"sempel nya udah jadi, kamu mau patok harga berapa?" tanya papa Daffa pada anak bungsunya itu.
"empat ratus ribu aja gimana pah? Soalnya modalnya juga lumayan" jawab Daffa. Daffa sudah akan memulai bisnisnya. Dia menggunakan beberapa uang tabungannya untuk membuat sempel parfume buatannya, tak lupa di bantu oleh para peracik parfume yang sudah handal, dan juga sang ayah yang membantunya dikala dia sedang sekolah.
"target kamu ke mana?"
"ga jauh-jauh sih pah. Paling ke temen-temen Daffa dulu" kebetulan sempel yang Daffa bikin hanya seratus bolol, setelah semua itu habis dia berencana akan memproduksi lagi.
"kalo ke anak seumuran kamu harganya ga worth it. Mereka masih pada minta uang jajan ke orang tuanya" Daffa berfikir sejenak saat mendengar penuturan papah nya.
"kalo gitu, jual online aja gimana pah?"
"boleh di coba. Kalo papah boleh kasih saran, biar harganya worth it di kantong anak sekolah packaging-nya kamu buat yang lebih murah. Yang ini kan kaca jadi harganya juga lumayan" tutur pak Halim-ayah Daffa.
"iya pah, makasih ya udah bantuin Daffa" ujar Daffa.
"iya, papah bakal selalu dukung kamu. Papah bangga banget sama kamu. Seudah menikah kamu jadi lebih dewasa. Dulu aja bandelnya gak ketulungan, Emhhh anak bontot" ucap pak Halim gemas sambil mengacak-acak rambut anaknya. "cukur" sambungnya.
"hehe nanti aja pah"
"kebiasaan. Bia gimana daf? Ko gak di ajak ke kantor sih?" tanya pak Halim yang saat ini tengah berada di kantornya.
"Bia di rumah, lagi beres-beres" jawab Daffa.
"istri idaman banget. cocok-kan sama pilihan papah" ujar papanya bangga.
"bisa benget nyariin jodoh. Cantik lagi" ucap Daffa.
"iyalah, siapa dulu dalangnya. Mamah kamu tuh sampe gak henti-henti selalu muji menantu cewe-nya"
"iyalah, siapa dulu. Istri Daffa" ujarnya lalu bangkit dan keluar dari ruangan papah-nya tanpa berpamitan.
"assalamualaikum" teriak pak Halim yang terdengar sampai ke telinga anaknya.
"waalaikum salam" jawab Daffa sebelum menutup pintu ruangan.
"kebiasaan main nyelonong aja" gumam pak Halim.
...
"kamu bawa apa?" tanya Debia yang sedang menyapu lantai saat Daffa pulang dengan dua box yang lumayan besar di tangannya.
"Sini deh" ujar Daffa setelah meletakkan box tersebut di atas meja. setelah selesai menyapu lantai Debia-pun menyimpan sapu itu kembali lalu menghampiri Daffa.
"yaampun Daffa. Ko boros banget. Masa beli parfum langsung banyak kaya gitu. Sayang uang nya" cerocor bia saat Daffa sudah membuka dua penutup box tersebut.
"Ck. Dengerin aku dulu" Debia-pun duduk di pinggir Daffa.
"Ini itu buat aku jual. Aku mau mulai bisnis. Kecil-kecilan dulu sih. semoga aja laku" tutur Daffa.
"Ohh gitu. Ini kamu produksi sendiri?" tanya Bia yang di jawab anggukan oleh Daffa.
"Coba deh cium baunya. Cocok ga. Aku bikin untuk cewe 50 cowo 50" Debia-pun mengikuti saran Daffa. Dia mengambil satu botol lalu di semprokan ke lengan bagian nadinya.
"Wangi banget. Ko bisa gini." ucap Debia speachless setelah mencium bau parfum tersebut.
"Yes. Berhasil gue" ucap Daffa pada dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Dini?
Teen Fiction18++ Nikah Dini? Bagaimana kedua manusia yang di jodohkan oleh para orang tuanya bisa menjalankan pernikahan di usianya yang masih muda? Bisakah Debia Meisie Maheswari memerankan tugasnya sebagai seorang istri sekaligus seorang pelajar? Dan bisaka...