𝟏𝟗 : 𝐬𝐨𝐧𝐠 𝐣𝐢 𝐚𝐧

144 41 0
                                    

Selama tiga puluh menit, Hwang Jina hanya memandang kosong kearah lapangan dihadapannya, beberapa petugas yang mengevakuasi tempat kejadian telah membawa dua mayat itu menuju pusat forensic nasional, sementara detektif dan beberapa ahli forensic lain tengah menganalisis tempat kejadian perkara

Guanlin yang tengah duduk disamping Jina pun hanya membiarkan gadis itu meredamkan kegaduhan didalam hatinya

Dengan matanya yang bengkak, Hwang Jina mencoba menata kembali perasaannya, memberikan dirinya sendiri celah untuk berpikir rasional terhadap apa yang tengah terjadi, namun ia sama sekali tak menemukan muara dari pikirannya, yang ia dapati justru halusinasi bayangan sosok Ong Seongwoo yang mendekat kearahnya, namun sayangnya sosok Ong Seongwoo itu bukanlah sebuah bayangan belaka karena kini Guanlin tengah menghadang Seongwoo dengan tubuhnya agar laki-laki itu tidak mendekati Jina

“Minggir, aku harus bicara dengannya.”

“Dengan keadaannya yang seperti itu, kau mau bicara dengannya?”

Kedua laki-laki itu saling beradu pandangan setajam elang selama beberapa detik, sebelum kemudian Seongwoo berkacak pinggang dihadapan Guanlin “Dia tunanganku, jadi sebaiknya kau jauh-jauh darinya.”

“Haruskah kutanya padanya, rasa sukanya ditujukan untuk siapa?” Guanlin menyunggingkan satu sudut bibirnya keatas, membentuk sebuah senyuman sinis yang berusaha ia lemparkan pada Ong Seongwoo yang makin bersungut-sungut

“Ong Seongwoo.. apa maumu? Jangan menuntut apa-apa dariku sekarang..”

“Ayo, kuantar kau pulang.”

“Lakukan saja pekerjaanmu, jangan mengusik aku..”

Ditengah keadaan yang semakin tak terkendali, sosok yang benar-benar tak ingin Jina lihat, setidaknya untuk saat ini, muncul begitu saja dihadapan gadis itu, hingga membuat otaknya kini terasa penuh

“Biar aku saja yang mengantar Jina pulang, lagipula Eomoni sudah mempercayakan Jina padaku. Seongwoo Oppa, biar aku yang mengurus..” sebelum berhasil menyelesaikan kata-katanya, Jina memutus kata-kata gadis berwajah bule itu begitu saja, Jeon Somi

“Eomoni.. Eomoni.. kenapa kalian semua memanggil nenek sihir itu Eomoni? Kalian semua ini anaknya? Aku akan pulang sendiri, jangan ada satupun diantara kalian yang mengikuti aku!”

Hwang Jina berjalan menjauh, namun dalam radius lima meter gadis itu berbalik pada tiga orang disana, memfokuskan netranya pada Jeon Somi sebelum dirinya meninggalkan kekacauan disana “Dan kau, Somi. Tidakkah kau merasa bersedih untuk Daehwi? Dia temanmu bukan?”

Hwang Jina merasakan kepalanya bak dihantam oleh sesuatu yang tumpul dan besar, begitu menyakitkan dan berdenyut-denyut dalam waktu yang sama, bahkan untuk berjalan menuju ke kelaspun terasa begitu jauh dan melelahkan. Ia menjejalkan segala sesuatu diatas mejanya kedalam tas, kemudian membawa benda itu pada bahunya

Sebelum meninggalkan kelas tanpa satu orang siswapun itu pergi, Hwang Jina mendapati Kim Minju tengah menyandarkan dirinya pada ambang pintu, menyilangkan kedua tangannya didada sembari melempar senyuman polosnya pada Hwang Jina “Sudah mau pulang?”

Gadis itu bahkan tidak ingin merespon dengan cara apapun sapaan dari Kim Minju, sebelum gadis itu melontarkan satu kata yang membuatnya terhenyak ditempatnya berdiri

“Song Ji An, kabarmu baik?”

Ketika dirinya baru saja membuka mata, indera penciumannya langsung disuguhi oleh aroma obat-obatan yang menyeruak. Ia hendak membangkitkan dirinya, namun tubuhnya seakan membuat sebuah penolakan, hingga akhirnya ia kembali merebahkan dirinya diatas kasur rumah sakit dengan selang infus yang entah sejak kapan menusuk tangannya

[2] ANATHEMA : The Bad Luck [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang