17.Keputusan

4.7K 263 0
                                    


"Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik,dan laki-laki yang tidak baik untuk wanita yang tidak baik pula.Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik"
(Qs.An-Nur:26)


______________________


Hari ini Radit dan Fahri memutuskan untuk kembali kekediaman masing-masing dan menjalankan rutinitas mereka. Tak terasa sudah lima hari lamanya mereka berada dipesantren.
Tanpa sepengetahuan Fahri ternyata Radit sering belajar tentang ilmu agama disini bersama ustadz Malik dan beberap santri putra lainnya, tentunya umur para santri disini lebih muda darinya, awalnya Radit merasa minder,tensin tapi setelah difikir lagi,buat apa?toh mereka juga tidak mempermasalahkan.

Memang belum ada apa-apa dibandingkan yang lain, tapi Radit sedikit senang dengan ilmu yang sudah dia miliki sekarang. Radit bertekad setibanya disana nanti dia akan menemui Rukhsa meminta mengajarinya lagi dan melanjutkan misinya, mendapatkan dia.

Fahri benar, ia terlalu serius untuk permainannya kali ini sampai tidak sadar sudah terjerat didalamnya.
Tapi mau bagaimana lagi, seumur hidup belum pernah ia merasakan getaran hebat hanya karena memandang manik mata gadis berjilbab itu. Walaupun dulu ia mengklaim Rukhsa seperti wanita kuno yang ketinggalan zaman, sekarang dia malah jadi cinta mati seperti ini.
Tidak perduli pendapat para sahabatnya akan menertawakan dirinya jika tahu kebenaran ini semua.

Ini resiko yang harus lo hadapi, Radit!

Tidak perduli harga dirinya akan diremehkan karena termakan omongannya sendiri tentang menjalin ikatan serius dengan seorang wanita, apalagi wanita  seperti Rukhsa sama sekali tidak pernah terbesit difikiran Radit akan tersangkut pada wanita berjilbab sepertinya.

"Salam buat Abah sama Umi ya a'."suara Rahma ditengah perjalanan menuju parkiran pesantren yang ditemani Mina.

"Salam apa?"tanya Fahri menggoda dan melirik gadis yang sejak tadi tetap menunduk.

"Salam dari calon mantu."celetuk Mina disebelah Rahma, tak ayal langsung mendapatkan tatapan horor dari Rahma.

"Boleh."jawab Fahri santai masih berjalan.

Setibanya ditempat parkiran dan saat Radit hendak membuka pintu mobil aktivitasnya terhenti.
"A' Radit,ini."kata Mina sambil menyodorkan kotak bekal pada Radit.

Radit menaikan alisnya sebelah karena bingung,"apa?"

"Buat bekal dijalan."

"Ehm,"dehaman Fahri akhirnya membuat Radit menyambar bekal yang disodorkan untuknya.

"Terimakasih."lalu masuk kedalam mobil.

Sementara disebrangnya Rahma sudah melirik tajam Mina, karena tidak menyangka Mina akan seberani ini pada teman Fahri.

"Insyaallah seminggu lagi saya dan keluarga akan datang kesini untuk menghitbah kamu."ucap Fahri setelah masuk mobil dan hendak menutup kaca.

"Assalamualaikum."

Lalu Fahri menjalankan city car putihnya membelah jalanan yang agak macet pagi ini.

Rahma dan Mina hanya memandangi mobil putih itu sampai benar-benar sudah tidak terlihat lagi.
"Mina apa-apaan sih?"tanya Rahma sedikit sewot saat berjalan masuk asrama.

"Apa? cuma kasih bekal sama a' Radit."jawabnya santai lalu melanjutkan perjalanan.

Dalam hati Rahma berdumal sebal, tidak seharusnya dia gamblang seperti itu jika dia menyukai Radit, selain dapat mengganggu juga dapat menimbulkan fitnah.

Rahma mengeram kesal lalu menyusul Mina yang berjalan lebih dulu.

***

"Selamat pagi Pak."sapa perempuan berambut shaggy itu dengan sedikit menunduk saat mengetahui sang bos yang baru datang.

Sementara sang bos hanya menyunggingkan senyum kecil.

Setelah duduk dikursi kebanggaan, Radit melirik pintu kembali seperti ada yang membuka.

"Maaf Pak bekal anda tertinggal."ucapnya lalu berjalan mendekati Radit.

Radit menautkan alis,"dari siapa?"tanyanya bingung.

"Saya tidak tahu, tadi Pak satpam yang mengantar dari pak Fahri katanya."jelas Lisi dan hendak meletakkan diatas meja.

Seketika Radit langsung paham dari siapa bekal itu, itu bekal yang diberikan Mina tadi pagi saat hendak pulang.
Radit sempat tersenyum smirk mengingat gadis itu, jika dirinya tidak salah tangkap sepertinya Mina tertarik padanya.

"Buat kamu saja!"ujar Radit lalu membuka laptopnya.

"Hah!"Lisi tersentak kaget bahkan dia menggantungkan tangan diudara.

"Buat saya?"Lisi menunjuk dirinya sendiri, sebenarnya dia ingin bertanya mengapa bosnya malah memberikan bekalnya pada dia tapi melihat respon Radit yang tidak suka, Lisi meletakkan kotak tersebut disofa dan berdiri disamping Radit.

"Pak saya ingin melaporkan hasil rapat dan dokumen Bapak tempo hari."

"Hm."

"Jadi begini,"Lisi menahan napas seraya memejamkan mata,"pihak Arkana Vila meminta melanjutkan kerjasama dengan Anugrah Company, tidak perduli Bapak telah menolak kerjasama mereka tentang proyek pembangunan mall, mereka mengajukan kerjasama pembangunan rumah sakit dan panti.Tapi,,"Lisi menggantungkan ucapannya sambil menautkan jarinya,"Bu Seyla yang akan menangani ini, dia rela keluar dari dunia modeling hanya untuk ini Pak."

Radit masih tetap memperhatikan Lisi intens dengan sedikit bergeser kesamping.

"Tentang musholla kemarin kamu sudah transfer?"tanya Radit dengan gerakan seperti mencari sesuatu.

"Sudah Pak, dan kemungkinan ada pihak lain juga yang membantu Arkana Vila."jelas Lisi lagi.

"Handphone Bapak ada didalam laci itu pak,"kata Lisi sembari menunjuk laci dihadapan Radit, karena sepertinya bosnya sedang mencari sesuatu.

Radit melirik Lisi sebentar lalu membuka laci dan mengambil benda pipih hitamnya itu lalu menghidupkan.

"Siang ini apa jadwal saya?"

Lisi berjalan kearah depan Radit lalu menggeleng .
"Atur jadwal pertemuan saya dengan Arkana Vila siang ini, kamu juga ikut."

"Baik pak."setelahnya Lisi keluar ruangan tidak lupa membawa bekal tadi.

Siang harinya, seperti jadwal hari ini Radit dan Lisi makan siang direstoran yang sudah ditetapkan tadi guna menjelaskan prihal kerjasama yang lagi-lagi selalu diajukan.

Ketika Lisi sedang sibuk mencari supir yang biasa mengantar Radit, seketika tangannya ditarik sang bos untuk langsung masuk kedalam mobil.

Lisi sudah duduk dikursi belakang, tapi ketika bosnya baru duduk Radit lansung membentaknya untuk duduk disampingnya 'kamu fikir saya supir kamu' katanya tadi.

"Tidak apa Bapak yang menyetir, biar saya saja pak atau saya panggil supir biasa."

"Cepat pakai seal belt kamu."alih-alih menjawab Radit justru kembali membentak.

Walaupun masih bingung Lisi tetap menuruti, sudah dua kali dia dibentak bosnya hanya dalam waktu kurang dari satu jam, bisa saja yang ketiga kali dia diterkam karena terlalu cerewet.
Membenarkan posisi duduk dan mengecek keperluan lainnya yang sudah ada dipangkuannya, tentunya dalam keadaan diam.


-------------------------------

Air Mata Surga ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang