𝟎𝟏 : 𝐬𝐭𝐚𝐫𝐭

877 89 1
                                    

Gadis itu mengibaskan surai hitam panjangnya sekali lagi, docmart putihnya menciptkan suara langkah yang konstan ketika benda itu mencapai lantai, sang mpunya pun tidak dapat menghindari tatapan kagum yang ditujukan pada dirinya, yang datang dari berbagai arah

Hingga kini langkahnya terhenti pada seorang manusia, yang berdiri dihadapannya, dengan tatapan lurus kearah netranya, sembari menyunggingkan senyuman terbaik miliknya

“Kau tampak cantik, seperti biasa.”

Dasar buaya

“Thanks, aku mendengarnya sepanjang 18 tahun hidupku.”

Gadis itu melewati begitu saja laki-laki buaya yang menghalangi jalannya, ia terlalu malas untuk sekedar membalas sapaan darinya, pasalnya bukan hanya dirinya saja yang mendapatkan pujian, melainkan semua gadis popular disekolah mendapatkan hal serupa

Ketika gadis itu memilih untuk berhenti di area taman sekolah, ia menyilangkan tangannya didada, mendapati seorang laki-laki duduk disalah satu bangku taman dengan sebuah buku ditangan kanannya, laki-laki itu membetulkan posisi kacamatanya kemudian, Oh, manusia culun.

Namun ada sesuatu yang membuat gadis itu tidak mau melepaskan pandangannya pada laki-laki yang sibuk menghighlight bukunya itu, tidak ada yang spesial kecuali kakinya yang panjang dan tubuhnya yang proposional, namun netranya tetap enggan untuk beralih

Dahinya makin berkerut tajam, ketika kini laki-laki itu mengeluarkan buku lain, mencoba menyalin sesuatu disana, netranya sibuk melakukan transisi antara buku satu dengan bukunya yang lain

bahkan ketika kini para siswa telah bergerombol dilapangan, meneriaki sesuatu yang berada diambang atap, laki-laki itu tetap pada aktivitasnya, tidak beranjak barang satu senti.

Hingga sesuatu diatas gedung tertinggi disekolah itu yang ternyata adalah salah satu siswa, terjatuh dari atas sana, membuat para siswa yang bergerombol dilapangan dilanda kepanikan, gadis itu memekik, menutup bibirnya sendiri, membuat beberapa langkah mundur, hingga laki-laki itu menyadari keberadaannya

“Hwang Jina!”

Laki-laki itu memposisikan tubuhnya untuk menghalangi pandangan Jina menuju ke lapangan, sedangkan kini napasnya ikut tak karuan, dadanya naik turun, ia menggenggam bahu Jina dengan kedua tangannya

Jina mendongak, menatap laki-laki yang jauh lebih tinggi darinya dengan netra yang mengabur, ia dapat melihat netra laki-laki itu dibalik kacamatanya juga terkejut sesaat sebelum kini netra keduanya beradu

“Kamu tidak lihat apapun, kamu tidak lihat apapun..”

[2] ANATHEMA : The Bad Luck [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang