𝟏𝟔 : 𝐭𝐡𝐞 𝐰𝐢𝐭𝐜𝐡

148 46 0
                                    

“Aku harap, aku dapat melalui hari-hari seperti ini bersamamu.”  

Guanlin membalas kata-kata Jina dengan anggukan pelan, sebelum laki-laki itu sempat meraih pergelangan tangan Jina, tangannya dicegah oleh sebuah tangan lain yang mencekal pergelangan tangannya kuat-kuat, Guanlin mendongak, dan mendapati netra berkilat milik Ong Seongwoo disana

“Bukankah aku sudah bilang padamu untuk tidak melakukan sesuatu yang membahayakan? Sekarang, apa yang sedang kau coba untuk lakukan, Hwang Jina?”

Hwang Jina menatap laki-laki dengan turtleneck hitam itu dengan pandangan tidak mengerti, ia bahkan lupa, sejak kapan seorang Ong Seongwoo mulai mengusik kehidupan pribadinya

“Tidakkah kau pikir kau sudah keterlaluan? Lagipula kenapa kau kemari?” Hwang Jina menjawab pertanyaan yang diajukan Seongwoo dengan pertanyaan yang lain. Kini Seongwoo menjawab pertanyaan Jina dengan mengangkat pergelangan tangan Jina yang dihiasi sebuah jam tangan pemberian Seongwoo tempo hari

“Sekarang, aku harus membawamu pulang. Ibu mencemaskanmu.”

Laki-laki itu bahkan tidak menambahkan imbuhan ‘mu’ setelah kata ‘ibu’, aneh, ia seakan menganggap Ibu Jina adalah ibunya juga

“Pergi saja sendiri, ayo, Guanlin.”

Sebelum Hwang Jina sempat menyambar tangan Guanlin untuk digenggam, Seongwoo terlebih dulu meraih gadis itu, hingga kini Jina meronta karena satu lengannya dicekal erat-erat oleh Seongwoo

“Lepas, sakit!”

“Dia bilang lepas, dia kesakitan!” kata-kata yang keluar begitu saja dari bibir Guanlin berhasil membuat ketiganya kini berada dalam kebekuan selama beberapa saat, sebelum akhirnya Seongwoo melepaskan cekalan tangannya pada pergelangan tangan Jina

“Kau sebaiknya tidak mencampuri urusanku dan Jina. Jina, kau harus ingat, apa yang ibumu katakan sebelum kita bertunangan, aku harap kata-kata itu akan selalu berada dipikiranmu sehingga kau tidak akan melakukan sesuatu seperti ini. Sekarang, kau pulang atau tidak, terserah padamu, aku menunggumu didalam mobil.”

Punggung Seongwoo yang hilang dibalik SUV hitam milik ayahnya itu membuat Jina terhenyak, ia sadar, ia tidak boleh berada disini bersama dengan Lai Guanlin, jika ia tidak ingin laki-laki itu berada dalam kesulitan

Ditatapnya dengan sayu Guanlin yang kini tengah mengeluarkan sesuatu dari dalam ransel hitamnya, sebuah kantong berisi ponsel yang tadinya mereka temukan “Berikan ini padanya, bagaimanapun kita tidak berhak melihat isinya.”

Hwang Jina meraih benda itu dengan perasaan berkecamuk didalam dadanya “Sebaiknya kau pulang, aku harus ikut dengannya, sebelum kau dan aku berada dalam masalah.”

Akan sangat menyakitkan apabila Hwang Jina mendengarkan kata-kata lain dari bibir Lai Guanlin setelah ucapan terakhirnya. Lalu gadis itu memutuskan untuk tidak berbalik badan untuk Guanlin, ia berjalan lurus dan masuk kedalam SUV hitam milik Seongwoo, menatap laki-laki berkacamata itu dari balik kaca hitam didalam mobil

Sungguh menyakitkan, meninggalkan laki-laki itu sendirian disana, namun jika ia memilih untuk tetap tinggal disana, maka hal selanjutnya yang akan terjadi adalah, Lee Na Ri, penyihir itu akan membuat Jina tidak bisa melihat Guanlin untuk seterusnya

“Keputusan bagus.” Gumam laki-laki disampingnya, yang kini tengah menyalakan mesin mobil kemudian membawa mobil melaju dengan kecepatan sedang, meninggalkan Guanlin mematung sendirian disana

“Kalian memang orang-orang jahat.” Jina merapatkan giginya menahan sesuatu dipelupuk matanya yang dapat keluar sewaktu-waktu, diserahkannya begitu saja bungkusan hitam yang diberikan oleh Guanlin pada Seongwoo

Ong Seongwoo hanya menghela napas berat, apalagi yang bisa ia lakukan, ia memang egois, begitulah adanya. Tapi ia juga tidak bisa, melihat Hwang Jina semakin terluka karena Lai Guanlin yang akan dibuat menderita oleh Lee Na Ri, Ibu Jina sendiri jika laki-laki itu berada disekitar Hwang Jina

Wanita paruh baya dengan majalah ELLE digenggamannya kini beralih menatap sosok yang datang dari arah luar, tersenyum simpul kemudian pada seorang laki-laki dengan turtleneck hitam sebelum meletakkan majalahnya pada meja dihadapannya

“Aku tidak pernah tau jika kencan anak muda akan menghabiskan waktu seharian penuh.” Wanita itu menatap kearah jam dinding yang menunjukkan pukul sebelas malam dengan senyum yang tidak lepas dari bibirnya

“Ah maaf, kami bermain sampai lupa waktu. Lain kali aku akan membawa Jina pulang lebih awal, Eomoni.”

Wanita itu melepaskan tawanya diudara, seakan ucapan dari Seongwoo adalah hiburan baginya “Aku pun akan mengizinkan Jina tidak pulang jika itu bersamamu.”

Sementara Seongwoo membalas kata-kata Ibu Jina dengan tawa ringan, Jina sibuk mencebik dengan bibirnya, bahkan kini Seongwoo memanggil ibunya dengan sebutan Eomoni

“Pulanglah, aku harus istirahat..”

Tanpa menunggu respon dari Seongwoo, Jina  melangkahkan kakinya menuju kamar, merebahkan dirinya diatas kasur, membiarkan ingatannya tentang Guanlin memenuhi pikirannya, sebelum kemudian seseorang mengetuk pintu kamarnya, membuat dirinya harus mengangkat kepalanya dan mendapati kini ibunya berdiri bersandar diambang pintu dengan dua tangannya yang menyilang didepan dada

“Ibu tidak perlu menjelaskan lagi padamu kan, dampak dari perbuatanmu? Kau tau, Ibu membicarakan ‘temanmu’?”

Wanita paruh baya dengan pakaiannya yang selalu elegan itu sukses membuat Jina membangkitkan dirinya dan beralih untuk duduk di sudut ranjangnya

“Ibu bahkan tidak segan-segan menjadikannya gelandangan jika kau bertingkah lagi.” Kini wanita itu beralih mengambil tempat disamping Jina untuk mengusap surai panjang gadis itu, membawa anak perempuannya kedalam pelukan yang terasa kaku “Ibu tau, kau bersama siapa seharian ini, ibu tau kau ada dimana anak manis, jadi jangan coba-coba untuk membohongi Ibu.”


Pernyataan Ibunya berhasil membuat napas Jina memburu, gadis itu hendak meloloskan diri dari pelukan ibunya, namun pelukan itu terasa semakin erat “Ibu..”

“Maka jika kau bertingkah sekali lagi, akan ibu pastikan, kau tidak akan menemukan laki-laki itu dimanapun. Kau masih ingin melihatnya? Maka jaga sikapmu.. ah, atau kau juga ingin dapat hukuman sayang?”

Setelah pelukan yang terasa menyesakkan itu berakhir, Jina bahkan tidak memiliki keberanian untuk menatap mata ibunya yang kini tersenyum padanya “Seongwoo pasti bilang padamu kan, besok malam adalah acara ulang tahun Tuan Ong. Bersiaplah, aku akan membiarkanmu tidak sekolah jika kau mau.”

Tanpa mendengarkan jawaban dari Jina, wanita paruh baya itu berlalu pergi, meninggalkan Jina dengan napasnya memburu

[2] ANATHEMA : The Bad Luck [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang