𝟎𝟒 : 𝐝𝐞𝐬𝐭𝐢𝐧𝐲

247 54 0
                                    

"Namaku Guanlin, Lai Guanlin."

Jina mengangkat kepalanya untuk menatap manik mata laki-laki bertangan dingin bernama Lai Guanlin dihadapannya, matanya selalu sayu, manik hitam legamnya bahkan menyiratkan kesepian dalam diri laki-laki itu, hingga tanpa sadar kini Jina telah menatap manik mata itu selama beberapa detik lamanya

"Kau pikir semua kejadian ini hanya karena aku? Kupikir itu karenamu juga."

Adalah sesuatu yang wajar ketika kini Jina membulatkan matanya kearah Guanlin, mata laki-laki itu bahkan tidak menyiratkan sebuah kemenangan ketika dirinya berhasil membuat Hwang Jina terkejut

"Karena aku? Sepertinya kau sedang berhalusinasi?"

"Kejadian ini, terjadi.. juga karenamu.."

Hwang Jina menyemburkan tawanya begitu saja ketika mendengarkan kata-kata Guanlin

"Aku? Karenaku, katamu?" Jina tak kuasa menahan tawanya karena kata-kata Guanlin benar-benar membuat dirinya merasa itu sangat lucu "Maksudmu aku juga pembawa sial sepertimu?"

"Semua ini terjadi, juga karena kau ada bersamaku." Jawabnya lemah

Hwang Jina mengerutkan dahinya dalam-dalam, mencoba mencerna kata-kata Guanlin yang bahkan tidak tercerna olehnya

"Jika semua ini terjadi hanya karenaku, maka kau akan duduk manis melihat para siswa itu terjatuh dari atas sana." Guanlin menunjuk gedung utama yang menjulang tinggi diseberang mereka dengan telunjuknya "Tapi nyatanya, kedua kejadian itu terjadi ketika kau berada didekatku, bukankah itu artinya, jika kita saling berdekatan, maka nasib buruk akan mengekor?"

Terenyuh, Hwang Jina bahkan mendengarkan baik-baik setiap kata yang Guanlin ucapkan padanya, hingga membuat gadis itu tersadar, bahawa Guanlin ada benarnya, namun jauh didasar hatinya, gadis itu menyangkal kata-kata Guanlin hingga kini ia beralih mencengkeram kerah seragam laki-laki itu dengan napasnya yang tersenggal

"Kau sedang mencoba untuk mengatakan bahwa aku pembawa sial sepertimu? Kau sangat lucu, mau apa kau dari aku? Uang? Katakan!"

Guanlin menatap Jina yang bersungut-sungut marah, gadis itu tampak liar dengan napasnya yang memburu, menatap Guanlin penuh amarah, dengan genggaman lembut Guanlin menggenggam kedua tangan Jina, membawa kedua tangan kecil gadis itu untuk melepaskan cekalannya

"Pikirkan kembali kata-kataku, aku harap tidak akan aja kejadian serupa, tapi jika tidak ada kejadian seperti itu lagi, kau tidak akan tau, bahwa ternyata kita berdualah yang menyebabkan semua ini terjadi."

Guanlin menepuk pundak kanan Jina yang diam termenung sebelum kemudian laki-laki itu menghilang dari pandangannya

*

Pikirannya menjadi kembali fokus ketika nada fals terdengar dari gesekan biola yang kini berada diantara leher dan dagunya

"Mrs. Han, waktu latihan kurang berapa lama lagi?"

Wanita dihadapan Jina, Mrs. Han melirik alrojinya kemudian beralih menatap Jina "Hanya kurang dari tiga puluh menit, kau harus segera pergi? Sepertinya kau kehilangan fokus sejak pertama bermain."

Ya, benar, Hwang Jina telah kehilangan fokusnya bahkan sebelum gadis itu memulai latihan biola "Aku hanya merasa kelelahan, itu saja."

"Kau harus segera pulang, aku akan telepon sopir untuk.." kata-kata Mrs. Han terputus karena kini tangan Jina menggenggam pergelangan tangan wanita berusia 27 tahun itu sebelum Mrs. Han meraih ponselnya

"Aku baik-baik saja, aku akan pulang dengan taksi. Terimakasih Mrs. Han untuk sesi hari ini."

Hwang Jina meraih ransel kecilnya diatas sofa, kemudian berlalu keluar dari tempat latihan yang terletak ditengah kota, gadis itu menghirup udara malam seoul yang cukup dingin hingga membuat gadis itu merinding, karena kini ia melupakan jaketnya

[2] ANATHEMA : The Bad Luck [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang