𝟏𝟖 : 𝐢 𝐰𝐚𝐧𝐭 𝐭𝐨 𝐛𝐞 𝐰𝐢𝐭𝐡 𝐲𝐨𝐮

153 39 0
                                    

Gadis itu tetap tak bergeming bahkan ketika kini Ibunya telah membawakan dirinya seorang gadis dengan bodycon hot pink berwajah bule dihadapannya, ia tetap asyik dengan pikirannya sendiri, rasanya bencana besar sedang terjadi didalam otaknya

“Hwang Jina, ini Jeon Somi.” Ibunya terus saja tersenyum kearah Somi yang juga balas melempar senyuman kearah Ibu Jina, seakan mereka berdualah pasangan ibu dan anak disana

“Aku tidak ingin bicara dengannya.” Jawab gadis itu tanpa mendongakkan kepalanya untuk menatap Somi yang tak ingin ia temui, oh tidak, ia tak ingin menemui siapapun sekarang

“Somi, karena Jina ingin berteman, jadi tolong jaga dia disekolah, ya?” Ibu Jina kini bahkan menyibak rambut yang menghalangi wajah cantik Jeon Somi kebelakang telinga gadis itu, bahkan dengan tatapan seperti itu, tatapan yang selalu ia tujukan pada kakak perempuannya, Tiffany

“Tidak apa-apa, mungkin Jina sedang lelah, aku akan selalu bersamanya mulai besok.” Kembali gadis itu menyunggingkan senyumannya yang sangat tak ingin Jina lihat

Sebuah pesan masuk membunyikan ponsel yang tadinya ia letakkan didalam tas sekolahnya, ia kemudian meraih benda itu yang kemudian, menampakkan kontak sang ibu yang setiap hari selalu menanyakan perihal tanggal pernikahan padanya, tanpa memberikan balasan apapun pada pesan sang ibu, Jina memasukkan kembali ponselnya kedalam tas, ia bukan tidak ingin menjawab pesan itu, hanya saja ia pun tidak tau harus membalas pesan itu dengan balasan yang seperti apa

Kembali netranya bergeser kekanan dan kekiri untuk membaca materi pada buku sejarahnya, menemukan sesuatu yang penting, Jina mencari highlighter hijau yang ternyata tidak ada diatas mejanya, ia meraih tasnya, mencari benda kecil itu didalamnya, setelah ia menemukan highlighter didalam tasnya, bersamaan dengan itu ia menemukan sebuah kertas yang digulung dengan pita berwarna merah

Dikeluarkannya benda itu dari dalam tas, mengamati benda itu sejenak sebelum menarik pita merah dan membuka gulungan kertas yang berisikan tulisan dengan tinta berwarna merah yang berhasil membuat jantungnya berpacu dua kali lebih cepat, ia menyentakkan benda itu diatas mejanya, tiada seorangpun dikelas, tiada yang harus melihat celanya ketika ia ketakutan

Dibacanya sekali lagi kata demi kata yang tersusun disana

Song Ji An, kau pikir kau bisa merebut apa yang harusnya menjadi milikku? Mari kita lihat, silahkan menikmati, perjalanan bertelanjang kaki diatas serpihan kaca

Song Ji An?

Otaknya bahkan tidak bisa berpikir cepat, hanya ‘surat salah alamat’ yang ada dipikirannya saat ini. Pikirannya begitu kacau, ia menumpu kepalanya diatas meja, memijit pelipisnya yang mendadak berdenyut. Namun sebuah tangan membuatnya tersentak dan membalikkan tubuhnya kearah belakang

Lai Guanlin

“Kau baik-baik saja?”

Dengan gerakan cepat, Hwang Jina meraih kertas yang terbuka begitu saja diatas mejanya sebelum Guanlin sempat melihat benda itu, namun gerakan Guanlin nyatanya lebih cepat, hingga laki-laki itu kini berhasil mendapatkan kertas yang berusaha Jina sembunyikan darinya, dengan reaksi yang tidak jauh berbeda dari Jina, laki-laki itu kini beralih menatap Jina dengan tatapan khawatir

“Aku tidak tau benda itu berasal dari mana, aku tidak pergi dari kelas kecuali untuk ke toilet. Mungkin itu surat yang salah alamat, kembalikan benda itu padaku, akan kuberikan surat itu pada pemiliknya.” Dengan nada bicara yang datar, Jina mencoba meraih benda itu dari tangan Guanlin, namun sayangnya laki-laki justru mengarahkan benda itu keatas, sehingga Jina tak dapat meraihnya

“Jika kau ingin bermain-main denganku, tolong pergilah. Aku benar-benar lelah. Lagipula seharusnya kau sedang bersama Kim Minju, untuk makan siang, bukan begitu?”

Hwang Jina pun tidak mengerti, kenapa ia membawa Kim Minju dalam kata-kata yang ia lontarkan begitu saja dari bibirnya, hingga Guanlin melekatkan pandangannya pada Hwang Jina “Kenapa kau tidak berterus terang saja jika benda ini memang benar membuatmu cemas?”

“Cemas apanya? Aku sama sekali tidak merasakan apapun..”

“Bohong..” Guanlin merendahkan pandangannya pada tangan kanan Jina yang tengah memegangi highlighter berwarna hijau yang kini berbah bergetar

“Tau apa kau.. pergilah.. aku punya tunangan.. kau juga punya gadis lain.. jadi jangan coba-coba untuk mendekatiku..”

Guanlin meremat kertas yang ada digenggamannya kuat-kuat, diraihnya pergelangan tangan Hwang Jina hingga gadis itu kini harus dengan terpaksa mengikuti kemana Guanlin membawanya, meskipun ia telah meronta dan mencoba melepaskan tangannya sekuat tenaga, genggaman Guanlin pada pergelangan tangannya ternyata cukup kokoh, tolong jangan begini, aku akan membawamu dalam kesulitan jika kau terus berada didekatku

“Guanlin lepaskan aku!” Jina sebisa mungkin membuat langkahnya terhenti pada halaman sekolah, hingga Guanlin ikut menghentikan langkahnya. Hwang Jina yang tengah mengatur napasnya kini harus berhadapan dengan tatapan setajam elang milik Guanlin “Jangan seperti ini, tolong jangan membawa dirimu sendiri dalam bahaya..”

Laki-laki itu terdiam, netranya tetap melekat pada gadis yang menundukkan kepalanya, menyembunyikan wajahnya dibalik surainya yang tergerai

“Jika kau terus berada didekatku.. ibuku akan membuatmu dan aku kesusahan.. jadi tolong, jangan dekat-dekat denganku.. aku sama sekali tidak masalah jika ibuku membuatku kesulitan, tapi aku tak bisa melihatmu kesulitan lebih dari ini.. jadi tolong..”

Ditatapnya gadis bersurai ikal panjang dengan mata berkaca-kaca itu, terasa begitu terluka ketika mendapati gadis itu begitu lemahnya memohon pada Guanlin, laki-laki itu tau, Hwang Jina juga menahan beban yang berat, atas segala sesuatu yang telah terjadi, ataupun sesuatu yang belum ia ketahui hingga kini

Diseberang gedung tertinggi disekolah, tertutup pepohonan rimbun, Guanlin memastikan tak ada seorangpun yang akan melihat keduanya. Ia menarik Hwang Jina kedalam pelukannya, hingga kini gadis itu tak dapat lagi membendung tangisnya

“Kenapa nasib buruk selalu datang ketika aku berada didekatmu?” Guanlin menengadah, mencoba sebisa mungkin menahan air matanya, ia tidak mau membuat Hwang Jina lebih bersedih karena dirinya

“Mungkin itu adalah pertanda dari tuhan, bahwa kita tidak diizinkan bersama?”

Guanlin terus menengadahkan kepalanya, membuat air matanya tak mengalir barang setetes dihadapan Hwang Jina, netranya bergeser kearah gedung utama sekolah yang menjulang tinggi, diujung bangunan tinggi itu, seorang anak laki-laki berdiri dengan tubuh yang terhuyung

Seakan mengerti apa hal yang akan terjadi selanjutnya, Guanlin mengeratkan pelukannya pada Jina, gadis yang kepalanya menghadap Kearah yang berlawanan itu tidak mengetahui apa yang Guanlin lihat

Hingga laki-laki itu melangkahkan kakinya menuju udara bebas, seorang laki-laki dibelakangnya berusaha untuk meraih tangannya, sembari menyerukan sesuatu yang tak dapat Guanlin dengar, bahkan kini para siswa telah berkerumun dibawah, menyerukan nama Daehwi berulang kali

“Guanlin.. ada apa?” Guanlin tau betul napas gadis itu kini tengah memburu, ia terus memberontak, namun pelukan Guanlin membuatnya tak bisa bergerak

“Tolong, tetap begini saja.. jangan lihat apapun..”

Bersamaan dengan itu, Guanlin melihat kejadian itu dengan kedua netranya sendiri, seseorang yang menahan tubuh Daehwi, kehilangan keseimbangannya, sehingga kini keduanya harus melayang diatas udara bebas selama sepersekian detik, sebelum kemudian suara tulang-tulang yang patah secara bersamaan itu terdengar begitu mengerikan memecah kegaduhan yang ada, sebelum diikuti oleh teriakan oleh siswa yang berada disana karena semburat merah mengalir dan membasahi beberapa benda yang ada didekatnya

Guanlin dapat merasakan, tubuh Hwang Jina berubah lunglai ketika semua suara mengerikan itu saling bersahutan

“Kau lihat... semua itu karena kita.. karena kita bersama-sama..”

Gadis itu meraung-raung di dada Guanlin, begitu menyakitkan, melihat orang lain harus mengalami hal mengerikan ini karena dia berada didekat Guanlin, orang yang sangat dia sukai

[2] ANATHEMA : The Bad Luck [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang