Hari berganti hari, dan saat ini aku tengah berada di lab.komputer. kali ini tengah berlangsung pelajaran TIK. Aku selalu tidak bersemangat pada pelajaran ini, pasalnya aku sangat lambat jika disuruh mengerjakan sesuatu yang berhubungan dengan komputer.
Bukannya aku tidak bisa, tetapi hanya saja kinerjaku yang sedikit lambat. Seperti saat ini semua siswa disuruh menggambar logo di aplikasi corel draw, siswa yang sudah membereskan tugas boleh keluar dari ruangan dan kembali kedalam kelas.
Aku lihat Daffa yang paling pertama menyelesaikannya, disusul oleh Jovina dan yang lainnya.
Lagi dan lagi aku paling akhir menyelesaikannya. Setelah selesai aku menghampiri pak Andi selaku guru TIK untuk memberi tahunya bahwa aku sudah selesai dan meminta izin untuk kembali ke kelas. Tapi sebelum itu pak Andi berbicara.
"Debia bisa bantu bawain dokumen-dokumen ini ke meja bapa di ruang guru?" tanyanya. Akupun mengangguk sebagai jawaban.
Pak Andi adalah guru termuda di sekolahku, maklum jika banyak murid yang mengaguminya, melihat parasnya yang oke untuk ukuran pengajar sekolah.
Akupun membawa semua dokumen itu dan keluar dari rungan. Aku terkaget saat pak Andi sudah ada tepat di sampingku. Kami berjalan beriringan. Untuk apa dia menyuruhku membawa dokumennya segala.
"kamu masih kesulitan mengerjakan tugas bapa?" tanyanya. Aku mengangguk canggung.
"masih pa"
"yaudah, nanti bapa ajarin lagi ya" ucapnya sambil merangkul bahuku. Aku terlonjak dengan apa yang dilakukan pak Andi. Aku mengambil langkah lebar mendahului pak Andi agar cepat sampai diruangannya.
Sebelum sampai di dalam kelas, aku mendengar nada dering yang berbunyi. Dan itu berasal dari ponselku, akupun membukanya. Ternyata ada satu pesan dari mama.
Mama
Bi, pulang sekolah langsung ke villa ya sama Daffa.
Deg. Perasaan pernikahannya dua hari lagi. Kenapa harus datang ke villa hari ini.
Keluargaku dan keluarga Daffa sudah menyewa villa di jauh-jauh hari untuk melangsungkan acara pernikahan.
Tidak ada yang istimewa, semuanya serba tertutup hanya dihadiri keluarga saja. Dan juga kerabat dekat orang tua kami. Semua urusan pernikahan menjadi tanggung jawab kedua orang tua kami. Aku dan Daffa hanya terima beres saja. Tanpa harus memikirkan sesuatu.
Dan yang aku pikirkan sekarang adalah, bagaimana cara bilang ke Daffa kalau kami di suruh datang ke villa hari ini. Itu akan sangat canggung.
Aku memasuki kelas dan menatap ke arah laki-laki yang sedang sibuk bermain game di handphonenya.
Aku bingung bagaimana cara mengatakannya, tidak mungkin aku bilang padanya di dalam kelas ini, mengingat semua murid ada disini.
Andai saja aku punya nomer ponselnya, aku pasti bisa mengabarinya lewat pesan singkat. Dengan perasaan campur aduk akupun beranjak duduk di kursiku.
"Bii" teriak Jo. Aku memalingkan pandanganku ke arah belakang, disana aku melihat Jo tengah duduk bersama Reynan.
"sekarang main ke rumah lo yuk, kangen masakan mama Maya deh" ucap Jo.
"cepet banget lo kalo urusan makanan" ledek Reynan.
"e-emm Jo, kayaknya hari ini ga bisa deh" Jo memasang wajah kecewa.
Tanpa disengaja tatapanku bertemu dengan Daffa, dia menatapku dengan wajah tanpa ekspresi, seperti biasa dengan bibir datarnya tanpa memberikan sedikit lengkungan. Akupun segera memalingkan pandanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Dini?
Teen Fiction18++ Nikah Dini? Bagaimana kedua manusia yang di jodohkan oleh para orang tuanya bisa menjalankan pernikahan di usianya yang masih muda? Bisakah Debia Meisie Maheswari memerankan tugasnya sebagai seorang istri sekaligus seorang pelajar? Dan bisaka...