Laki-laki itu melingkari kata-kata tertentu didalam bukunya dengan spidol berwarna merah, kemudian menarik garis antara lingkaran merah satu dengan lingkaran merah yang lainnya, menandakan sebuah korelasi antara kata satu dengan kata yang lainnya
Sebelum kemudian ia meletakkan alat tulisnya, dan mengusap wajahnya kasar. Bahkan semilir angin yang lewat melalui jendela kamar dihadapannya tidak dapat menyegarkan pikirannya
Ia mengamati seluruh isi kamarnya yang tidak begitu luas, setelan tuxedo berwarna abu-abu yang harganya dapat membiayai pendidikannya hingga lulus SMA itu masih menggantung dibalik pintu kamarnya, lagi-lagi ia mendengus kasar, mengingat bagaimana ia mendapatkan setelan itu
"Lai Guanlin?"
Guanlin yang merasa terpanggil, membalikkan tubuhnya dan mendapati seorang wanita paruh baya dengan setelan yang terlihat elegan itu melepas kacamata hitamnya, mendekat kearah dirinya
Namun laki-laki itu berubah terkejut ketika mendapati wanita itu adalah Ibu Jina, Lee Na Ri, yang tengah tersenyum kearahnya
"Hwang Jina memintamu untuk datang di perayaannya. Datanglah di gedung X besok malam, Jina menunggumu." Wanita itu, Lee Na Ri tidak pernah melepaskan senyumannya pada Guanlin, namun laki-laki itu justru bingung harus merespon apa kata-kata Ibu Jina
"Saya akan datang."
"Ah sebelum itu, aku punya sesuatu untukmu." Lee Na Ri menunjukkan isyarat pada sopirnya untuk memberikan Guanlin dua buah paperbag berukuran besar dari merk ternama, bahkan ketika laki-laki itu telah menerimanya, ia tidak dapat mempercayai benda apa yang berada didalam sana "Kau tidak boleh terlihat buruk. Pastikan kau datang tepat waktu, karena akan ada kejutan besar untukmu."
"Terimakasih, saya pastikan datang tepat waktu." Guanlin menyunggingkan senyum terbaiknya sebelum kemudian wanita itu masuk kedalam mobil yang kini melewatinya dengan kecepatan sedang
Kini Guanlin menyadari, dirinya sedang disadarkan oleh Lee Na Ri, bahwa hanya lelaki berpendidikan tinggi, dari keluarga terpandang dengan masa depan yang cerah dan memiliki silsilah keluarga yang jelaslah yang boleh menyanding Hwang Jina
Bukan seorang yatim piatu seperti dirinya
Sungguh, menghindari Hwang Jina bukanlah sesuatu yang akan Guanlin pikir akan lakukan, tetapi ia harus melakukannya, karena tamparan Lee Na Ri sangat keras, hingga berhasil melukai harga dirinya
Namun ia tetap harus membuktikan ketidakterkaitan kasus yang tengah terjadi dengan dirinya, Jina bilang, beberapa petunjuk penting ada di Sokcho, lebih tepatnya di panti asuhannya dulu, jadi ia harus memastikan sesuatu disana
Guanlin mengganti pakaiannya dengan kemeja hitam yang lengannya telah digulung hingga siku dan dipadukan dengan ripped jeans hitam serta sebuah topi dengan warna senada, tidak lupa tas hitamnya yang selalu ia bawa kemanapun ia pergi
"Kau mau kemana?"
"Aku harus mengunjungi temanku di Sokcho." Jawab Guanlin gugup
"Hati-hati putraku. Kau butuh tambahan uang?" Lai Guanlin mendongak cepat kearah ibunya yang kini sibuk merogoh dompetnya
"Tidak perlu, aku sudah menyiapkan semuanya, Ibu tidak perlu khawatir, aku pergi dulu."
Guanlin melangkahkan kakinya yang jenjang menjauhi rumah, kemudian menunggu sebentar di halte sebelum bus tujuan Sokcho membawanya dalam perjalanan selama empat jam menuju kota tujuannya
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] ANATHEMA : The Bad Luck [✓]
Mystery / Thriller[𝐋𝐚𝐢 𝐆𝐮𝐚𝐧𝐥𝐢𝐧] Siswa itu tiba-tiba saja memilih untuk menjatuhkan diri dari atas gedung sekolah, disaksikan banyak pasang mata, bahkan oleh si gadis sombong dan si laki-laki pembawa sial, kejadian itu terus berulang, ketika keduanya berada...