Gadis itu kini mengatur napasnya yang tersenggal akibat berlarian menyusul langkah cepat kaki panjang Lai Guanlin yang sibuk menghindarinya sedari pagi
“GUANLIN STOP!” Jina meneriaki Guanlin yang kini menghentikan langkah kakinya dalam radius sepuluh meter didepan Jina “Istirahat sebentar, aku lelah.”
Jina menjatuhkan tubuhnya pada tribun yang mengelilingi lapangan, bahkan peluh telah membasahi wajah gadis itu
“Kenapa kau mengikutiku?”
“Kenapa? Tentu saja untuk membahas perkembangan kasusnya, aku punya banyak informasi yang harus didiskusikan denganmu.” Jina menatap Guanlin tidak mengerti, sejak pagi laki-laki itu seperti menghindar dari Jina, mulai dari tidak menjawab pertanyaan Jina, hingga berlari setiap melihat gadis itu
“Informasi yang kau dapat dari detektif tunanganmu itu?”
Jina menemukan sesuatu yang lain dalam nada bicara Guanlin, kini laki-laki itu tampak berbeda, ia tidak pernah menemukan Guanlin dalam keadaan seperti itu “Apa maksudmu?”
“Haruskah kau sampai sejauh ini hingga tak mau mengakui tunanganmu yang sukarela memberitahukan hasil penyidikannya padamu? Jika tidak ada yang mau kau bicarakan lagi, aku pergi.”
Ketika Guanlin melangkahkan langkah pertamanya untuk meninggalkan Jina, namun sebuah pertanyaan dari Jina mampu membuat laki-laki itu kembali mematung “Kenapa kau ada disana hari itu? Dengan setelan seperti itu?”
Kini Guanlin sibuk memikirkan jawaban lain yang menyebrangi kenyataan sebenarnya, jawaban rasional yang tidak membuat Hwang Jina kembali menanyakan sesuatu tentang hari itu
“Sama sekali bukan urusanmu..”
“Kau putra selebriti? Atau politisi? Yang mana? Bukankah aneh tiba-tiba kau berada disana sedangkan acara itu bukan diperuntukkan untuk orang sepertimu. Menurutmu hal itu tidak menggangguku? Menurutmu, mengetahui fakta bahwa kau satu-satunya tamu yang disorot, tidak membuatku penasaran? Apa yang Lee Na Ri lakukan padamu?”
“Jina!”
“Apa? ‘panah’ku tepat sasaran?” Jina melayangkan tatapan tajamnya pada Guanlin yang kini balas menatap gadis itu dengan penuh amarah, sorot mata yang belum pernah Jina terima dari seorang Lai Guanlin hingga hari ini
“Silahkan berpikir sesukamu. Lagipula, sesuai kata-katamu saat awal kita bertemu, aku memang tidak pantas berada didekatmu, karena aku pembawa sial.”
Ada sebuah kata yang tertahan dari bibir Jina ketika Guanlin memilih untuk berjalan lurus tanpa berbalik kearahnya, sedangkan yang dapat ia lakukan hanya meninjukan kepalan tangannya pada bangku tribun
“Lai Guanlin sialan!” umpat Jina sebelum kini sebuah tangan kecil menyentuh bahunya, dan menyodorkan susu pisang pada gadis itu
Hwang Jina mendongakkan kepalanya pada seorang gadis dengan wajah ‘setengah’ Koreanya, surai cokelatnya yang bergelombang beterbangan ringan diterpa angin, senyuman dari bibirnya yang tersungging begitu saja membuat Jina terpaku pada gadis yang sebelumnya belum pernah ia lihat itu
“Bertengkar dalam sebuah hubungan memang normal.” Gadis itu mengangkat bahunya pada Jina
“Aku dan dia bahkan tidak ada dalam sesuatu bernama ‘hubungan’.”
“Dia bukan pacarmu? Kalian berdebat tentang sesuatu tadi.”
Sepersekian detik kemudian pandangan curgia Hwang Jina membuat gadis dihadapannya itu salah tingkah “Hei, aku bukannya sengaja mendengar perbedatan kalian. Aku hanya ingin bicara sesuatu denganmu, jadi aku menunggumu selesai bicara dengan lelaki tadi.”
“Bicara denganku?” kini Hwang Jina melipat kedua tangannya didepan dada, menatap lawan bicaranya mengintimidasi “Aku tidak ingin bicara dengan siapapun.”
“Namaku Jeon Somi, kita selalu menghadiri acara yang sama, kau tidak sadar?”
Jina bahkan sama sekali tidak peduli dari mana gadis itu berasal karena moodnya benar-benar buruk sekarang, tapi gadis itu justru bicara seakan Jina telah mengizinkan gadis bernama Somi itu untuk melakukannya
“Ayahku, aktor Matthew Douma, ‘The Golden Generation’.”
Hwang Jina menggeser netranya ketika mendapati Jeon Somi menyebutkan ‘The Golden Generation’ sebuah perkumpulan elit berisikan selebriti, politisi, entrepreneur, mentri serta petinggi-petinggi Negara dimana ayah Jina dan Seongwoo juga tergabung didalamnya
“Aku sangat kagum padamu sejak aku pertama kali mengikuti ayahku untuk hadir di pertemuan itu, kau bahkan terpilih menjadi maskot The Golden Generation karena prestasimu.”
“Apa maumu?”
Somi menyunggingkan senyumannya ketika pertanyaan itu muncul begitu saja dari mulut Jina “Aku hanya ingin berteman denganmu.”
"Aku tidak pernah menginginkan sesuatu seperti itu, jadi simpan saja keinginanmu itu.” Jina bangkit dari tempat duduknya, menepuk bahu Somi yang tampak bingung sebelum kemudian melenggang pergi tanpa mendengarkan Somi lebih lanjut
Gadis itu melangkahkan kakinya dengan docmart hitam dari sebuah merk ternama, menimbulkan suara langkah kaki yang konstan ketika benda itu beradu dengan paving, namun langkahnya melambat ketika mendapati kini Kim Minju bersandar pada pohon besar dalam jarak yang tidak terlalu jauh dari tempatnya dengan Somi bicara, Jina mengangkat satu alisnya ketika mendapati tatapan Kim Minju tampak dipenuhi dengan kebencian padanya, mungkin?
Sepersekian detik keduanya saling beradu pandang, satu hal yang membuat Jina kini merasa ada sesuatu yang tidak benar adalah, ketika Kim Minju menyunggingkan senyumannya yang terasa mengerikan
ᦔ
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] ANATHEMA : The Bad Luck [✓]
Mystery / Thriller[𝐋𝐚𝐢 𝐆𝐮𝐚𝐧𝐥𝐢𝐧] Siswa itu tiba-tiba saja memilih untuk menjatuhkan diri dari atas gedung sekolah, disaksikan banyak pasang mata, bahkan oleh si gadis sombong dan si laki-laki pembawa sial, kejadian itu terus berulang, ketika keduanya berada...