Vando santai membuang puntung rokoknya.

Sontak Lisi yang sejak tadi bungkam ikut bersuara,"mas Vando sudah,pak Radit sedang berusaha berdamai dengan masa lalunya tapi anda seakan mempersulit!"

"Lisi bener Van,cukup!"kali ini Bima juga ikut emosi.

"Walaupun gue nggak bisa dapetin Rukhsa,tapi jangan harap gue bakal diem kalo lo berani menyentuh dia bahkan seujung kuku sekalipun!"tegas Radit yang sudah geram.

"Karena lo duluan yang mau cicipin dia?iya?"

"VANDO!"ketiga pria tampan itu kehabisan kesabaran.

Radit dan Lisi langsung meninggalkan tempat itu tanpa pamit dahulu,dari pada Radit naik pitam,enyah dari situ yang terbaik.

"Cukup Van cukup lo ikut campur urusan Radit.Kalo dia sampek bikin lo kenapa-napa itu memang yang pantes lo dapet dan kita nggak bisa bilang apa-apa!"tegas Aska lalu pergi dari situ yang diikuti Reno dan Bima.

______________________

Tbc...

Air Mata Surga ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang