𝟏𝟎 : 𝐚𝐩𝐨𝐥𝐨𝐠𝐢𝐳𝐞

174 54 0
                                    

Laki-laki dengan kemeja hitam itu masih sibuk, berkutat dengan lembaran-lembaran kertas laporan diatas meja serta menyalin tulisan-tulisan disana pada komputer dihadapannya ternyata cukup sering membuatnya menyeka mata

Ia kemudian meregangkan ototnya yang terasa kaku, sudah pukul delapan malam, harusnya ia sudah kembali kerumahnya sekarang, tapi ia malah meneruskan pekerjaannya karena ia pun merasa janggal atas kasus yang ia tangani

Dengan tubuhnya yang kini terasa begitu lunglai, Seongwoo berjalan menuju keluar kantornya untuk sekedar membeli minuman di vending machine, namun netranya kini menemukan sesuatu yang janggal, seorang gadis dengan coat cokelat yang tampak mewah dengan aksen lace tengah duduk di bangku koridor sembari membawa sebuah paper bag berwarna hitam


"Hwang Jina?"

Gadis sang pemilik nama itu bangkit menemukan Seongwoo berjalan kearahnya, ia merapikan surainya yang bahkan tidak berantakan "Oh, kau disini?"

"Sedang apa kau disini? Kau tau ini musim dingin kenapa pakai rok pendek?"

Hwang Jina mencebik "Tck! Kau ini banyak bicara!" gadis itu kemudian menyerahkan paper bag hitam itu begitu saja pada Seongwoo yang kemudian diterima oleh laki-laki itu

Seongwoo mengamati sejenak benda apa yang ada didalam paper bag itu dan menemukan sebuah box jam tangan dari salah satu merk terkenal, laki-laki itu menatap Jina terkejut, mengharap penjelasan dari gadis itu

"Permintaan maaf, atas perbuatanku tempo hari." Ujar gadis itu tanpa sedikitpun netranya menatap Seongwoo

"Woah, kini aku punya kesempatan?"

Kebahagiaan Seongwoo seakan tidak berlangsung lama ketika kini Jina meninju lengan laki-laki itu dengan keras hingga sang pemilik menengadah kesakitan

"Sebaiknya kau traktir aku minum."

"Kau mau makan sesuatu?"

*

"Makan pelan-pelan, aku bahkan tidak mau mencuri makananmu."

Kini Seongwoo menatap Jina seakan gadis itu belum memakan apapun selama satu bulan, ia memakan odengnya dengan begitu lahap, hingga membuat Seongwoo menyadari satu hal lagi dari seorang Hwang Jina, gadis itu bukan gadis sombong seperti yang kebanyakan orang ketahui

Dan hal itu juga yang membuat Seongwoo tersadar, bahwa ia begitu menyukai gadis itu

"Kenapa kau tidak makan? Ini enak." Ujarnya dengan mulut penuh

Respon yang diberikan oleh Ong Seongwoo hanyalah menyunggingkan sebuah senyuman simpul pada Jina, tanpa gadis itu ketahui

Usai menghabiskan beberapa tusuk odeng dan satu porsi tteok, Jina dan Seongwoo menyusuri jalanan kota Seoul. Seongwoo tidak punya mobil, ia tidak mau. Laki-laki itu lebih senang berangkat dan pulang kerja berjalan kaki atau dengan naik kendaraan umum, meskipun ayahnya yang pemilik gedung-gedung apartemen besar di Korea sanggup membelikan Seongwoo mobil baru setiap minggunya

"Aku ingin mencoba banyak makanan lagi, bingsu, sepertinya enak." Hwang Jina menatap Seongwoo dengan matanya yang berbinar, setelah tersadar akan apa yang baru saja ia lakukan, Jina mengalihkan netranya dari Seongwoo, berdeham sebelum kini pandangannya kembali lurus

"Haruskah kubawakan kau foodtruck dengan uang gajianku?" Seongwoo beralih mengacak surai panjang milik Jina sebelum sang empunya kembali melayangkan tinjunya pada tangan Seongwoo

"Pastikan untuk memberitahu aku sedikit saja bagian dari penyelidikanmu."

Kata-kata Jina yang spontan membuat Seongwoo terkejut itu bahkan tidak dapat laki-laki itu cerna dengan baik "Ya?"

"Kau tau kan, aku akan mencaritau sendiri, dengan caraku, dengan sedikit bantuanmu tentunya."

"Hwang Jina.. kau batu, aku tau. Tapi, jika ini bukan kasus bunuh diri biasa, maka jika kau benar-benar terlibat, kau akan berada dalam bahaya.."

"Aku sama sekali tidak takut."

Kini hanya keheningan yang menyelimuti keduanya diantara hiruk-pikuk kota. Sedang Seongwoo masih menyelami netra milik Jina, mencoba mencari kebenaran atas pernyataan sang gadis, hingga laki-laki itu tak menemukan keraguan disana

"Tidak akan ada sesuatu yang buruk terjadi padaku, menjadi anak dari wakil presiden Hwang Jae Young, tidak akan ada yang lebih buruk dari itu."

Seongwoo hanya terdiam, memilih untuk tidak memberikan respon apapun pada pernyataan Jina, karena ia tau, ketika gadis itu memilih untuk mengatakan kekurangannya diantara dinding bernama kesempurnaan itu, ia telah mencoba jujur tentang dirinya sendiri.

Bahkan ketika tindakannya akan mendapat penolakan dari Hwang Jina, Seongwoo akan tetap melakukannya, karena ia tau, hingga Jina memutuskan untuk menutup diri sepenuhnya, gadis itu ingin ada seseorang yang berdiri disisinya, memeluknya untuk mengatakan meskipun dunia begitu jahat padanya, akan ada seseorang yang bersedia membantunya, seperti yang Seongwoo lakukan saat ini, mengencangkan pelukannya pada Hwang Jina yang menenggelamkan kepalanya di dada bidang Ong Seongwoo

*

"Sekolah ini benar-benar parah, bagaimana bisa satu kasus dengan kasus lainnya hanya berselang beberapa bulan saja? Bahkan Haechan hyung yang dituduh melakukan pembunuhan masih belum lulus dari sekolah, sudah ada kasus baru terjadi.." Daehwi, menopang dagu dengan tangan kanannya, mengamati Somi yang kini balas menatapnya sembari mengendikkan bahu

"Mungkin sekolah ini dikutuk?"

"Daehwi, pikiranmu yang terlalu jauh itulah yang mungkin telah dikutuk. Jadi stop berbicara tentang hal tidak penting begini, lebih-lebih denganku."

Somi melenggang meninggalkan Daehwi yang banyak bicara, suara laki-laki itu bahkan masih terdengar ketika dirinya kini sudah berada diluar kelas untuk menghirup udara segar di balkon. Netranya menjelajahi seluruh penjuru sekolah dan menemukan seorang gadis dengan rambut panjang hitam ikal tengah mencatat sesuatu diatas notebooknya

Sepertinya gadis itu memang selalu disana, melakukan kegiatan yang sama

"Kau melihat apa?"

Kini laki-laki dengan surai kecokelatan itu ikut mengarahkan netranya kearah gadis bersurai panjang yang sibuk dengan buku catatannya "Hwang Jina?"

"Kenapa kau senang sekali menggangguku?" Somi bersidekap dihadapan Daehwi yang kini mengendikkan bahunya acuh

"Aku tidak merasa sedang melakukannya."

"Tapi kau terus-terusan mengikuti aku, jangan-jangan, kau suka padaku?"

Mendengar pertanyaan akhir dari Somi, Daehwi tak kuasa untuk tidak menyemburkan tawanya keudara "Aku? Suka padamu? Jangan mengada-ada."

Somi tak membalas penolakan Daehwi atas pertanyaannya, gadis itu kini kembali sibuk mengamati Hwang Jina yang tak lagi seorang diri, seorang laki-laki jangkung dengan kacamata tipis itu berada dihadapan sang gadis dengan tawa yang merekah begitu saja dari bibirnya, hingga membuat dahi Somi berkerut dalam

[2] ANATHEMA : The Bad Luck [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang