Tidak biasanya gadis itu berada diluar, lebih-lebih di taman untuk merapikan notebook dan informasi didalamnya yang terasa berantakan. Gadis itu memilih untuk mengerjakannya diluar karena ia tidak ingin siapapun tau soal apa yang ia lakukan belakangan
Jina menuliskan dua nama korban bunuh diri itu, kemudian menghubungkannya dengan yayasan yang ia datangi tempo hari, namun ketika gadis itu menuliskan bagian lain, ia melihat sebuah kaki panjang berdiri dihadapannya, hingga kini ia menutup notebooknya dengan cepat dan mendongak, mendapati kini netra milik Guanlin beradu dengan netra miliknya
Teringat akan kejadian terakhir kali, Jina memutuskan untuk bangkit dan meninggalkan Guanlin tanpa berbicara sepatah katapun, namun niatnya urung ketika kini tangan dingin milik Guanlin menggenggam pergelangan tangannya yang buru-buru dilepaskan oleh laki-laki itu ketika Jina menatapnya tidak senang
“Jika kau menghindariku karena kejadian terakhir kali, kau tidak perlu khawatir, aku tidak akan mengatakan apapun.”
Jina membalikkan tubuhnya, mendapati kini Guanlin menundukkan kepalanya, entah Jina dapat mempercayai laki-laki itu atau tidak, yang jelas satu-satunya hal yang dapat ia lakukan hanya percaya pada Guanlin
“Dengan satu syarat.”
Gadis itu melebarkan netranya ketika kini Guanlin menatap netranya dengan tajam “Syarat katamu? Berani-berani…”
Jina memutus kalimatnya ketika Guanlin mengambil posisi membuka mulutnya seperti hendak mengumumkan sesuatu, buru-buru gadis itu membungkam mulut Guanlin dengan tangannya, namun laki-laki itu justru memberontak dan melepaskan tangan Jina dari mulutnya
Namun yang laki-laki itu lakukan justru diluar perkiraan Hwang Jina, karena kini Guanlin tengah memalingkan tubuhnya dengan posisi yang sama seperti sebelumnya, namun kini laki-laki itu justru bersin dan membuat Jina sedikit menyesali perbuatannya sebelum gadis itu kini menyemburkan tawanya
“Hahaha apa-apaan itu tadi.” Jina tertawa sembari memegangi perutnya yang terasa geli, hingga kini gadis itu tak kuasa menahan lututnya dan memilih untuk menertawai Guanlin sembari duduk
Terkejut melihat gadis dihadapannya yang asyik tertawa hingga memegangi area perutnya, mau tidak mau kini Guanlin ikut tersenyum melihat tingkah Jina, semakin lama ia semakin tau bahwa Jina tidak seperti penilaian orang-orang padanya
Bahkan ketika gadis itu menyelesaikan tawanya sembari menyeka air mata yang keluar dari ujung matanya, Guanlin tetap menatap gadis itu lekat-lekat
“Syarat yang kuberikan.. jangan jauh-jauh dariku..”
Sepersekian detik kemudian, yang terjadi hanya Jina, yang kini hanyut dalam tatapan mata Guanlin
*
Kelas malam adalah kegiatan yang paling dibenci oleh Hwang Jina, pasalnya gadis itu penakut dan harus berlama-lama disekolah tanpa cahaya matahari adalah sebuah kegiatan yang benar-benar menyebalkan
Tapi disinilah gadis itu, membuka kaleng sodanya di lorong yang tampak sepi, tiada satu siswapun yang melewati lorong itu, hingga Jina harus berjalan kearah halaman sekolah yang sedikit dipadati siswa karena gadis itu dapat merasakan kelegaan luar biasa ketika dirinya tidak merasa tercekam karena takut
“Sedang apa?”
Jina terperanjat ketika suara itu tiba-tiba saja muncul tanpa diduga, ketika gadis itu membalikkan tubuhnya, ia mendapati Guanlin tengah menimang beberapa buku tugasnya
“Sejak kapan kau dan aku menjadi begitu akrab hingga kau harus tau aku sedang apa?”
Guanlin mengangkat bahunya acuh, itu adalah respon normal dari seorang Hwang Jina, ketika gadis itu menjawab Guanlin dengan lembut, maka harusnya kejiwaan Jina haruslah dipertanyakan
Namun entah sejak kapan, kini kehadiran Guanlin tidak lagi merupakan gangguan bagi Jina, gadis itu bukannya menerima kehadiran Guanlin, hanya saja ia membiarkan laki-laki itu berada disekitarnya
Ia menenggak sodanya hingga habis dalam sekali minum, kemudian mengamati situasi disekitarnya yang cukup tenang, namun tanpa sengaja netranya menyorot kearah atap gedung utama yang menjulang lebih tinggi dari gedung disampingnya
“Hei itu..”
Ketika ia memfokuskan pandangannya, gadis itu mendapati seorang laki-laki tengah berdiri sembari merentangkan tangannya diatas atap, dalam sepersekian detik para siswa telah bergerombol dibawah gedung, meneriaki nama sang laki-laki yang kini memejamkan matanya ketika surainya diterpa angin malam
Namun sia-sia, laki-laki itu tidak mempedulikan teriakan dari teman-temannya, melainkan kini mulai membiarkan dirinya melayang diatas angin yang tak menahan laki-laki itu, hingga sepersekian detik kemudian, suara yang begitu mengerikan terasa memenuhi malam yang sunyi itu ketika sang laki-laki berhasil mendarat di tanah dengan keadaan yang tidak dapat dideskirpsikan
“Hwang Jina!” Guanlin berlari mengikuti Jina yang kini mendekat kearah siswa yang menjatuhkan dirinya dari atap, ketika berhasil menangkap tangan gadis itu, Guanlin membuat Jina berbalik menatap dirinya “Jangan lihat.”
Guanlin mendapati kini wajah Hwang Jina sepucat kapas, raut wajahnya menyiratkan ketakutan yang luar biasa karena bola matanya terus bergerak tak tentu arah, dan tangan kecil yang kini berada di genggaman Guanlin terasa bergetar hebat
Laki-laki itu membawa Jina ke tempat dimana tidak akan ada siswa yang lewat di area itu dimalam hari, membiarkan hanya dirinya yang melihat ketakutan Jina
Bibir gadis itu bergetar, namun ia coba sembunyikan dengan menggigitnya
“Hwang Jina.. lihat aku..” Guanlin menggenggam kedua sisi bahu Jina, namun mata gadis itu tetap bergerak-gerak gusar
Ketika Hwang Jina telah menyadari dirinya, gadis itu mendorong Guanlin menjauh dari dirinya, hingga membuat laki-laki berkacamata itu kebingungan karena sikap Jina “Jangan dekat-dekat denganku..”
“Jina..”
“Kau tidak lihat? Dia jatuh karena kau berada didekatku!” teriakan Jina seakan memecah suasana malam yang terasa begitu mencekam
“Kau masih berpikir ini hanya karena aku?” Guanlin kini menatap Jina tidak percaya, ia sudah cukup lelah dikambing hitamkan
“Seharusnya dari awal aku tidak dekat-dekat denganmu..”
Jina berjalan lurus, menabrak bahu Guanlin dengan keras, namun langkah gadis itu terhenti ketika Guanlin kini menggenggam pergelangan tangannya, menuntut agar Jina tidak pergi darinya, tetapi gadis itu menepis tangan Guanlin kuat-kuat, beralih berjalan melewati lapangan sekolah yang kini dibalut police line oleh beberapa polisi yang sudah tiba
Guanlin yang tidak menyerah justru mengikuti langkah Jina “Hwang Jina!”
Gadis yang ia serukan namanya itu berhenti melangkah, ketika mendapati seorang laki-laki jangkung dengan pakaian serbahitam dan ID card kepolisian yang bertengger di sakunya itu berdiri menjulang dihadapannya
“Hwang Jina kau..” belum sempat laki-laki itu, Ong Seongwoo melangkah mendekati Jina, gadis itu sudah melenggang pergi, mengabaikan dua laki-laki yang sibuk menuntut sesuatu dari dirinya
Hingga kini kedua laki-laki dalam radius sepuluh meter itu saling tatap dalam rasa penasaran dibenak masing-masing
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] ANATHEMA : The Bad Luck [✓]
Mystery / Thriller[𝐋𝐚𝐢 𝐆𝐮𝐚𝐧𝐥𝐢𝐧] Siswa itu tiba-tiba saja memilih untuk menjatuhkan diri dari atas gedung sekolah, disaksikan banyak pasang mata, bahkan oleh si gadis sombong dan si laki-laki pembawa sial, kejadian itu terus berulang, ketika keduanya berada...