2. Kenyataan

24K 773 29
                                    

Nak, kita pindah ini bukan tanpa alasan, dua minggu lagi papa ada tugas di Libanon. Mama ikut dengan papa, sedangkan kamu harus melanjutkan sekolah disini. Papa dengan mama sudah sepakat akan mengikat kamu dengan anak teman papa.

Perkataan papa semalam masih terngiang ditelingaku. Mataku sembab, kepalaku pening. Aku sudah berusaha menolak dengan berbagai alasan. Tetapi alhasil nihil.

Ku arahkan langkahku menuju kamar mandi, ingin rasanya aku membolos saja kali ini, tetapi aku mana berani. Baru masuk sudah bolos. Setelah persiapan sekolah siap, aku langsung turun untuk sarapan, masih dengan wajah muramku.

"Bi, kamu gimana?" tanya mama

"hmm?"

"soal semalem?" aku masih fokus mengarahkan pandanganku pada sepiring makanan di hadapanku tanpa melihat kearah mama sekalipun, aku terlalu malas untuk membahas masalah ini.

"kalo aku nolak?"

"Bi, mama sama papa ngelakuin ini demi kebaikan kamu. Mama bakal khawatir banget kalo ninggalin kamu sendiri disini. Itu alasannya kenapa kita ngelakuin ini. Biar ada yang ngejagain kamu bi" alasan itu lagi yang keluar dari mulut mama.

"Ma, aku bisa jaga diri. Kalian ga harus ngelakuin ini semua. Lagian aku masih pengen sekolah" dengan cepat aku beranjak dari meja makan untuk segera berangkat ke sekolah. Terlalu malas untuk berdebat dengan mama.

Belum sempat aku membuka pintu suara mama sudah terdengar lagi. "sekolah biar mama yang urus" bahkan aku belum meng-iya-kan keinginan mereka.

sesampainya disekolah aku hanya bisa melamun memikirkan keinginan konyol kedua orang tuaku itu.

aku benar-benar tidak siap untuk menikah muda, apa kata teman-temanku nanti. Disaat mereka sedang sibuk merancang masa depan aku malah berkukat diri didapur untuk membuatkan makan suami yang bahkan aku tidak tau orangnya siapa.

"sal, nyontek pr Matematika boleh?"

"boleh. Buku gue di Jo tadi, ambil aja daf"

Ternyata ada PR toh, aku bahkan tidak tau sama sekali. Ku lihat ke sekelilingku. Semua orang tengah sibuk menyalin dari buku orang lain.

Aku hanya bisa merutuki diriku sendiri, seharusnya aku tidak membawa masalahku kesekolah. Itu hanya akan mengacau pikiranku saja.

"sal, boleh lihat soalnya ga?"

"bukunya dipinjem Daffa bi, bentar aku tanya yang lain." Ku lihat salsa melirik kesana-kemari, lalu beranjak pergi kebangku depan.

Dia menyodorkan buku salah satu temannya yang bahkan tidak ku kenal. Maklumlah baru sekolah dua hari. "ini bukunya Rafi" akupun mengambilnya. "makasih"

"makasihnya ke Raffi kali" ucap Salsa sambil terkekeh.

"e-eh iya"

Tak lama guru Matematiika pun datang. Semua murid serentak memberi salam. Namanya bu Saras penampilannya bisa dibilang menarik ditambah make up yang mendampingi wajahnya. Jika ku tebak umurnya sudah mau menginjak 30-an.

"Daffa, tolong bantu kumpulkan semua tugas anak-anak dan simpan di meja ibu" ucap bu saras sembari menulis soal lain di papan tulis.

Ku lihat Daffa mulai mengeliling untuk mengambil satu-persatu buku para murid. Dan sampailah di bangku-ku Aku menyodorkan tugasku padanya.

DAFFA POV

Tau aja nih guru. Gue lagi mager malah di suruh-suruh.

Dengan berat hati gue mulai ngumpulin semua tugas anak-anak dengan kecepatan maksimum. Biar bokong gue bisa bersandar lagi di kursi keagungan dari kelas 10, yaitu, di belakang dan paling pojok.

Nikah Dini?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang