03

434 65 6
                                    

"Sehun oppa, tunggu aku!" teriak Sohyun sambil berlari menyusul Sehun.

Jungkook menatap Sohyun yang semakin jauh meninggalkannya, "Baiklah, kau sudah tidak peduli lagi padaku." gumamnya.

Jungkook merasa sedih. Di dunia ini dia hanya memiliki seorang teman dan sekarang teman itu sudah tidak memperdulikannya lagi. Earphone putih yang melingkar dilehernya kembali ia rekatkan ke telinganya. Dengan perasaan kesal ia berjalan keluar kelas, berharap menemukan udara segar yang mungkin bisa menghapus kekesalannya.

Jungkook terus berjalan menyusuri koridor sekolah. Tampak seorang gadis manis dengan rambut terurai panjang berjalan dari arah yang berlawanan dengannya. Jungkook tiba-tiba berhenti, tetapi gadis itu terus berjalan sambil menundukkan kepala dan ... bruukk! Ia berhasil menabrak Jungkook.

"Kau tidak punya mata?" tukas Jungkook sinis.

Sebenarnya Jungkook sudah melihatnya dari kejauhan, makanya ia menghentikan langkahnya. Namun, karena malas angkat suara ia pun hanya diam, menunggu gadis itu melihat dirinya. Tetapi gadis itu malah menabraknya yang membuatnya semakin kesal.

"Maafkan aku, aku tak sengaja." kata Yeri. Ya, gadis yang menabrak Jungkook adalah Yeri. Perlahan ia mengangkat kepalanya untuk melihat wajah orang yang sudah ia tabrak.

Dan betapa terkejutnya Yeri ketika melihat wajah orang itu, "Jeon! Ju ... Ju ... Jungkook sunbae!" ucapnya terbata-bata.

"Kau tau namaku? Aku tidak mengenalmu." ujar Jungkook dingin, "Kau menghalangi jalanku, minggir!" sambungnya.

Yeri tidak bisa berpikir dengan jernih. Ia mencoba menenangkan dirinya tetapi raganya sendiri menolak. Jantungnya berdetak sangat kencang sehingga membuat dadanya terasa sesak. Bulatan kecil berwarna kemerahan seperti tomat mulai terbentuk dikedua sisi pipinya.

"Yaa, apa kau juga tuli? Aku bilang minggir!" bentak Jungkook.

"Tunggu!" spontan kata itu keluar dari bibir Yeri, ia tampak kewalahan mengontrol dirinya.

"Apa?" tanya Jungkook.

"Ti...ti...tidak! Tidak!" jawab Yeri.

"Gadis aneh!" kata Jungkook sinis kemudian berjalan pergi meninggalkan Yeri.

Yeri tetap mematung sambil memegang dadanya yang masih sesak. Ia kemudian menarik napas panjang dan mengeluarkannya secara perlahan. Ia melakukannya beberapa kali hingga perasaannya kembali membaik.

Senyum bahagia kemudian terbentuk dikedua ujung bibir Yeri, "Aaaahh ~ ada apa denganku?" bisiknya sambil memegang wajahnya yang memerah.

Ia merasa sangat senang dan bahagia. Bagaimana tidak, ia baru saja menatap secara langsung wajah cinta pertamanya dalam jarak yang begitu dekat, "Rasanya seperti sedang bermimpi saja." pikirnya.

Lelaki yang selama ini disukai Yeri adalah Jungkook. Jungkooklah yang menjadi malaikat penolongnya saat hendak mengikuti tes masuk ke Seoul High School.

"Baiklah! Aku tidak akan menyerah, aku akan memperjuangkan cintaku!" gumam Yeri menyemangati dirinya, "Pertama-tama aku harus menemukan kembali pulpenku." sambungnya.

***

Pagi hari yang masih diselimuti oleh kabut tipis. Hari ini adalah hari minggu, saatnya untuk Yeri kembali bekerja. Ia bekerja sebagai pengantar susu dan surat kabar di hari libur.

Yeri hanya tinggal berdua dengan ibunya, ayahnya telah lama meninggal saat ia masih berusia empat tahun. Ibunya bekerja disalah satu perusahaan besar di Seoul, tetapi meskipun seperti itu ibunya hanyalah seorang karyawan biasa disana. Yeri pun tidak ingin menambah beban ibunya sehingga ia mencoba menghasilkan uang sendiri.

Some Day | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang